Kajian penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul tahun 2004.
vi INTISARI
Gangguan menstruasi adalah keluhan yang dialami wanita ketika menstruasi, antara lain berupa nyeri haid (dysmenorrhea) dan sindrom pra menstruasi. Nyeri haid (dysmenorrhea) adalah menstruasi yang disertai rasa sakit, merupakan keluhan yang paling sering dialami wanita. Dysmenorrhea dibagi menjadi 2, yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer terjadi apabila tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan paling sering ditemukan pada wanita. Sindrom pra menstruasi adalah gangguan siklus menstruasi berupa kombinasi perubahan fisik dan emosional yang terjadi sebelum menstruasi dan membaik saat terjadi menstruasi. Penatalaksanaan gangguan menstruasi dapat dilakukan dengan pengobatan mandiri menggunakan obat tanpa resep dan tanpa menggunakan obat.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian survei deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Pemilihan tempat dan subyek penelitian dilakukan secara non random convenience sampling. Data yang diperoleh diolah secara analisis deskriptif. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul dengan dan tanpa menggunakan obat.
Hasil penelitian berdasarkan pada 379 subyek penelitian, diketahui bahwa 64,6% responden mengalami nyeri haid. Responden yang menunjukkan gejala sindrom pra menstruasi berupa peningkatan emosi sebesar 64,9%, food craving sebesar 39,3%. Penatalaksanaan gangguan menstruasi oleh responden yang menggunakan obat tradisional sebesar 81,5% dengan alasan dapat mengurangi keluhan (19,4%) dan obat modern sebesar 12,1% dengan alasan cepat sembuh (32,6%). Merek obat modern yang paling banyak digunakan responden adalah Feminax (66,7%) dan obat tradisional yang banyak digunakan adalah kunyit asam (93,8%). Penatalaksanaan tanpa menggunakan obat sebagian besar responden memilih istirahat yang cukup (59,3%).
Kata kunci : Gangguan menstruasi, penatalaksanaan
(2)
vii ABSTRACT
Menstruation disorders is a complaint that occurred in women when they have menstruation i.e., dysmenorrhea and premenstrual syndrome. Dysmenorrhea is menstruation accompanying with pain, which most occurred in woman. Dysmenorrhea is divided into primary and secondary disease. Primary dysmenorrhea occurred when the cause is unknown and mostly found in women. Premenstrual syndrome can be defined as a cyclic disorder composed from the combination of a physical and emotional changes, that occured before the menstruation and improve within the menstrual flow. Treatment of the menstruation disorders can be done with self care medication using the over the counter products and non pharmacology therapy.
This is an observational research with descriptive survey design. The research instrument was questionnaire. The location and subject of the research was selected with non random convenience sampling method. Data obtained was analyzed using the descriptive analysis. The goals of this research is knowing the treatment of menstruation disorders in adolescent girls at four high schools in Kabupaten Bantul by using over the counter products or not.
According to the result of 379 subjects, 64,6% respondent having dysmenorrhea in their menstrual flow. The symptom of premenstrual syndrome as a mood swing is represented by 64,9% of respondent and 39,3% as a food craving. The treatment of menstruation disorders by the respondent who was using the traditional drugs is 81,5% for the reason of decrease the symptom (19,4%) and 12,1% using the modern drugs for the same reason (32,6%). Feminax (66,7%) is the modern drug trademark that mostly used by the respondent and kunyit asam (93,8%) is the traditional drug that mostly used by the respondent. Mostly respondent (59,3%) choose to take a rest for treatment of the menstruation disorders with non pharmacology therapy.
(3)
KAJIAN PENATALAKSANAAN
GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI EMPAT SMU DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2004
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
oleh
Martha Noviana Wulandari NIM : 008114081
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHANKU
“Jika aku dapat meminta agar hidupku sempurna,
itu merupakan godaan yang menggiurkan namun
aku akan terpaksa menolak, karena dengan begitu aku tidak dapat
lagi menarik pelajaran dari kehidupan”.
”Dia memberi kekuatan kepada yang lelah
dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”.
“Ucapkanlah syukur dalam segala hal,
sebab itulah yang dikehendaki Allah
di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.
!
"
"
#
#
#
#
"
#$
% "
&
# ! #
#
#
#
"
#
'
#
#
"
(7)
(8)
vi INTISARI
Gangguan menstruasi adalah keluhan yang dialami wanita ketika menstruasi, antara lain berupa nyeri haid (dysmenorrhea) dan sindrom pra menstruasi. Nyeri haid (dysmenorrhea) adalah menstruasi yang disertai rasa sakit, merupakan keluhan yang paling sering dialami wanita. Dysmenorrhea dibagi menjadi 2, yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer terjadi apabila tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan paling sering ditemukan pada wanita. Sindrom pra menstruasi adalah gangguan siklus menstruasi berupa kombinasi perubahan fisik dan emosional yang terjadi sebelum menstruasi dan membaik saat terjadi menstruasi. Penatalaksanaan gangguan menstruasi dapat dilakukan dengan pengobatan mandiri menggunakan obat tanpa resep dan tanpa menggunakan obat.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian survei deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Pemilihan tempat dan subyek penelitian dilakukan secara non random convenience sampling. Data yang diperoleh diolah secara analisis deskriptif. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul dengan dan tanpa menggunakan obat.
Hasil penelitian berdasarkan pada 379 subyek penelitian, diketahui bahwa 64,6% responden mengalami nyeri haid. Responden yang menunjukkan gejala sindrom pra menstruasi berupa peningkatan emosi sebesar 64,9%, food craving sebesar 39,3%. Penatalaksanaan gangguan menstruasi oleh responden yang menggunakan obat tradisional sebesar 81,5% dengan alasan dapat mengurangi keluhan (19,4%) dan obat modern sebesar 12,1% dengan alasan cepat sembuh (32,6%). Merek obat modern yang paling banyak digunakan responden adalah Feminax (66,7%) dan obat tradisional yang banyak digunakan adalah kunyit asam (93,8%). Penatalaksanaan tanpa menggunakan obat sebagian besar responden memilih istirahat yang cukup (59,3%).
Kata kunci : Gangguan menstruasi, penatalaksanaan
(9)
vii ABSTRACT
Menstruation disorders is a complaint that occurred in women when they have menstruation i.e., dysmenorrhea and premenstrual syndrome. Dysmenorrhea is menstruation accompanying with pain, which most occurred in woman. Dysmenorrhea is divided into primary and secondary disease. Primary dysmenorrhea occurred when the cause is unknown and mostly found in women. Premenstrual syndrome can be defined as a cyclic disorder composed from the combination of a physical and emotional changes, that occured before the menstruation and improve within the menstrual flow. Treatment of the menstruation disorders can be done with self care medication using the over the counter products and non pharmacology therapy.
This is an observational research with descriptive survey design. The research instrument was questionnaire. The location and subject of the research was selected with non random convenience sampling method. Data obtained was analyzed using the descriptive analysis. The goals of this research is knowing the treatment of menstruation disorders in adolescent girls at four high schools in Kabupaten Bantul by using over the counter products or not.
According to the result of 379 subjects, 64,6% respondent having dysmenorrhea in their menstrual flow. The symptom of premenstrual syndrome as a mood swing is represented by 64,9% of respondent and 39,3% as a food craving. The treatment of menstruation disorders by the respondent who was using the traditional drugs is 81,5% for the reason of decrease the symptom (19,4%) and 12,1% using the modern drugs for the same reason (32,6%). Feminax (66,7%) is the modern drug trademark that mostly used by the respondent and kunyit asam (93,8%) is the traditional drug that mostly used by the respondent. Mostly respondent (59,3%) choose to take a rest for treatment of the menstruation disorders with non pharmacology therapy.
(10)
viii PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Kajian Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul pada Tahun 2004”. Skripsi ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama, atas segala bimbingan dan sarannya serta kesempatan, kesabaran dan keramahan yang diberikan kepada penulis.
3. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis.
4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis.
(11)
ix
5. Kepala BAPPEDA Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, atas ijin yang telah diberikan sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini.
6. Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Sewon, SMU Negeri 1 Kasihan, SMK Negeri 1 Bantul, dan SMK Negeri 1 Sewon, atas ijin yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan. 7. Adik-adik siswi SMU Negeri 1 Sewon, SMU Negeri 1 Kasihan, SMK
Negeri 1 Bantul, dan SMK Negeri 1 Sewon, atas bantuannya mengisi kuesioner.
8. Bapak dan Mamaku tercinta (Pak Ayub dan Bu Yanti), atas kasih sayang, pengertian, kesabaran, kesempatan, dan kerja kerasnya selama ini demi keberhasilanku. Semua ini tidak ada artinya tanpa kasih sayang dan doa dari Bapak dan Mama.
9. Adikku Ruth Triana (Nongki) tersayang atas cinta, doa dan dukungannya setiap hari, yang selalu membantuku dan menemaniku selama ini.
10. Keluarga di Yogyakata, Wates, Tg. Uban, dan Jakarta atas perhatian dukungannya.
11. Yossie ”mas ku” atas cinta, doa dan perhatiannya selama ini. 12. Nur dan Ndrew atas kebaikannya meminjamkan laptop
13. Sahabat terbaikku Dewi ”dewok” dan Yayuk ”gelok” atas doa, dukungan, kritik dan sarannya serta pertemanan kita selama ini.
(12)
x
14.Para anggota PABELI : Betha, Dewi, Tri, Wanda, dan Yayuk atas cinta kasih, doa, dukungan serta persahabatan yang indah.
