harus dikeluarkan akibat produksi yang tidak kompetitif lagi dan untuk meningkatkan daya saing perusahaan di pasar.
3. Jenis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja PHK
Ada dua jenis Pemutusan Hubungan Kerja PHK, yaitu menurut jangka waktu dan menurut sumber Pemutusan hubungan Kerja PHK.
Menurut jangka waktunya, Pemutusan Hubungan Kerja PHK terbagi menjadi dua 2, yaitu :
a. Pemutusan Hubungan Kerja PHK sementara, atau yang lebih dikenal dengan istilah “dirumahkan”, yaitu Pemutusan Hubungan Kerja PHK
antara perusahaan dan karyawan yang hanya bersifat sementara. Karyawan yang “dirumahkan” ini masih memiliki kesempatan untuk
kembali bekerja. Hal ini biasanya dilakukan karena adanya pengurangan produksi sementara perusahaan.
b. Pemutusan Hubungan Kerja PHK tetap, atau lebih dikenal dengan PHK, yaitu Pemutusan Hubungan Kerja PHK antara perusahaan dan
karyawan yang bersifat tetap. Karyawan yang sudah benar-benar di PHK ini tidak memiliki kesempatan untuk bekerja kembali di
perusahaan sebelumnya. Sedangkan menurut sumbernya, Pemutusan Hubungan Kerja PHK
antara pekerja dan pengusaha ada 4 empat jenis, yaitu Panggabean, 2002: 121 – 122:
a. Voluntary turnover, yaitu pemutusan kerja atas kehendak sendiri. Hal ini terjadi jika karyawan memutuskan diri untuk berhenti bekerja atau
mengundurkan diri dari pekerjaannya atas dasar alasan pribadi, misalnya karena karyawan mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik dari
perusahaan semula. b. Lay off, yaitu pemberhentian karyawan karena habis masa kontraknya
atau karena karyawan yang bersangkutan tidak dibutuhkan lagi oleh perusahaan.
c. Retirement atau pensiun, yaitu pemberhentian karyawan karena karyawan yang bersangkutan telah mencapai usia tertentu. Pada
umumnya pemensiunan karyawan ini dilakukan jika karyawan telah mencapai usia 55 tahun sampai 65 tahun, tetapi tergantung dari program
masing-masing perusahaan. d. Pemutusan Hubungan Kerja PHK atas kehendak pengusaha. Hal ini
dilakukan karena adanya pengurangan aktivitas atau penciutan usaha, atau karena kelalaian karyawan sehingga melanggar disiplin perusahaan.
4. Reaksi-reaksi terhadap Pemutusan Hubungan Kerja PHK
Bagi para karyawan, menghadapi saat-saat berhenti bekerja merupakan suatu malapetaka yang dirasa merebut sumber daya karena pada umumnya
pemberhentian kerja karyawan terjadi atas kehendak pengusaha. Oleh karena itu pada umumnya para karyawan bereaksi negatif terhadap Pemutusan
Hubungan Kerja PHK, apalagi bila proses pemecatan atau PHK tersebut diawali dengan proses yang tidak mengacu pada peraturan yang ada, seperti
yang sudah diatur dalam Undang-undang UU No. 13 tahun 2003 yang menggantikan Undang-undang UU No. 12 tahun 1964 tentang Pemutusan