Darah Sputum Tes Tuberkulin

laboratorium darah, dahak, cairan otak, pemeriksaan patologi anatomi PA, Rontgen dada dan Uji tuberkulin Werdhani, 2008. 2.3.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium melibatkan darah, sputum, tes tuberculin, serologi, Enzymlinked immunosorbent assay ELISA, Mycodot dan Uji peroksidase anti peroksidase PAP

1. Darah

Pada saat TB baru aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun kea rah normal lagi Israr, 2009.

2. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman basil tahan asam BTA, diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Di samping itu, pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis biasa terdapat kuman BTA tetapi pada biakan hasilnya negative. Ini terjadi pada fenomen dead bacilli atau non culturable bacilli yang disebabkan keampuhan panduan obat anti TB OAT jangka pendek yang cepat mematikan kuman BTA dalam waktu pendek. Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang, disebut 1+ b. Ada 1 - 9 BTA dalam 100 lapangan pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan. c. Ada 1 – 99 BTA per 100 lapangan pandang, disebut 2+ Universitas Sumatera Utara d. Ada 1 – 10 BTA per lapangan pandang, disebut 3+ Penulisan gradasi hasil bacaan penting untuk menunjukkan keparahan penyakit, derajat penularan dan evaluasi pengobatan Israr, 2009.

3. Tes Tuberkulin

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis TB terutama pada anak-anak balita. Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc teberkulin P.P.D Purified Protein Derivative intrakutan berkekuatan 5 T.U Intermediate Strength. Hasil tes Mantoux ini dibagi dalam : a. Indurasi 0-5 mm diameternya: Mantoux negative = golongan non sensitivity. b. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. c. Indurasi 10-15 mm: Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity Untuk penderita dengan HIV positif, test Mantoux ± 5 mm, dinilai positif Israr, 2009.

4. Serologi

Dokumen yang terkait

Komorbiditas pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2010- Juni 2012

1 38 76

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000

1 32 73

Hubungan Pelaksanaan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan.

5 58 111

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Penderita Tuberkulosis Paru Terhadap Kepatuhan Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2009

0 57 106

Karakteristik Penderita TB Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007

0 35 117

STUDI KUALITATIF FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DROP OUT PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU PARU (BP4) TEGAL

2 10 158

IDENTIFIKASI EFEK SAMPING PADA PENATALAKSANAAN PASIEN TUBERKULOSIS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1 MEI- 22 JUNI 2013

0 6 63

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV 2.1.1 Epidemiologi 1.Situasi Global - Profil Pasien Hiv Dengan Tuberkulosis Yang Berobat Ke Balai Pengobatan Paru Provinsi (Bp4), Medan Dari Juli 2011 Hingga Juni 2013

0 0 36

Profil Pasien Hiv Dengan Tuberkulosis Yang Berobat Ke Balai Pengobatan Paru Provinsi (Bp4), Medan Dari Juli 2011 Hingga Juni 2013

0 0 14

Evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di balai pengobatan penyakit paru-paru (Bp4) Yogyakarta tahun 2006-2008 - USD Repository

0 0 96