15. Raul dan Lisa atas pertemanan, semangat, dan bantuannya.
16.Para penghuni ”Canna”: Maya ”monchu”, Yessi, Cahya, Laura, Nur, Ina “butet”, Nana, Siska, dan Tara atas pertemanan dan kebersamaan kita selama ini. Senang rasanya bisa kenal kalian semua.
17.Teman-teman persekutuan GKJ Madukismo: Risma ”butet”, Ester ”es-teh”, mbak Atik, Aan, Andri, Krisna, dan lain-lain atas kebersamaan dan pertemanan kita dalam persekutuan, juga atas doa dan dukungannya.
18.Mbak Enny ”mbak ku” di Solo atas perhatian, doa dan dukungannya, juga saran-sarannya. Terima kasih sudah mau mendengarkan keluh kesahku. 19.Maya ”monchu” salah satu penghuni ”Canna” atas kesediaannya
menghiburku. Terima kasih sudah mau jadi bulan-bulananku untuk menghibur saat jenuh.
20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya saran dan kritik akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, November 2007 Penulis
(13)
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
INTISARI... vi
ABSTRACT... vii
PRAKATA... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENGANTAR...1
A. Latar Belakang ...1
1. Permasalahan...6
2. Keaslian penelitian ...7
3. Manfaat Penelitian...7
(14)
xii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...9
A. Menstruasi ...9
1. Pengertian ...9
2. Siklus Menstruasi ...10
3. Fisiologi Siklus Menstruasi ...12
B. Karakteristik Usia Responden...13
C. Dysmenorrhea...15
1. Pengertian ...15
2. Penggolongan ...16
3. Patofisiologi Dysmenorrhea Primer ...16
4. Penatalaksanaan Dysmenorrhea Primer ...17
5. Dysmenorrhea Sekunder ...19
D. Sindrom Pra Menstruasi ...20
1. Pengertian ...20
2. Penyebab Sindrom Pra Menstruasi...21
3. Gejala Klinis...22
4. Penatalaksanaan Sindrom Pra Menstruasi...23
E. Sakit, Kesakitan, dan Perilaku Kesehatan...27
F. Obat dan Pengobatan Sendiri ...29
G. Analgesik...31
(15)
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...34
B. Definisi Operasional...34
C. Subyek Penelitian...36
D. Tempat Penelitian...36
E. Instrumen Penelitian...36
F. Tata Cara Penelitian ...37
G. Tata Cara Pengolahan Hasil ...39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...42
A. Karakteristik Responden ...42
1. Usia Responden ...42
2. Usia Responden Saat Pertama Menstruasi ...43
3. Keteraturan Waktu Menstruasi...44
B. Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden ...45
1. Keluhan pada Tahun Pertama Menstruasi...46
2. Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden di SMU...48
3. Pengaruh Menstruasi terhadap Aktivitas Responden ...52
C. Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi oleh Responden ...53
1. Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi Menggunakan Obat Tanpa Resep ...54
2. Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi Tanpa Menggunakan Obat ...66
(16)
xiv
D. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian yang Dilakukan oleh
Astuti (2004) ...68
1. Perbedaan Gangguan Menstruasi yang Dialami oleh Responden ...69
2. Perbedaan Penatalaksanaan Nyeri Haid yang Dialami oleh Responden ...70
E. Rangkuman ...72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...74
A. Kesimpulan ...74
B. Saran...75
DAFTAR PUSTAKA...76
LAMPIRAN...79
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I. Terapi Dysmenorrhea dengan Obat Tanpa Resep ...18 Tabel II. Perubahan Fisik dan Emosional pada Sindrom Pra Menstruasi ....22 Tabel III. Gejala-gejala Umum Sindrom Pra Menstruasi...23 Tabel IV. Distribusi Usia Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten
Bantul Tahun 2004 ...43 Tabel V. Distribusi Usia Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten
Bantul Tahun 2004 Saat Pertama Kali Menstruasi ...44 Tabel VI. Keluhan yang Dialami Remaja Putri di Empat SMU di
Kabupaten Bantul Tahun 2004 pada Tahun Pertama
Menstruasi ...47 Tabel VII. Jenis Obat Tanpa Resep yang Digunakan Remaja Putri di
Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...54 Tabel VIII. Gambaran Jenis Obat Tradisional yang Digunakan Usia Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...57 Tabel IX. Alasan Pemilihan Obat Tradisional oleh Remaja Putri di
Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...58 Tabel X. Gambaran Lama Waktu Penggunaan Obat Tradisional pada
Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul
(18)
xvi
Tabel XI. Merek Obat Tanpa Resep yang Digunakan Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 ...61 Tabel XII. Alasan Pemilihan Obat Modern oleh Remaja Putri di
Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...64 Tabel XIII. Gambaran Lama Waktu Penggunaan Obat Modern pada
Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul
Tahun 2004 ...65 Tabel XIV. Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi Tanpa Menggunakan Obat pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten
(19)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita ...10 Gambar 2. Fisiologi Siklus Menstruasi ...13 Gambar 3. Keteraturan Waktu Menstruasi Remaja Putri di Empat
SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 ...45 Gambar 4. Keteraturan Keluhan Menstruasi Setiap Bulan pada Remaja
Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...48 Gambar 5. Gambaran Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Sama Seperti
Tahun Pertama Menstruasi setelah Berada di SMU...49 Gambar 6. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Mengalami Peningkatan Emosi...49 Gambar 7. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Mengalami Food Craving...50 Gambar 8. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Mengalami Keluhan Lain ...50 Gambar 9. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Mengalami Dysmenorrhea...51 Gambar 10. Pengaruh Gangguan Menstruasi terhadap Aktivitas Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...52
(20)
xviii
Gambar 11. Gambaran Efek Obat Setelah Penggunaan Obat Tradisional pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul
Tahun 2004 ...60 Gambar 12. Gambaran Efek Obat Setelah Penggunaan Obat Modern pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul
Tahun 2004...66 Gambar 13. Perbedaan Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden
pada Penelitian Astuti (2004) dan Penelitian Kajian
Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...70 Gambar 14. Perbedaan Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi yang
Dialami Responden pada Penelitian Astuti (2004) dan Penelitian Kajian Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul
(21)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Kuesioner ... 79
Lampiran 3. Rekapitulasi Jawaban Responden... 85
Lampiran 4. Surat Ijin dari BAPPEDA DIY... 91
(22)
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Menstruasi merupakan kejadian yang umumnya dialami oleh setiap wanita, dimulai dari masa remaja dan biasanya berlanjut sampai akhir paruh baya. Setiap bulan, secara periodik, seorang wanita akan mengalami menstruasi yaitu meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi sperma. Peristiwa ini begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita normal akan mengalaminya. Walaupun demikian, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami gangguan menstruasi baik sebelum maupun ketika menstruasi. Gangguan menstruasi yang dialami oleh kebanyakan wanita antara lain adalah gangguan sebelum menstruasi/sindrom pra menstruasi dan nyeri haid/dysmenorrhea (Shimp, 2000).
Nyeri haid paling sering terjadi pada remaja yang berusia antara duabelas tahun hingga sekitar duapuluh tahun. Suatu penelitian mengungkapkan bahwa sebagian wanita yang mengalami nyeri haid akan kehilangan aktivitas hari-hari kerja mereka dalam sebulan karena gejala yang ditimbulkan tidak dapat ditoleransi. Pada kebanyakan wanita yang mengalami nyeri haid, membutuhkan waktu sementara untuk beristirahat di
(23)
rumah dan bila perlu menggunakan obat pengurang nyeri haid (Shimp, 2000).
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50 persen wanita dalam usia reproduksi di setiap negara mengalaminya. Di Amerika, angka persentase wanita yang mengalami nyeri haid sekitar 60 persen. Di Swedia, angka persentasenya sekitar 72 persen dan diperkirakan di Indonesia 55 persen wanita wanita usia produktif tersiksa nyeri selama haid. Untuk mengantisipasi nyeri haid, ada beberapa terapi yang ditawarkan. Terapi tersebut antara lain terapi dengan obat dan pola hidup sehat (Anonim, 2004).
Pada umumnya yang terjadi pada masyarakat, untuk mengatasi nyeri haid, mereka banyak melakukan pengobatan mandiri. Namun, pengobatan mandiri yang dilakukan dapat menimbulkan bahaya bila mereka tidak mengerti dengan jelas mengenai informasi obat yang benar. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada masyarakat yang menggunakan obat tanpa resep yang beredar di pasaran (Shimp, 2000). Hal ini dikarenakan dalam menggunakan obat tersebut, mereka tidak didampingi oleh tenaga kesehatan. Selain itu, dari penderita sendiri juga dituntut mampu melakukan perawatan sendiri dalam mencegah dan menyembuhkan rasa sakit dengan obat modern ataupun obat tradisional (Holt dan Hall, 1990).
Penelitian mengenai nyeri haid pernah dilakukan oleh Astuti pada tahun 2004. Penelitian tersebut menggambarkan tentang pola pemilihan dan
(24)
penggunaan obat pengurang nyeri haid pada siswi SMU. Menilik dari penelitian tersebut, peneliti pada penelitian ini tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang gambaran umum menstruasi seperti yang digambarkan oleh peneliti sebelumnya. Dalam hal ini, gambaran umum menstruasi yang akan diteliti tidak hanya gangguan menstruasi yang berupa nyeri haid saja, tetapi juga mengenai sindrom pra menstruasi. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk melihat bagaimana penatalaksanaan gangguan menstruasi yang berupa nyeri haid dan sindrom pra menstruasi tersebut. Jadi, penelitian ini ingin mengetahui apakah responden juga mengalami gangguan menstruasi lain selain nyeri haid, yaitu sindrom pra menstruasi. Penelitian ini mengambil tempat penelitian yang sama dengan sebelumnya, yaitu Kabupaten Bantul, namun subyek penelitian yang digunakan berbeda.
