Dari deskripsi tabel di tersebut dapat dilihat bahwa usia subjek tidak terlalu memberikan sumbangan yang signifikan terhadap tingkat menarik diri
seseorang, namun lamanya bekerja memberikan pengaruh terhadap tingkat menarik diri seseorang. Tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang
memiliki kecenderungan untuk menarik diri adalah subjek yang belum terlalu lama bekerja di suatu perusahaan 2 – 6 tahun.
Pada tingkat menarik diri tinggi, baik pada laki-laki ataupun perempuan, aspek afektif merupakan aspek yang paling berpengaruh terhadap
tingkat menarik diri karyawan. Aspek afektif ini menyumbang lebih dari 40 pada tingkat menarik diri karyawan. Aspek fisiologis merupakan aspek kedua
yang mempengaruhi tingkat menarik diri karyawan sedangkan aspek sosial merupakan aspek terakhir yang mempengaruhi tingkat menarik diri karyawan.
Hal serupa juga terjadi pada karyawan dengan tingkat menarik diri sedang, aspek afektif menjadi penyumbang utama dan diikuti oleh aspek fisiologis dan
aspek kognitif. Namun pada karyawan dengan tingkat menarik diri rendah, pada subjek laki-laki aspek afektif menjadi penyumbang terbesar dan diikuti
oleh aspek fisiologis dan aspek kognitif, dan pada subjek perempuan aspek fisiologis menyumbang cukup besar dan diikuti oleh aspek fisiologis dan
afektif. Sedangkan faktor PHK yang paling berpengaruh pada tingkat menarik
diri tinggi, baik pada subjek laki-laki maupun perempuan adalah faktor psikologis dan diikuti oleh faktor sosial dan ekonomi. Demikian pula halnya
dengan karyawan dengan tingkat menarik diri sedang dan rendah, faktor 36
psikologis merupakan faktor utama yang menentukan tingkat menarik diri seorang karyawan dan diikuti dengan faktor sosial dan faktor ekonomi.
Tingginya sumbangan yang diberikan oleh aspek afektif ini dikarenakan subjek memiliki kekhawatiran-kekhawatiran terhadap masa depan
mereka jika di-PHK. Kekhawatiran-kekhawatiran ini yang kemudian menyebabkan mereka menarik diri.
C. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum subjek penelitian mengalami tingkat menarik diri yang rendah dalam menghadapi kemungkinan
Pemutusan Hubungan Kerja PHK. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan mean empirik 101,71 yang lebih kecil dari mean teoretik 112,5. Hasil seperti ini
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat menarik diri karyawan masuk dalam kategori rendah. Selain itu jika dilihat dari skor rata-rata yang cukup rendah
mengindikasikan bahwa subjek penelitian tidak terlalu memikirkan permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja PHK dalam kehidupan mereka.
Jika dilihat dari tabulasi, terlihat bahwa varians subjek penelitian adalah 167,127. hal ini menunjukkan bahwa variasi jawaban subjek tidak terlalu tinggi.
Ini berarti dalam hal tingkat menarik diri tarafnya tidak terlalu heterogen. Hasil perhitungan SD yaitu 12,928 menunjukkan kategori tingkat menarik diri subjek
yang relatif rendah. Hal ini didukung dengan modus 90 dengan jumlah subjek 62 orang.
