Obat dan Pengobatan Sendiri

F. Obat dan Pengobatan Sendiri

Dalam arti luas, obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup Suyatna, 1995. Obat merupakan bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, penscegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, dan peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis Anonim, 1998. Pengobatan mandiri lebih banyak dipilih orang untuk mengobati sakit dan penyakit selama bertahun-tahun Pal, 2000. Pengobatan sendiri di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obat-obat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas terbatas. Pada umumnya, dasar pemilihan dalam menentukan jamu atau obat paten untuk pengobatan sendiri ialah pengalaman menggunakan jamu atau obat tertentu pada waktu yang lalu atau diberi tahu orang lain Sartono,1993. Obat tanpa resep OTR atau obat bebas digunakan untuk pencegahan, terapi, meringankan gejala, atau pengobatan penyakit, luka, dan kondisi lainnya, yang mana konsumen dapat mengidentifikasi dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atau dengan bantuan tenaga kesehatan yang profesional termasuk farmasis Pal, 2000. World Heath Organization WHO, mendefinisikan pengobatan sendiri sebagai pemilihan dan penggunaan obat tidak semata-mata obat modern saja tetapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI juga herbal dan obat tradisional oleh dirinya sendiri untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Pengobatan sendiri merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua yang memungkinkan masyarakat dapat hidup poduktif secara sosial dan ekonomi Supardi, 1997. Setelah mendapatkan obat bebas, ada 2 hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan obat tersebut. Hal pertama adalah membaca dengan teliti indikasi, kontraindikasi, misalnya bagi penderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal serta dosis pemakaiannya. Hal yang kedua adalah memperhatikan efek samping yang tidak dikehendaki dan mungkin berbahaya bagi beberapa oang tertentu karena bidang tugas atau pekerjaannya, seperti sopir, atlet, dan sebagainya Sartono, 1993. Obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dibeli secara bebas obat tanpa resep di apotek, toko obat, toko, dan warung. Obat bebas terbatas meskipun dapat dijual dengan bebas, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355Dir. DjenS.K.1969 tanggal 28 Oktober 1969, harus dicantumkan tanda peringatan pada wadah atau kemasannya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm atau disesuaikan dengan kemasannya, dan memuat pemberitahuan dengan huruf berwarna putih. Sesuai dengan obatnya, pemberitahuan tersebut adalah sebagai berikut: a. P.No.1 Awas Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam b. P.No.2 Awas Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. P.No.3 Awas Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan d. P.No.4 Awas Obat Keras. Hanya untuk dibakar e. P.No.5 Awas Obat Keras. Tidak boleh ditelan f. P.No.6 Awas Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan Selain itu, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380ASKVI1983 tertanggal 15 Juli 1983, obat bebas dan obat bebas terbatas harus diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter 1,5 cm atau disesuaikan dengan kemasannya. Untuk obat bebas, warna lingkarannya hijau dengan garis tepi hitam. Sedangkan untuk obat bebas terbatas, warna lingkarannya biru tua dengan garis tepi hitam Sartono, 1993.

G. Analgesik