Seperti halnya nyeri haid, sindrom pra menstruasi dewasa ini juga sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan pendapat para ahli di dunia bahwa sekitar 40 persen wanita di dunia menghadapi sindrom pra menstruasi. Biasanya sindrom pra menstruasi ini dialami oleh mereka yang berumur 14 sampai 50 tahunan. Sindrom pra menstruasi mulai pada 7 sampai 14 hari sebelum menstruasi dan akan lebih membaik ketika mulai menstruasi. Ditandai dengan tingginya perubahan emosional dan fisik yang biasanya meningkat pada hari-hari sebelum menstruasi, sakit kepala dan nafsu makan yang meningkat, perasaan murung dan gelisah.
(25)
Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid umumnya dianggap hal yang wajar bagi wanita usia produktif. Penelitian berdasarkan survey tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan sindrom pra menstruasi dialami 50 persen wanita dengan sosio ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi. Sindrom pra menstruasi memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi. Sindrom ini akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai menstruasi (Karyadi, 1999).
Banyak wanita yang mengalami gangguan menstruasi mengatakan bahwa mereka dapat sedikit mengatasinya dengan olah raga teratur atau dengan mengkonsumsi vitamin. Bagi mereka yang mengalami gejala lebih parah, akan sangat membantu bila mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti misalnya obat pengurang nyeri haid. Kenyataan yang terlihat, tidak semua wanita yang mengalami gangguan menstruasi mampu mengatasinya dengan mudah. Untuk mengatasi gangguan menstruasi ini terkadang dilakukan dengan cara yang kurang benar, misalnya pada sindrom pra menstruasi, pelampiasan emosi yang meningkat secara berlebihan atau dengan makan makanan yang berlebihan ketika rasa lapar muncul. Padahal, gangguan menstruasi dapat diatasi dengan cara yang lebih baik. Contohnya, para wanita dapat mengalihkan perhatiannya dari gangguan menstruasi
(26)
yang dialaminya dengan istirahat cukup, bila rasa lapar berlebihan muncul dapat mengkonsumsi makanan sehat, buah dan air mineral (Agustini, 2007). Di Negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan dalam waktu satu tahun penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit sebanyak 75% dari jumlah penduduknya. Dari jumlah tersebut, 10% tidak berbuat apa-apa, 25% pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan, dan sisanya sebanyak 65% melakukan pengobatan sendiri. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa di Indonesia yang pergi ke dokter kurang dari 25%, sedangkan yang melakukan pengobatan sendiri lebih dari 65% jumlah penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit dalam setahun. Pengobatan sendiri di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obat-obat paten, seperti golongan obat bebas. Pada umumnya, dasar pemilihan dalam menentukan jamu atau obat paten untuk pengobatan sendiri adalah pengalamam menggunakan jamu atau obat tertentu pada waktu yang lalu atau informasi dari orang lain (Sartono, 1993).
Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang kajian penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul menarik untuk dilakukan. Hal ini berkaitan dengan pengobatan sendiri yang dilakukan oleh remaja putri usia SMU dalam mengatasi gangguan menstruasi yang dialaminya.
(27)
Penelitian ini menggunakan remaja usia SMU sebagai sampel karena diperkirakan pada usia tersebut keseluruhan siswi sudah mengalami menstruasi, dan tentu saja yang mengalami gangguan menstruasi adalah wanita yang sudah menstruasi. Penelitian menggunakan 4 sekolah karena observasi di tempat yang berlainan akan lebih representatif. Selain itu, tidak ada alasan khusus mengapa penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ini.
a. Seperti apakah karakteristik remaja putri di 4 SMU di Kabupaten Bantul yang mengalami gangguan menstruasi?
b. Gangguan menstruasi apa saja yang dialami oleh remaja putri di 4 SMU di Kabupaten Bantul?
c. Bagaimanakah penatalaksanaan gangguan menstruasi yang dilakukan oleh remaja putri di 4 SMU di Kabupaten Bantul ketika mengalami gangguan menstruasi?
d. Apakah perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Astuti pada tahun 2004?
(28)
2. Keaslian Penelitian
Penulis menemukan penelitian yang sejenis dengan judul “Pola Pemilihan dan Penggunaan Obat Pengurang Nyeri Haid oleh Siswi di 5 SMU Kabupaten Bantul Tahun 2004” (Astuti, 2004). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sebagian siswi pernah mengalami nyeri haid. Penelitian tersebut dilakukan di 5 SMU di Kabupaten Bantul dan menyajikan pola pemilihan dan penggunaan obat nyeri haid. Sejauh pengamatan penulis, belum pernah dilakukan penelitian yang berjudul “Kajian Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Astuti adalah penelitian ini juga dilakukan di Kabupaten Bantul tetapi pada empat SMU yang berbeda. Di samping itu, penelitian ini menyajikan perbandingan hasil yang diperoleh dengan penelitian yang dilakukan Astuti. Penelitian ini juga membahas mengenai sindrom pra menstruasi yang dialami oleh remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat praktis
Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemberian informasi tentang penggunaan obat bebas secara rasional
(29)
sehingga dapat mencegah atau mengurangi kesalahan dalam penggunaan obat-obat tersebut.
b. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran yang jelas tentang penatalaksanaan gangguan menstruasi oleh remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di 4 SMU di Kabupaten Bantul.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:
a. karakteristik remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul yang mengalami gangguan menstruasi.
b. gangguan menstruasi yang dialami oleh remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul.
c. penatalaksanaan gangguan menstruasi yang dilakukan oleh remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul ketika mengalami gangguan menstruasi.
d. perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Astuti pada tahun 2004.
(30)
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Menstruasi
1. Pengertian
Menstruasi atau haid adalah proses keluarnya darah yang terjadi secara periodik. Keluarnya darah dari vagina disebabkan luruhnya lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur yang tidak dibuahi (Kasdu, 2005). Menstruasi merupakan kondisi fisiologis berupa pelepasan sel telur (ovum) yang tidak dibuahi oleh sperma. Sel telur yang tidak dibuahi akan mati sesudah ± 20 jam. Kemudian setelah ± 14 hari (10-16) selaput lendir yang tidak terpakai itu mengelupas dan dikeluarkan (Sohn dan Korberly, 1990).
Proses menstruasi berlangsung terus sampai berakhirnya masa produktif wanita, yaitu saat menstruasi berhenti secara permanen (Kasdu, 2005). Masa produktif wanita dimulai saat usia remaja, ketika mengalami fase pubertas. Pubertas (puberty) adalah suatu periode kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks
(31)
sekunder (secondary sex characteristics). Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Pada wanita, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang wanita. Perubahan ciri-ciri seks sekunder yang dialami oleh wanita ditandai dengan membesarnya payudara dan pinggul, suara menjadi halus, dan tumbuhnya rambut pada beberapa bagian tubuh (Desmita, 2005).
Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita Sumber: www.web-books.com/.../Reproductive/uterus.jpg
2. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi secara fisiologis biasanya dialami oleh wanita, dimulai dari masa remaja dan berlanjut sampai menopause (Shimp, 2000). Menopause sering diartikan sebagai titik awal menurunnya fungsi seorang wanita. Menstruasi tidak muncul dan fungsi reproduksi juga tidak terjadi
(32)
lagi (Indarti, 2004). Menstruasi terjadi karena pengaruh siklus bulanan dari hormon-hormon reproduktif wanita. Menstruasi dialami pertama kali oleh wanita antara umur 9 sampai 17 tahun. Usia umum dimana seorang wanita mengalami menstruasi pertama kali (menarche) adalah antara 12-14 tahun. Namun, ditemukan juga wanita dimana mengalami kematangan seksual lebih cepat pada usia kurang dari 12 tahun dan lebih lambat kematangan seksualnya, yaitu pada usia > 14 tahun. Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor seperti nutrisi dan faktor keturunan (Cherry, 1999). Sementara itu Sarwono (2005) mengatakan bahwa keadaan gizi yang semakin baik dapat mempecepat pertumbuhan organ-organ seksual manusia. Peneliti lain juga berpendapat bahwa usia menarche yang semakin cepat disebabkan oleh hubungan antar jenis yang serba boleh (permisif) sehingga mempercepat kematangan tubuhnya. Selain itu, terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ras, faktor gen, status nutrisi, intensitas latihan (olah raga), dan faktor psikologi (Shimp, 2000).
Lamanya siklus menstruasi yang normal dihitung dari jarak antara tanggal mulainya menstruasi sebelumnya dengan mulainya menstruasi berikutnya, yaitu berkisar antara 25 sampai 32 hari (Indarti, 2004). Menurut Guyton (1991), lama siklus menstruasi rata-rata 28 hari, dapat juga sependek 20 hari atau selama 45 hari, bahkan pada wanita yang normal.
(33)
3. Fisiologi Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi terjadi karena aktivitas hormon-hormon di hipotalamus, kelenjar pituitary, dan ovarium. Kelenjar pituitari adalah kelenjar di bawah otak yang mempengaruhi fungsi dan pertumbuhan badan. Sel-sel dalam hipotalamus berperan penting pada pengaturan siklus menstruasi dengan memproduksi Gonadotropin – Releasing Hormon
(GnRH). Hormon GnRH mendorong sel-sel gonadotrop pituitari untuk mensintesis dan mengsekresi Luitenizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormon (FSH). Hormon FSH kemudian merangsang folikel dalam ovarium agar cepat matang (Shimp, 2000).