Menurut Davidoff 1987: 531, ketika seseorang menarik diri mereka akan lebih memilih untuk bersikap pasif dan tidak melakukan suatu apapun karena pada
umumnya mereka menganggap tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi permasalahannya. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya subjek
dengan tingkat menarik diri yang sangat tinggi karena para subjek penelitian adalah orang-orang yang masih aktif bekerja, selain itu tidak ditemukannya
subjek dengan tingkat menarik diri yang sangat rendah disebabkan karena para subjek penelitian memiliki suatu kekhawatiran jika mereka mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja PHK. Menurut hasil penelitian ini, meskipun usia subjek penelitian telah
terkontrol dengan sendirinya subjek penelitian adalah karyawan dengan kisaran usia antara 25 – 35 tahun namun tampaknya lamanya bekerja memberikan
pengaruh terhadap tingkat menarik diri seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang memiliki kecenderungan untuk menarik diri
adalah subjek yang belum terlalu lama bekerja di suatu perusahaan 2 – 6 tahun. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena karyawan yang belum terlalu lama
bekerja di suatu perusahaan sangat menggantungkan hidup mereka pada pekerjaan yang digeluti pada saat ini, dan karyawan yang belum terlalu lama bekerja di suatu
perusahaan pada umumnya mulai membangun identitas diri sesuai dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Sedangkan karyawan yang sudah relatif lama
bekerja di perusahaan swasta akan lebih siap dalam menghadapi kemungkinan Pemutusan hubungan Kerja PHK karena mereka telah mempersiapkan diri
mereka seiring dengan lamanya waktu mereka mencari nafkah di perusahaan swasta.
Dari 62 orang subjek penelitian, 17 orang diantaranya adalah perempuan. Sedikitnya jumlah subjek perempuan dikarenakan dari observasi didapati bahwa
jumlah perempuan yang bekerja juga relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan tanggung jawab mencari nafkah pada
umumnya diserahkan pada laki-laki, sedangkan perempuan yang bekerja hanya sekedar untuk membantu perekonomian keluarga.
Berdasarkan pengkategorisasian dengan lima jenjang terlihat bahwa 20,97 subjek penelitian mengalami tingkat menarik diri tinggi dan 17,74 termasuk
dalam kategori rendah. Aspek yang paling menonjol adalah aspek afektif yang terlihat dari gejala-gejala seperti khawatir, tegang, dan gelisah bila
membayangkan atau memikirkan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja PHK yang akan mereka hadapi.
Kekhawatiran yang menyebabkan subjek menarik diri berkaitan dengan masa depan mereka, terlebih lagi tentang masalah kepercayaan diri, harga diri,
kontak sosial, daya guna, tujuan hidup, serta identitas yang didapatkan dari pekerjaan. Jika mereka kehilangan pekerjaan berarti juga mereka harus kehilangan
identitas diri mereka sebagai pekerja dan mereka juga harus kehilangan teman- teman semasa mereka bekerja. Tanpa pekerjaan, mereka merasa kehilangan harga
diri di mata masyarakat dan tujuan hidup, yang membuat rasa percaya diri mereka pun semakin menipis sehingga mereka merasa akan lebih baik jika mereka
menarik diri dari lingkungan mereka. 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekhawatiran yang menyebabkan subjek menarik diri berkaitan dengan masa depan mereka, terlebih lagi tentang
masalah kepercayaan diri, harga diri, kontak sosial, daya guna, tujuan hidup, serta identitas yang didapatkan dari pekerjaan. Jika mereka kehilangan pekerjaan
berarti juga mereka harus kehilangan identitas diri mereka sebagai pekerja dan mereka juga harus kehilangan teman-teman semasa mereka bekerja. Tanpa
pekerjaan, mereka merasa kehilangan harga diri di mata masyarakat dan tujuan hidup, yang membuat rasa percaya diri mereka pun semakin menipis sehungga
mereka merasa akan lebih baik jika mereka menarik diri dari lingkungan mereka.
B. Saran
Bagi para pengusaha atau pihak perusahaan, disarankan agar melakukan strategi-strategi lain sebelum melakukan PHK terhadap para karyawannya. PHK
sebenarnya bukanlah suatu keputusan yang manusiawi bagi para karyawan, karena mereka membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi keluarga mereka.
Jika melihat dari hasil skala, maka bagi para karyawan disarankan agar melakukan antisipasi dan persiapan karena sewaktu-waktu mereka bisa di PHK
oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Antisipasi bisa dilakukan dengan meningkatkan kinerja masing-masing karyawan agar terhindar dari kemungkinan
Pemutusan Hubungan Kerja PHK, sedangkan persiapan bisa dilakukan dengan
40