Folikel yang matang karena rangsangan dari Follicle Stimulating Hormon (FSH), akan dikeluarkan dari ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh
Luteinizing Hormon (LH). Korpus luteum akan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang semakin lama semakin tinggi kadarnya. Estrogen dan progesteron berguna untuk membentuk dan mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesteron akan terus dipertahankan selama trimester awal (tiga bulan) kehamilan sampai fungsiya digantikan oleh plasenta (Guyton, 1991).
Apabila pembuahan tidak terjadi, korpus luteum akan mengalami degenerasi. Akibat degenerasi korpus luteum, maka kadar estrogen dan progesteron mengalami penurunan, semakin berkurang sampai akhirnya
(34)
berhenti. Hal ini menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah dan segera diikuti vasodilatasi. Keadaan seperti ini meyebabkan pelepasan lapisan endometrium dan pendarahan yang disebut menstruasi (Manuaba, 1998).
Gambar 2. Fisiologi Siklus Menstruasi Sumber: http://www.nordica.org/reproductive
B. Karakteristik Usia Remaja
Masa remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Batasan usia remaja yang ditetapkan oleh WHO adalah batas usia 10-20 tahun. Remaja awal adalah remaja yang
(35)
berusia 10-14 tahun dan usia 15-20 tahun digolongkan pada remaja akhir (Sarwono, 2005).
Usia 14-19 tahun termasuk kategori usia remaja. Remaja dikenal sebagai tahap perkembangan fisik ketika organ reproduksi manusia mencapai kematangannya dan berfungsi secara sempurna. Kematangan organ reproduksi pada remaja wanita ditandai dengan menstruasi setiap bulannya.
Tidak hanya kematangan fisik saja yang terjadi pada usia remaja, tetapi juga kematangan perilaku dan pola pikir remaja itu sendiri. Responden yang tidak lain adalah remaja, sudah selayaknya mengalami kematangan perilaku dan pola pikir, dapat mengambil keputusan sendiri, mempunyai inisiatif dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil. Seorang remaja memiliki kebebasan untuk memilih apa yang seharusnya dilakukan ketika menghadapi sesuatu.
Didalam kebebasan memilih menurut Covey (1990) yang dituliskan oleh Desmita (2005) , terkandung unsur-unsur:
a. Self-awareness (kesadaran diri), yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, menenangkan dan menilai diri sendiri.
b. Imagination (imajinasi), yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu melampaui realitas yang dimungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu dalam pikirannya yang tidak dibatasi oleh dunia nyata.
(36)
c. Concience (kata hati), yaitu kesadaran batin yang mendalam tentang benar-salah, baik-buruk, yang diharapkan-tidak diharapkan, sebagai prinsip yang mengatur perilaku manusia sehingga ia dapat menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya.
d. Independent-will (kehendak bebas), yaitu kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadaran dirinya dan bebas dari segala pengaruh lain.
C. Dysmenorrhea
1. Pengertian
Dysmenorrhea (nyeri haid) adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi yang tidak teratur ketika peluruhan dinding endometrium. Nyeri yang dirasakan mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah. Pada keadaan yang berat dapat disertai berbagai gejala dan tanda, mulai dari mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala bahkan sampai pingsan (Anonim, 2004; Cherry, 1999).
Rasa nyeri ketika menstruasi yang demikian hebat seringkali memerlukan obat pereda sakit. Gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum menstruasi berlangsung, selama hari pertama dan kedua menstruasi, dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri terasa hilang timbul, tajam dan bergelombang, biasanya mengikuti gerak rahim dan dapat menjalar ke arah pinggang bagian belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai perasaan mudah tersinggung atau depresi (Riyanto, 2002).
(37)
2. Penggolongan
Berdasarkan penyebabnya, dikenal dua jenis dysmenorrhea (nyeri haid) yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.
Dysmenorrhea primer terjadi apabila tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan dysmenorrhea sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.
3. Patofisiologi Dysmenorrhea Primer
Dysmenorrhea primer hanya terjadi saat siklus ovulatori. Oleh karena itu, angka kejadiannya lebih tinggi pada wanita diawal masa remajanya (awal menstruasi) dan ketika menginjak dewasa. Karena pada masa ini, keteraturan ovulasi meningkat (Shimp, 2000).
Penyebab terjadinya dysmenorrhea primer adalah kontraksi pada uterus, yang berhubungan dengan kadar prostaglandin. Endometrium dan miometrium pada uterus memegang peranan atau mempunyai kapasitas pada sintesis prostaglandin. Kadar prostaglandin dalam endometrium dan cairan menstruasi pada wanita dengan dysmenorrhea primer ditemukan mempunyai kadar yang tinggi. Perbandingannya adalah 5-13 kali lebih besar prostaglandin yang ditemukan pada wanita dengan dysmenorrhea
primer dibandingkan yang tidak mengalami dysmenorrhea primer.
Kadar prostaglandin yang meningkat, menyebabkan turunnya kadar progesteron selama siklus menstruasi. Bersamaan dengan itu, kadar
(38)
prostacyclin juga mengalami penurunan. Kondisi ini dapat memicu terjadinya kontraksi uterin yang kuat dan mengalami vasokonstriksi. Akibatnya, terjadi defisiensi oksigen untuk mencapai jaringan dan menyebabkan atau menimbulkan rasa sakit pada beberapa wanita.
Pada menstruasi yang normal, tekanan kontraksi berkisar antara 50-80 mmHg dan berlangsung selama 15-30 detik setiap 10 menit. Sedangkan pada kasus dysmenorrhea primer, tekanan kontraksinya mencapai 400 mmHg, waktu kontraksi dapat lebih dari 90 detik dan jarak antar kontraksi bisa kurang dari 15 detik (Shimp, 2000).
4. Penatalaksanaan Dysmenorrhea Primer
Untuk mengatasi dysmenorrhea primer, perlu dipahami mengenai sasaran terapi, strategi terapi serta pemilihan obat untuk dysmenorrhea
primer. Tujuannya agar terapi yang dilakukan benar-benar efektif dalam mengatasi nyeri haid (dysmenorrhea primer).
a. Tujuan Terapi
Terapi dimaksudkan untuk mengurangi gejala-gejala dysmenorrhea
primer dan untuk meredakan ketidak nyamanan dan gangguan saat beraktivitas (Shimp, 2000).
b. Strategi Terapi
Strategi terapi dysmenorrhea primer dibagi menjadi dua, yaitu strategi terapi non farmakologi dan strategi terapi farmakologi. Strategi
(39)
terapi non farmakologi antara lain dapat dilakukan dengan cara mengompres daerah sekitar perut dengan air hangat atau dengan menggunakan “Heating pad”. Selain itu, mengatur diet makanan, mengurangi konsumsi kafein, alkohol dan meningkatkan konsumsi karbohidrat serta olahraga secara teratur dipercaya dapat meringankan rasa nyeri saat menstruasi (Shimp, 2000). Kafein dengan dosis yang tinggi akan menyebabkan gugup, gelisah, tremor dan insomnia (Wilmana, 1995).
Tabel I. Terapi Dysmenorrhea dengan Obat Tanpa Resep (Shimp,2000)
OBAT REKOMENDASI
DOSIS
DOSIS MAKSIMAL HARIAN Acetaminophen 650-1000 mg setiap
4-6 jam
4000 mg Aspirin 650-1000 mg setiap
4-6 jam
4000 mg Ibuprofen 200-400 mg setiap
4-6 jam
1200 mg Ketoprofen 12.5-25 mg setiap 4-8
jam; tidak lebih dari 25 mg dalam 4-6 jam.
75 mg
Noproxen sodium
220-440 mg diawal: kemudian 220 mg setiap 8-12 jam
660 mg
Strategi terapi farmakologi merupakan terapi mengatasi
dysmenorrhea primer dengan menggunakan obat. Pada umumnya obat yang digunakan adalah obat tanpa resep, antara lain aspirin, acetaminophen, dan
(40)
obat anti inflamasi non steroid (AINS). Tiga anti inflamasi non steroid (AINS) yang tersedia sebagai obat tanpa resep dan sering digunakan untuk mengatasi dysmenorrhea primer adalah ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen. Tabel I menunjukkan dosis beberapa jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi dysmenorrhea primer.
5. Dysmenorhea Sekunder
Dysmenorrhea sekunder biasanya berhubungan dengan patologi pelvic yaitu terjadi karena adanya kelainan atau penyakit dan biasanya terjadi pada usia dewasa. Nyeri pada dysmenorrhea sekunder biasanya mulai pada awal siklus menstruasi dan lebih lama dari pada nyeri haid pada umumnya.
Kemungkinan penyebab dysmenorrhea sekunder antara lain endometriosis (adanya jaringan endometrial pada tempat yang tidak semestinya), tumor jinak pada rahim, kista indung telur, polip dinding rahim, infeksi panggul rahim, cervical stenosis, dan kelainan bawaan (Shimp, 2000).
(41)
D. Sindrom Pra Menstruasi
1. Pengertian
Sindrom pra menstruasi didefinisikan sebagai gangguan siklus menstruasi berupa kombinasi perubahan fisik dan emosional yang terjadi dalam fase luteal siklus menstruasi, secara nyata membaik atau hilang dalam beberapa hari pertama aliran menstruasi, dan absen selama minggu pertama setelah menstruasi (Shimp, 2000). Keluhan yang dialami ini bisa bervariasi dari bulan ke bulan, bisa menjadi lebih ringan ataupun lebih berat. Diperkirakan kurang lebih 85% wanita usia produktif antara usia 25-35 tahun mengalami satu atau lebih gejala dari sindrom pra menstruasi. Namun, hanya 2-10% yang menunjukkan gejala sindrom pra menstruasi berat yang biasa disebut Premenstrual Dysphoric Disorder/PMDD (Agustini, 2007).
Kira-kira 80% wanita mengalami beberapa perubahan fisik dan emosional sebelum menstruasi. Sekitar 66% wanita dengan sindrom pra menstruasi menunjukkan perubahan yang positif seperti meningkatnya aktivitas, kreativitas, dan produktivitas dalam bekerja. Sebagian wanita menunjukkan kemunduran kemampuan mereka dalam keadaan normal ketika mengalami sindrom pra menstruasi. Sebagian besar wanita dengan sindrom pra menstruasi dapat mengatasi gangguan yang mereka alami
(42)
dengan baik, perubahan fisik yang dialami tidak mengganggu aktivitas kesehariannya (Shimp, 2000).
2. Penyebab Sindrom Pra Menstruasi
Penyebab pasti sindrom pra menstruasi belum diketahui hingga kini. Salah satu dugaan penyebab sindrom pra menstruasi adalah peranan dari hormon estrogen dan progesteron. Umumnya, menjelang menstruasi dijumpai peningkatan hormon progesteron dan penurunan hormon estrogen. (Baziad, 2005).
Penurunan kadar hormon estrogen setelah ovulasi mempengaruhi neurotransmitter di otak terutama serotonin. Serotonin memegang peranan dalam regulasi emosi. Meskipun demikian, diduga interaksi kompleks antara hormon estrogen, progesteron dan serotonin dengan sindrom pra menstruasi masih perlu diteliti lebih lanjut.
Gangguan metabolisme dan pola hidup yang tidak sehat (terutama faktor nutrisi) juga mungkin turut berperan dalam menyebabkan sindrom pra menstruasi. Diduga terjadi gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur efek hormon estrogen dan progesteron pada sistem reproduksi, juga mengatur kerja neurotransmitter pada sistem saraf. Selain gangguan metabolisme, pola nutrisi yang tidak seimbang berupa diet tinggi lemak, tinggi garam dan gula, rendah vitamin dan mineral, sedikit serat dapat
(43)
menimbulkan sindrom pra menstruasi. Konsumsi kafein serta alkohol yang berlebihan dapat memperberat gejala yang ada (Agustini, 2007).
3. Gejala Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan adalah perasaan mudah tersinggung (irritability) dan perasaan sedih (dysphoria). Gejala mulai dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan biasanya menghilang setelah menstruasi (Agustini, 2007). Gejala yang berupa perubahan fisik dan mental (emosional) pada wanita yang mengalami sindrom pra menstruasi dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Perubahan Fisik dan Emosional pada Sindrom Pra Menstruasi
Fisik Emosional
Kelemahan umum (lekas letih, pegal)
Gangguan konsentrasi
Acne (jerawat) Insomnia Nyeri pada kepala, punggung,
perut bagian bawah
Irritability (mudah tersinggung) Nyeri pada payudara Depresi
Gangguan saluran cerna Mood swings Food craving Oversensitivity
Setiap wanita dengan sindrom pra menstruasi, mengalami gejala yang berbeda-beda ketika sindrom pra menstruasi menyerang. Persentasi
(44)
banyaknya wanita dengan sindrom pra menstruasi yang memperlihatkan beberapa gejala dan tanda dapat dilihat pada tabel III (Shimp, 2000).
Tabel III. Gejala-Gejala Umum Sindrom Pra Menstruasi (Shimp, 2000)
Gejala/tanda % wanita-SPM
memperlihatkan gejala PERILAKU
Letih 92
Mudah marah 91
Suasana hati labil (kadang sedih/marah) 81
Depresi 80
Peka sekali (oversensitivity) 69 Cepat menangis (crying spells) 65
Enggan bersosialisasi 63
Pelupa 56
Sulit konsentrasi 47
FISIK
Perut terasa penuh (abdominal bloating) 90
Nyeri pada payudara 85
Jerawat 71
Sering merasa lapar (food craving) 70
Kaki-tangan bengkak 67
Nyeri pada kepala 60
Gangguan saluran cerna 48
4. Penatalaksanaan Sindrom Pra menstruasi
Untuk mengurangi keluhan dan gejala sindrom pra menstruasi, diperlukan suatu pemahaman mengenai sasaran terapi, strategi terapi serta pemilihan obat yang dapat mengatasi gejala maupun keluhan yang dialami
(45)
wanita dengan sindrom menstruasi. Terapi ditujukan pada gejala serta keluhan saat sindrom pra menstruasi menyerang, dengan cara meringankan atau menghilangkan keluhan-keluhan yang dirasa paling berat.
a. Tujuan Terapi
Tujuan terapi yang diharapkan adalah adanya pemahaman tentang sindrom pra menstruasi. Pengetahuan tentang gangguan ini dapat digunakan oleh wanita agar dapat lebih mengontrol gejala-gejala gangguan tersebut dan meringankan kondisi ini dalam lingkungan sosial dan pekerjaan mereka.
b. Strategi Terapi
Strategi terapi sindrom pra menstruasi dilakukan dengan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.
1) Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan terapi untuk mengatasi sindrom pra menstruasi tanpa menggunakan obat. Terapi tersebut meliputi olah raga (aerobik) secara rutin, pola makan yang sehat, dan terapi perilaku-kognitif. Wanita dengan sindrom pra menstruasi yang berolahraga lebih dapat merasakan berkurangnya gejala dan keluhan sindrom pra menstruasi dibandingkan wanita dengan sindrom pra menstruasi yang tidak berolahraga. Untuk menjaga pola makan yang sehat, disarankan untuk mengurangi masukan gula, garam, alkohol, dan kafein serta menambah masukan karbohidrat. Terapi perilaku-kognitif ditujukan untuk relaksasi,
(46)
dengan meredakan gangguan emosional ketika sindrom menstruasi menyerang. Terapi ini dapat berupa hipnoterapi, meditasi, aromaterapi, dan sebagainya (Shimp, 2000).
Selain menjaga pola nutrisi dan melakukan relaksasi melalui terapi perilaku-kognitif, menghindari rokok dan stres berkepanjangan juga dapat mengatasi gejala sindrom pra menstruasi (Agustini, 2007).
2) Terapi farmakologi
Terapi pada sindrom pra menstruasi umumnya menggunakan obat tanpa resep atau obat bebas. Obat bebas yang dianggap efektif adalah vitamin, mineral, dan anti inflamasi non steroid (AINS). Kalsium diperlukan untuk mengurangi gejala sindrom pra menstruasi. Sebuah penelitian pada 466 wanita dengan sindrom pra menstruasi sedang sampai berat merasakan berkurangnya gejala sindrom pra menstruasi setelah dua bulan terapi. Gejala sindrom pra menstruasi tersebut antara lain berupa depresi, mood swings, food craving, retensi cairan, dan kram abdominal.
Piridoxin (vitamin B6) dipercaya dapat mengatasi sindrom pra menstruasi. Vitamin B6 dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai sindrom pra menstruasi seperti mastalgia, irritability (perasaan mudah tersinggung), perasaan tegang, dan kembung. Tetapi, dosis Piridoxin yang direkomendasikan untuk sindrom pra menstruasi tidak boleh lebih dari 100 mg per hari, karena pada dosis tinggi berpotensi menyebabkan neuropathi.
(47)
Gejala yang menunjukkan ketoksikan piridoxin antara lain paresthesia, hyperesthesia, nyeri tulang, dan kelemahan otot (Shimp, 2000).
Vitamin E direkomendasikan untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara. Vitamin E menghambat produksi prostaglandin dan membantu mempertahankan fungsi dan struktur saraf (Wilmana, 1995).
Kadar magnesium dalam darah pada wanita dengan sindrom pra menstruasi lebih rendah dibanding wanita normal. Defisiensi magnesium menyebabkan irritability pada wanita dengan sindrom pra menstruasi. Selain magnesium, mineral lain seperti kalsium, mangan, dan potasium juga digunakan untuk mengurangi gejala sindrom pra menstruasi.
Anti inflamasi non steroid (AINS) sebagai inhibitor prostaglandin juga dapat mengatasi sindrom pra menstruasi, yaitu mengatasi gejala sindrom pra menstruasi yang bersifat fisik seperti nyeri pada kepala dan cepat merasa lelah. Anti inflamasi non steroid (AINS) yang biasa digunakan adalah mefanamic acid dan naproksen sodium.
Salah satu keluhan yang biasa dirasakan pada wanita dengan sindrom pra menstruasi adalah akumulasi cairan, perut terasa penuh (gembung abdominal). Rasa kembung dan bengkak pada sindrom pra menstruasi dikarenakan adanya perubahan cairan. Oleh karena itu, diuretik yang diindikasikan untuk mengurangi retensi cairan dapat digunakan bagi sebagian besar wanita dengan sindrom pra menstruasi. Beberapa diuretik
(48)
yang dapat diperoleh tanpa resep adalah ammonium klorida, kafein, dan pamabrom (Shimp, 2000).
E. Sakit, Kesakitan dan Perilaku Kesehatan
Penyakit dan kesakitan, meskipun sangat berkaitan satu dengan yang lainnya, namun mencerminkan suatu perbedaan. Kesakitan adalah apa yang dirasakan pasien saat dia pergi ke dokter, sedang penyakit adalah apa yang didapatnya sepulang dari dokter. Jadi penyakit adalah sesuatu yang dimiliki suatu organ, sedang kesakitan adalah sesuatu yang dimiliki seseorang. Kesakitan adalah respon subyektif dari pasien, serta respon disekitarnya, terhadap keadaan tidak sehat (Helman,1990, cit., Smet, 1994). Hal ini akan mepengaruhi perilaku seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan gejala-gejalanya.
Setiap individu mempunyai perbedaan dalam menanggapi gejala-gejala kesakitan yang dialami. Pertama, orang yang memusatkan perhatian pada diri sendiri lebih cepat memperhatikan adanya gejala daripada orang yang memusatkan perhatian pada lingkungan serta kegiatan mereka. Kedua, bila orang berada pada tekanan stress, mereka mungkin percaya bahwa mereka akan lebih mudah terserang kesakitan sehingga akan lebih memperhatikan tubuhnya. Mereka juga bisa mengalami perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan stres, serta mengintepretasikan oerubahan-perubahan ini sebagai gejala kesakitan. Ketiga, suasana hati
(49)
(mood) juga mempengaruhi penghargaan diri terhadap kesehatan. Bila orang dalam suasana hati positif, mereka mengira bahwa mereka lebih sehat, lebih jarang melaporkan tentang ingatan yang berhubungan dengan kesakitan, serta lebih sedikit melaporkan tentang gejala (Smet, 1994).
Rasa sakit merupakan tanda atau gejala bahwa kesehatan seseorang terganggu, Pada umumnya, rasa sakit kurang mempunyai arti sebagai tanda peringatan maupun dalam menegakkan diagnosa. Rasa sakit dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu rasa sakit di permukaan, rasa sakit di dalam dan rasa sakit somatik. Rasa sakit di permukaan dirasakan di bagian kulit atau selaput lendir dan pada bagian tertentu. Rasa sakit di dalam dirasakan pada organ-organ tubuh yang terdiri dari otot polos. Kedua golongan rasa sakit ini biasanya memerlukan obat-obat yang didapatkan dengan resep dokter. Rasa sakit somatik, dirasakan di bagian-bagian otot rangka, sendi-sendi dan pembuluh-pembuluh yang tidak jelas tempatnya, misalnya sakit kepala, sakit gigi, pegal-pegal dan sebagainya. Rasa sakit somatik yang tidak berat, biasanya dapat dihilangkan dengan obat-obat penghilang rasa sakit yang dapat diperoleh tanpa resep dokter atau dijual bebas (Sartono, 1993).
(50)
F. Obat dan Pengobatan Sendiri
Dalam arti luas, obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup (Suyatna, 1995). Obat merupakan bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, penscegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, dan peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis (Anonim, 1998).
Pengobatan mandiri lebih banyak dipilih orang untuk mengobati sakit dan penyakit selama bertahun-tahun (Pal, 2000). Pengobatan sendiri di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obat-obat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas terbatas. Pada umumnya, dasar pemilihan dalam menentukan jamu atau obat paten untuk pengobatan sendiri ialah pengalaman menggunakan jamu atau obat tertentu pada waktu yang lalu atau diberi tahu orang lain (Sartono,1993).
Obat tanpa resep (OTR) atau obat bebas digunakan untuk pencegahan, terapi, meringankan gejala, atau pengobatan penyakit, luka, dan kondisi lainnya, yang mana konsumen dapat mengidentifikasi dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atau dengan bantuan tenaga kesehatan yang profesional termasuk farmasis (Pal, 2000). World Heath Organization (WHO), mendefinisikan pengobatan sendiri sebagai pemilihan dan penggunaan obat tidak semata-mata obat modern saja tetapi
(51)
juga herbal dan obat tradisional oleh dirinya sendiri untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Pengobatan sendiri merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua yang memungkinkan masyarakat dapat hidup poduktif secara sosial dan ekonomi (Supardi, 1997).
Setelah mendapatkan obat bebas, ada 2 hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan obat tersebut. Hal pertama adalah membaca dengan teliti indikasi, kontraindikasi, misalnya bagi penderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal serta dosis pemakaiannya. Hal yang kedua adalah memperhatikan efek samping yang tidak dikehendaki dan mungkin berbahaya bagi beberapa oang tertentu karena bidang tugas atau pekerjaannya, seperti sopir, atlet, dan sebagainya (Sartono, 1993).
Obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dibeli secara bebas (obat tanpa resep) di apotek, toko obat, toko, dan warung. Obat bebas terbatas meskipun dapat dijual dengan bebas, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir. Djen/S.K./1969 tanggal 28 Oktober 1969, harus dicantumkan tanda peringatan pada wadah atau kemasannya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm atau disesuaikan dengan kemasannya, dan memuat pemberitahuan dengan huruf berwarna putih. Sesuai dengan obatnya, pemberitahuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. P.No.1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam b. P.No.2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan
(52)
c. P.No.3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan d. P.No.4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar
e. P.No.5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan f. P.No.6 Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan
Selain itu, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 tertanggal 15 Juli 1983, obat bebas dan obat bebas terbatas harus diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter 1,5 cm atau disesuaikan dengan kemasannya. Untuk obat bebas, warna lingkarannya hijau dengan garis tepi hitam. Sedangkan untuk obat bebas terbatas, warna lingkarannya biru tua dengan garis tepi hitam (Sartono, 1993).
G. Analgesik
Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonstreroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun fek samping. Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin (aspirin-like drugs). Semua obat mirip aspirin bersifat anti piretik, analgesik dan anti-inflamasi.
Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia dan
(53)
nyeri lain yang berasal dari integumen, juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opiat. Tetapi berbeda dengan opiat, obat mirip aspirin tidak menimbulkan ketagihan atau tidak menimbulkan efek samping yang merugikan. Obat mirip aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan. Selain itu, obat mirip aspirin hanya mengubah persepsi modalitas sensorik nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain (Wilmana,1995).
Parasetamol bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali. Parasetamol tersedia sebagai obat bebas. Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh. Reaksi alergi parasetamol jarang terjadi. Akibat dosis toksik yang paling serius ialah nekrosis hati. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian (Wilmana, 1995).
Ibuprofen bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit, sakit kepala, dan trombositopenia. Ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas di beberapa negara dengan
(54)
alasan bahwa ibuprofen relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik.
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Asetosal tidak boleh diberikan pada penderita dengan kerusakan hati berat, defisiensi vitamin K dan hemofilia, sebab dapat menimbulkan pendarahan (Wilmana,1995).
Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung dan pendarahan samar (occult). Penderita asma juga tidak boleh diberikan obat ini, karena akan menyebabkan bronchokonstriksi (Tjay dan Rahardja, 2002). Salisilat merangsang langsung pusat pernapasan sehingga terjadi hiperventilasi dengan pernapasan yang dalam dan cepat (Wilmana, 1995).
H. Keterangan Empiris yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi tentang kajian penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di 4 SMU di Kabupaten Bantul.
(55)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri usia SMU di empat SMU di Kabupaten Bantul ketika mengalami gangguan menstruasi tersebut.
B. Definisi Operasional
1. Menstruasi merupakan peristiwa yang umumnya dialami oleh wanita dewasa setiap bulannya berupa pendarahan dari liang vagina.
2. Gangguan menstruasi adalah tanda atau gejala mengganggu pada wanita ketika menstruasi. Gangguan dapat terjadi sebelum atau saat menstruasi. Gangguan menstruasi antara lain berupa sindrom pra menstruasi dan nyeri haid (dysmenorrhea).
3. Sindrom pra menstruasi adalah gangguan menstruasi berupa tanda atau gejala mengganggu yang dialami sebagian wanita sebelum sampai saat menstruasi terjadi.
4. Nyeri haid (dysmenorrhea) adalah rasa sakit atau nyeri berupa kontraksi uterus yang terjadi ketika menstruasi.
(56)
5. Siklus menstruasi adalah rentang waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengalami menstruasi dari satu masa menstruasi ke masa menstruasi berikutnya.
6. Pengobatan mandiri adalah pengobatan gangguan menstruasi menggunakan obat tanpa resep, baik obat modern maupun obat tradisional.
7. Obat tanpa resep adalah obat bebas dan obat bebas terbatas yang digunakan responden untuk mengatasi gangguan menstruasi.
8. Obat tradisional adalah obat dari bahan atau ramuan bahan alami yang digunakan oleh responden untuk mengatasi gangguan menstruasi, yang biasanya sudah menjadi kebiasaan secara turun-temurun
9. Kajian adalah studi yang dilakukan untuk memperdalam atau mengetahui dengan lebih jelas kejadian, kasus sesuatu hal dari suatu fenomena.
10.Cara mengatasi gangguan menstruasi adalah beberapa cara yang biasa dilakukan atau dipilih oleh responden untuk mengatasi gangguan menstruasi yang dialami.
11.Responden adalah siswi di empat SMU di Kabupaten Bantul tahun 2004 yang telah mengisi kuesioner yang disediakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
12.Karakteristik responden dalam hal ini adalah mencakup usia responden dan usia responden ketika pertama kali menstruasi.
(57)
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sebagian siswi di 2 Sekolah Menengah Umum (SMU) dan 2 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Bantul. Subyek penelitian ini adalah remaja putri usia SMU yang dalam hal ini adalah siswi SMU dan SMK. Diperkirakan pada usia SMU ini, seluruh responden sudah mengalami menstruasi. Selain itu, gangguan menstruasi umumnya terjadi pada usia remaja. Pemilihan subyek penelitian dilakukan secara non random convenience sampling. Selanjutnya, subyek penelitian disebut dengan responden.
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di empat SMU di Kabupaten Bantul. Empat SMU tersebut adalah SMU Negeri 1 Sewon, SMU Negeri 1 Kasihan, SMK Negeri 1 Bantul, dan SMK Negeri 1 Sewon. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara non random convenience sampling.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bersifat terbuka dan pilihan, yang akan diisi oleh responden. Secara keseluruhan, kuesioner terdiri atas 26 pertanyaan. Terdapat 2 pertanyaan yang merupakan data pribadi responden, dan 24 pertanyaan lainnya mengenai gangguan menstruasi yang dialami
(58)
responden dan cara responden mengatasi gangguan menstruasi tersebut. Dari 24 pertanyaan tersebut, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 6 pertanyaan ketika pertama kali mengalami menstruasi dan 18 pertanyaan ketika sudah berada di bangku SMU.
Setelah penyusunan kuesioner dilakukan, selanjutnya diadakan uji coba penelitian terhadap kuesioner yang telah dibuat untuk mengetahui validitas tiap soal. Pemahaman bahasa dan perintah soal pada kuesioner antara lain menjadi parameter validitas yang digunakan peneliti.
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan bantuan guru dan kepala sekolah dari sekolah yang bersangkutan. Peneliti diberi kesempatan oleh pihak sekolah yang bersangkutan untuk melakukan penelitian pada salah satu jam pelajaran sekolah. Jadi, kuesioner yang akan diajukan kepada responden dapat disajikan langsung oleh peneliti, selanjutnya diisi langsung oleh responden.
F. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan Kuesioner
Peneliti membuat kuesioner dengan mengacu pada informasi yang didapat dan buku yang dibaca, serta melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.
2. Penentuan Besar Sampel
Ukuran minimum sampel yang dapat diterima dalam penelitian deskriptif adalah 10 persen dari populasi. Untuk populasi yang sangat kecil diperlukan
(59)
ukuran minimum sampel sebanyak 20 persen (Sevilla, dkk, 1993). Jumlah keseluruhan siswi putri di 4 SMU di Kabupeten Bantul pada penelitian ini adalah 1684 orang, sehingga ukuran minimum sampel yang dapat diterima adalah 10 persen dari 1684, yaitu sebesar 168 orang. Peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 380 eksemplar, dan kuesioner yang kembali sebanyak 379 eksemplar. Jumlah siswi di SMU Negeri 1 Sewon adalah 367 orang dan kuesioner yang disebarkan sebanyak 81 eksemplar. Siswi di SMU Negeri 1 Kasihan berjumlah 518 orang dan kuesioner yang disebarkan sebanyak 102 eksemplar. Jumlah siswi di SMK Negeri 1 Bantul adalah 405 orang dan kuesioner yang disebarkan sebanyak 107 eksemplar, siswi di SMK Negeri 1 Sewon berjumlah 394 orang dan kuesioner yang disebarkan sebanyak 90 eksemplar.
3. Penyebaran Kuesioner dan Pengumpulan Data
Penyebaran kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti di 2 SMU dan 2 SMK di kabupaten Bantul dengan ijin dari sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya, peneliti diberi kesempatan oleh pihak sekolah untuk melakukan penelitian dengan mengambil satu jam pelajaran, yaitu pada Bimbingan dan Konseling (BK). Dengan demikian, peneliti berkesempatan untuk menyebarkan kuesioner secara langsung dan responden diberi kesempatan untuk langsung mengisi kusioner tersebut. Dari 380 kuesioner yang disebarkan, yang kembali sebanyak 379 eksemplar. Hal ini dikarenakan terdapat 1 orang yang belum
(60)
mengalami menstruasi sehingga tidak memungkinkan untuk mengisi kuesioner yang telah diajukan.
4. Analisis Hasil
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan meggolongkan data tersebut berdasarkan kriteria tertentu. Setelah itu, data yang telah diperoleh diolah dengan perhitungan statistik deskriptif, yaitu dengan menghitung persentasi (%) setiap kemungkinan jawaban. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
G. Tata Cara Pengolahan Hasil
Pengolahan hasil dilakukan dengan cara menghitung frekuensi dan jumlah setiap alternatif jawaban responden. Setelah itu, peneliti mengelompokkan setiap alternatif jawaban tersebut berdasarkan beberapa kategori. Kemudian hasil disajikan dalam bentuk persentasi (%) dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram pie. Hasil yang ditampilkan dalam bentuk tabel mencakup berbagai alternatif jawaban, namun lebih kepada penekanan perbandingan persentasi alternatif jawaban satu dengan alternatif jawaban lainnya.
Pengolahan hasil dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah karakteristik responden, yang mana pada penelitian ini adalah nama responden dan umur responden. Persentasi hasil dari bagian ini berdasarkan pada jumlah total responden.
(61)
Rumusnya adalah:
Keterangan:
P = Persentasi jawaban responden
X = Jumlah responden yang memilih alternatif jawaban tertentu R = Jumlah total responden
Bagian kedua dengan rumus yang sama dengan bagian pertama merupakan gambaran tentang menstruasi yang dialami responden pada tahun pertama menstruasi. Bagian ini meliputi usia responden ketika pertama mendapat menstruasi, keteraturan menstruasi responden, keluhan yang dirasakan pada tahun pertama menstruasi dan keteraturan gangguan menstruasi responden setiap bulan. Bagian ini juga memberi gambaran tentang menstruasi yang dialami dan pamilihan obat bebas oleh responden.
Bagian ketiga adalah gambaran cara mengatasi gangguan menstruasi dengan obat bebas meliputi alasan pemilihan obat, lama waktu mengkonsumsi obat dan cara lain yang dilakukan untuk mengatasi gangguan menstruasi. Persentasi jawaban diperoleh dengan menggunakan jumlah responden yang memilih obat modern atau jumlah responden yang memilih obat tradisional pada bagian kedua sebagai pembagi.
P = X R
(62)
Rumusnya adalah:
1. Perhitungan persentasi mengenai gambaran responden menggunakan obat modern
Keterangan:
P = Persentasi jawaban responden
X = Jumlah responden yang memilih alternatif jawaban tertentu (terdapat responden yang memilih jawaban labih dari satu)
Rm= Responden yang memilih obat modern
2. Perhitungan persentasi mengenai gambaran responden menggunakan obat tradisonal
Keterangan:
P = Persentasi jawaban responden
X = Jumlah responden yang memilih alternatif jawaban tertentu (terdapat respoden yang menjawab lebih dari satu jawaban)
Rt = Responden yang memilih obat tradisional P = X
Rm
P = X Rt
(63)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran umum tentang menstruasi dan gangguan menstruasi yang dialami oleh responden. Seluruh responden pada penelitian ini, yaitu sebanyak 379 responden, sudah mengalami menstruasi. Hasil penelitian dan pembahasannya disajikan sebagai berikut.
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia responden dan karakteristik responden ketika pertama mengalami menstruasi, yang antara lain meliputi usia responden dan gangguan menstruasi yang dialami responden saat itu.
1. Usia Responden
Usia responden pada penelitian ini bervariasi, yaitu antara 14-19 tahun. Usia responden yang menempati persentasi terbesar adalah responden yang berusia 16 tahun (54,6%) dan responden yang berusia 17 tahun (23,5%). Usia tersebut tergolong usia remaja, yang memiliki kemampuan pola pikir, sehingga dapat menentukan keputusan sendiri dan
(64)
memiliki kebebasan untuk memilih apa yang seharusnya dilakukan ketika menghadapi sesuatu, dalam hal ini adalah gangguan menstruasi.
Tabel IV. Distribusi Usia Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004
No Usia (th) Jumlah Persentasi (%)
1 14 1 0,3
2 15 72 19,0
3 16 207 54,6
4 17 89 23,5
5 18 9 2,4
6 19 1 0,3
Total 379 100,0
2. Usia Responden Saat Pertama Menstruasi
Dari data yang diperoleh, usia responden saat pertama kali menstruasi (menarche), sebagian besar berusia 12-14 tahun. Responden yang mengalami menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun sebesar 32,4%, pada usia 13 tahun sebesar 35,9%, dan 14 tahun sebesar 25,6%. Menurut teori (Cherry, 1999), usia umum ketika seorang wanita mengalami menstruasi pertama kali adalah antara 12-14 tahun. Jadi, usia responden saat pertama kali menstruasi sesuai dengan yang disebutkan menurut teori. Namun, didapat juga data responden yang mengalami menstruasi pertama kali pada usia < 12 tahun dan > 14 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti keadaan nutrisi seseorang dan faktor lingkungan.
(65)
Faktor lingkungan merupakan hubungan responden dengan lingkungannya, seperti hubungan antar jenis yang serba boleh, yang mempercepat kematangan tubuhnya. Hal ini menyebabkan seorang wanita akan mengalami mentruasi pertama kali lebih cepat daripada yang seharusnya.
Tabel V. Distribusi Usia Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 Saat Pertama Kali Menstruasi
No Usia (th) Jumlah Persentasi (%)
1 9 1 0,3
2 11 7 1,8
3 12 123 32,4
4 13 136 35,9
5 14 97 25,6
6 15 9 2,4
7 16 1 0,3
8 Tidak
menjawab 5 1,3
Total 379 100,0
3. Keteraturan Waktu Menstruasi
Umumnya menstruasi terjadi setiap satu bulan sekali. Namun, seringkali menstruasi tidak teratur setiap bulannya. Hal tersebut dikarenakan siklus menstruasi seorang dengan yang lain berbeda-beda, sehingga mungkin saja seorang wanita tidak mengalami menstruasi dalam satu bulan. Responden yang mengalami menstruasi secara rutin sebesar 76,8%, dan yang tidak rutin sebesar 23,2%.
(66)
Keteraturan menstruasi yang tidak rutin pada responden terjadi karena siklus menstruasi yang bervariasi pada masing-masing responden. Hal ini merupakan suatu kekurangan pada penelitian ini, yang tidak menggambarkan secara jelas tentang ketidakrutinan menstruasi seperti apa yang dialami oleh responden. Menstruasi tidak rutin yang dialami oleh responden tidak dapat diketahui dengan pasti apakah karena siklus menstruasi responden yang panjang atau karena adanya faktor lain
76,8% 23,2%
Rutin Tidak rutin
Gambar 3. Keteraturan Waktu Menstruasi Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004
B. Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden
Penelitian ini akan melihat gambaran bagaimana responden dapat mengatasi gangguan menstruasi yang dialami. Responden, sebagai individu yang merasakan keluhan saat terjadi gangguan menstruasi, diharapkan dapat mengambil tindakan sendiri. Responden dituntut untuk berpikir dan dapat memilih apa yang seharusnya dilakukan, langkah apa yang
(67)
seharusnya diambil. Selain itu, dapat membuat pertimbangan benar-salah, baik-buruknya pilihan dan langkah yang diambil responden sendiri untuk mengatasi gangguan menstruasi.
1. Keluhan Pada Tahun Pertama Menstruasi
Keluhan pada tahun pertama menstruasi merupakan keluhan yang dirasakan oleh responden pada awal mendapatkan menstruasi sebelum berada di SMU. Keluhan menstruasi yang dialami oleh responden adalah gejala gangguan menstruasi berupa sindrom pra menstruasi dan nyeri haid. Setiap responden dapat mengalami lebih dari satu keluhan, yang berupa gejala sindrom pra menstruasi atau nyeri haid saja atau bahkan keduanya, seperti yang ditunjukkan pada tabel VI.
Sebagian besar responden (32,4%) mengalami gejala nyeri haid, yaitu sakit perut. Selain itu, sebesar 24,8% responden mengalami gejala nyeri haid disertai dengan gejala sindrom pra menstruasi berupa emosi yang tidak stabil (peningkatan emosi). Gejala sindrom pra menstruasi yang dialami responden, seperti yang terlihat pada tabel, antara lain berupa emosi tidak stabil, perasaan bingung, malas, selalu ingin makan, cepat lelah, pusing, gelisah, dan sebagainya. Sakit/nyeri di perut juga dapat terjadi pada sindrom pra menstruasi.
(68)
Tabel VI. Keluhan yang Dialami Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 pada Tahun Pertama Menstruasi
Keluhan yang Dialami Responden Jumlah Persentasi (%)
Bingung 4 1,0
Bingung, sakit perut 4 1,0
Bingung, emosi 2 0,5
Bingung, emosi,sakit perut 10 2,6
Emosi 45 11,9
Emosi, lapar 2 0,5
Emosi, malas 1 0,3
Emosi, lemas/lesu 2 0,5
Emosi, pegal-pegal 6 1,6
Emosi, sakit perut 94 24,8
Emosi, sakit perut, pegal-pegal 8 2,1
Emosi, sakit perut, capek 9 2,4
Emosi, sakit perut, pusing 2 0,5
Emosi, sakit perut, payudara membengkak 6 1,6
Emosi, sakit perut, gelisah 1 0,3
Emosi, sakit perut, pegal, jerawat 4 1,0
Emosi, mudah menangis 1 0,3
Emosi, tidak percaya diri 4 1,0
Emosi, kembung, jerawat, pegal 1 0,3
Emosi, pusing 1 0,3
Emosi, sakit perut, mudah lapar 6 1,6
Sakit perut 123 32,4
Sakit perut, pusing 2 0,5
Sakit perut, malas 1 0,3
Sakit perut, capek, pegal 13 3,4
Sakit perut, tidak percaya diri 2 0,5
Pegal-pegal, cepat lelah 6 1,6
Malas, lemas 3 0,8
Nafsu makan bertambah 1 0,3
Biasa saja 12 3,4
Tidak menjawab 3 0,8
(69)
Responden yang mengalami keluhan tersebut setiap bulan sebesar 61,7%. Responden yang tidak setiap bulan mengalami keluhan tersebut, dalam arti kadang-kadang sebesar 37,7%.
61,7%
37,7% 0,5%
Selalu mengalami keluhan Tidak selalu mengalami keluhan Tidak menjawab
Gambar 4. Keteraturan Keluhan Menstruasi Setiap Bulan pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004
2. Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden di SMU
Pada tahun pertama menstruasi, umumnya responden mengalami gangguan menstruasi seperti sakit perut, peningkatan emosi, pusing, tubuh terasa pegal, muncul jerawat, payudara sakit dan nafsu makan bertambah. Saat berada di bangku SMU, terdapat responden yang masih merasakan gangguan menstruasi yang sama seperti pada tahun pertama menstruasi, yaitu sebesar 63,1%. Responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi yang sama seperti tahun pertama menstruasi sebesar 36,1%.
Gejala sindrom pra menstruasi yang paling sering ditemui adalah ketidakstabilan emosi (peningkatan emosi) dan food craving. Pada
(70)
penelitian ini, responden yang mengalami peningkatan emosi sebesar 64,9% dan food craving sebesar 39,3%. Selain itu didapat juga data keluhan sindrom pra menstruasi lain yang dialami responden sebesar 55,9%.
63,1% 36,1%
0,8%
Gangguan menstruasi yang sama Gangguan menstruasi yang tidak sama Tidak menjawab
Gambar 5. Gambaran Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Sama seperti
Tahun Pertama Menstruasi Setelah Berada di SMU
64,9% 34,6%
0,5%
Emosi cenderung meningkat Emosi stabil
Tidak menjawab
Gambar 6. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Mengalami Peningkatan Emosi
(1)
7. Apakah anda masih melakukan hal yang sama dalam mengatasi keluhan-keluhan tersebut seperti pada tahun pertama menstruasi ?
a. Ya b. Tidak
8. Bila anda minum obat, jenis obat apa yang anda minum ? a. Obat modern (12,1%)
b. Obat tradisional (81,5%)
Jika jawaban anda A, teruskan ke pertanyaan nomor 9. Apabila jawaban anda B, lanjutkan ke pertanyaan nomor 14.
9. Sebutkan nama obat modern yang anda minum !
Jawab : Feminax, Biogesic, Bodrex, Antalgin, Oskadon
10.Apa alasan anda memilih obat tersebut? a. Harganya murah (6,5%) b. Promosinya menarik (6,5%) c. Informasi dari teman (23,9%)
d. Lain-lain: cocok, sakit berkurang, anjuran orang tua, ada di UKS, mudah
didapat. (71,4%)
11.Berapa lama anda minum obat tersebut ?
a. 1 Hari (63,0%)
b. 2 Hari (15,2%)
c. 3 Hari ( 2,2%)
d. Sampai keluhan hilang. (19,6%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
12.Apakah dengan minum obat tersebut anda merasa keluhan-keluhan anda berkurang ?
a. Ya (91,3%)
b. Tidak (4,3%)
13. Agar keluhan-keluhan yang anda alami berkurang, adakah cara lain yang anda lakukan?
a. Istirahat yang cukup (84,8%) b. Konsultasi ke dokter (2,2%) c. Banyak minum air putih (19,6%)
d. Lain – lain : Kompres air hangat, mengoleskan perut dengan balsam atau minyak kayu putih, olah raga ringan, dll (8,7%)
Pertanyaan untuk obat tradisional
14. Sebutkan nama obat tradisional yang anda minum !
Jawab : Kunyit asam, pil tuntas, M kapsul, galian, beras kencur
15. Berapa lama anda minum obat/jamu tersebut ?
a. 1 Hari (47,2%)
b. 2 Hari (17,5%)
c. 3 Hari (7,1%)
d. Sampai keluhan hilang (28,2%)
16. Apa alasan anda memilih obat/jamu tersebut? a. Harganya murah (21,0%) b. Promosinya menarik (1,9%) c. Informasi dari teman (10,4%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
d. Lain-lain: manjur, alami, anjuran orang tua, kebiasaan, tanpa efek samping, lebih mudah, tubuh lebih segar. (79,9%)
17.Apakah dengan minum obat/jamu anda merasa keluhan-keluhan anda berkurang ?
a. Ya (92,9%)
b. Tidak (5,8%)
18.Agar keluhan-keluhan yang anda alami berkurang, adakah cara lain yang anda lakukan?
a. Istirahat yang cukup (82,2%) b. Konsultasi ke dokter (2,6%) c. Banyak minum air putih (29,8%)
d. Lain – lain : Olah raga ringan, kompres air hangat, dibiarkan (6,8%)
ATAS KERJASAMA DAN KEJUJURAN SAUDARA KAMI UCAPKAN TERIMA KASIH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
BIOGRAFI
Penulis skripsi yang berjudul “Kajian Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004” ini bernama lengkap Martha Noviana Wulandari. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ayub Suyadi dan Ibu Setyati Iriantini yang dilahirkan di Tanjung Pinang pada tanggal 10 November 1982.
Penulis mengawali pendidikan formalnya di TK Hang Tuah, Tanjung Uban, Kepulauan Riau pada tahun 1987-1988; kemudian melanjutkan ke SD Negeri 004, Tanjung Uban pada tahun 1988-1994; jenjang berikutnya ditempuh di SMP Negeri 2 Tanjung Uban pada tahun 1994-1997; setelah itu meneruskan pendidikan di SMU Negeri 1 Kasihan Bantul pada tahun 1997-2000 dan pada tahun 2000 melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.