2.2 Landasan Teori
2.2.1 Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan sebenarnya merupakan bagian dari ilmu akuntansi yang semakin berkembang dalam 25 tahun belakangan ini. Awal
perkembangan akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen, khususnya pada pembuatan anggaran. Tetapi, domain dalam
hal ini terus berkembang dan bergeser ke arah akuntansi keuangan, sistem akuntansi, dan auditing. Perkembangan yang pesat dari akuntansi
keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan pada ilmu-ilmu social menyeluruh mengenai bagaimana
perilaku manusia mempengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis, serta bagaimana akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku
manusia Ikhsan dan Ishak, 2005:16
2.2.1.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses
pengambilan keputusan, sedangkan ilmu keperilakuan adalah bagian dari ilmu sosial manusia yang berhadapan secara langsung dengan perilaku
manusia. Jadi, akuntansi keperilakuan didefinisikan sebagai ilmu yang menghubungkan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi Ikhsan
dan Ishak, 2005:26.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.1.2 Tujuan Akuntansi Keperilakuan
Tujuan utama
dari ilmu
perilaku manusia
adalah untuk
mengidentifikasikan kebiasaan yang mendasari manusia dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan tujuan dari ilmu keperilakuan adalah untuk
memahami, menjelaskan, dan memprediksikan perilaku manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh
bukti empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan yang
tertarik. Dengan demikian, ilmu keperilakuan mencerminkan observasi sistematis atas perilaku manusia dengan untuk mengonfirmasikan hipotesis tertentu secara
eksperimental melalui referensi terhadap perubahan perilaku yang dapat diobservasi Ikhsan dan Ishak, 2005:26.
2.2.1.3 Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan berada dibalik peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat, dan melaporkan informasi, dengan
demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang
efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi,mencerminkan dimensi sosial budaya
manusia dalam suatu organisasi Ikhsan dan Ishak, 2005:23. Secara umum, lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar :
1. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan
penggunaan sistem akuntansi. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi manajemen yang memengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsi dalam
organisasi. 2.
Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini berkenaan dengan bagaimana sistem
akuntansi memengaruhi
motivasi, produktivitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerja sama.
3. Metode untuk memprediksikan dan strategi untuk mengubah perilaku
manusia. Bidang ketiga dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai hubungan dengan cara sistem akuntansi digunakan sehingga
memengaruhi perilaku.Ikhsan dan Ishak, 2005:24
2.2.1.4 Hubungan Akuntansi Keperilakuan dengan Stres Kuliah
Ilmu pengetahuan keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi mengenai keperilakuan manusia. Ilmu pengetahuan keperilakuan
merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan Ikhsan dan Ishak,
2005:40. Psikologi, sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontributor pertama dari
ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki
prespektif yang berbeda mengenai kondisi manusia Ikhsan dan Ishak, 2005:29.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Ada banyak faktor kompleks yang terkait dengan perilaku manusia. Faktor –
faktor ini dikelompokkan dalam tiga kategori utama, yaitu: 1.
Struktur karakter Mengacu pada cirri kepribadian, kebiasaan dan perilaku individu.
2. Struktur Sosial
Menunjukkan beberapa hubungan diantara orang – orang yang mencakup
ekonomi, politik,
militer, dan
kerangka kerja
religius yang
menggambarkan perilaku yang biasa diterima. 3.
Dinamika Kelompok Dapat dipandang sebagai suatu sintesa atau kombinasi struktur karakter
dan struktur sosial, yang mengacu pada pengembangan interaksi pola manusia, proses dari interaksi sosial, dan hasil yang berhubungan dengan
interaksi tersebut.
2.2.2 Perilaku Belajar
2.2.2.1 Pengertian Perilaku Belajar
Dari kamus bahasa Indonesia dapat dipahami bahwa kata ‘belajar” memang memiliki banyak pengertian yang menyangkut aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik dengan berbagai tujuan belajar yang berbeda. Karena itu belajar dalam arti luas merupakan usaha menggunakan sarana
atau sumber baik didalam atau diluar pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi Sudarmanto, 1993:2 dalam penelitian Theresia 2003.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Aspek kognitif menyangkut kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan, karena itu kegiatan ini berpangkal pada aktivitas intelektual. Aspek
afektif lebih dihubungkan kepada perasaan, seperti perasaan senang atau tidak, tertarik atau tidak pada bahan mata kuliah yang dipelajari. Aspek psikomotorik
diarahkan pada aktivitas fisik seperti latihan atau perubahan perilaku.
2.2.2.2 Teori Belajar
Beberapa teori yang membahas belajar adalah sebagai berikut Purwanto, 2006:89 :
1. Teori Classical Conditioning Pavlo dan Watson
Menurut teori ini, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat
– syarat conditions yang kemudian menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini
adalah adanya latihan – latihan yang kontinyu.
2. Teori connectionism Thorndike
Menurut teori ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan
– tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba coba itu secara
kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian di “pegangnya”.
Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan unruk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
3. Teori Belajar Gestalt
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Secara singkat pengertian belajar menurut Gestalt dapat di terangkan sebagai berikut. Pertama, dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian
merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar pribadi atau organisme
memegang peranan yang paling sentral, belajar itu tidak hanya dilakukan secara relative belaka tetapi dilakukan dengan sabar, bermotif dan bertujuan.
3.2.2.3 Aspek Belajar
Apapun tujuan yang ingin dicapai melalui belajar di perguruan tinggi, akhirnya tujuan tersebut harus dicapai dalam bentuk unit kegiatan belajar
mengajar yang disebut kuliah. Beberapa aspek yang berkaitan dengan kegiatan konkrit belajar yang akan mempengaruhi sikap dan semangat mahasiswa dalam
menjalani proses belajar antara lain dalam penelitian Theresia dwi 2003 : 1.
Dimensi Persiapan dirumah Yang dimaksud dengan persiapan dirumah adalah bagaimana perilaku
belajar mahasiswa saat sehari atau semalam sebelum mengikuti perkuliahan pada pagi harinya. Mahasiswa yang terlebih dahulu
menyiapkan materi perkuliahan yang akan diajarkan oleh dosennya, diharapkan akan dapat lebih cepat menangkap penjelasan yang
diberikan oleh dosen dan akan lebih banyak berdiskusi tentang hal –
hal yang lebih mendalam lagi tentang materi tersebut. 2.
Perilaku belajar dikampus Perilaku belajar dikampus meliputi :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a Mengikuti kuliah dengan efektif. Kuliah yang efektif adalah kuliah
yang diikuti dengan aktif dan kritis. Kritis maksudnya memperhatikan pelajaran dengan seksama, meminta penjelasan dan
mengajukan pertanyaan jika ada hal yang kurang jelas. b
Membuat catatan. Yang terpenting dalam membuat catatan kuliah adalah membuat catatan berdasarkan pemahaman yang terbaik,
baik itu menggunakan kata – kata sendiri, singkatan sendiri atau
sesuai yang diberikan dosen pengajar. 3.
Belajar menghadapi ujian Ujian dimaksudkan untuk mengukur taraf pencapaian suatu tujuan
pengajaran oleh mahasiswa sebagai peserta didik. Berbagai cara belajar yang dilakukan oleh anak didik didalam menghadapi ujian.
Cara belajar dalam menghadapi ujian ini tidak akan sama antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya.
4. Pola Membaca
Membaca dengan efektif berarti dapat memahami bacaan, sedangkan membaca dengan efisien adalah dapat membaca dengan cepat. Tujuan
membaca sangat menentukan cara orang membaca. Orang dapat memperoleh pengetahuan dari membaca, tetapi cara membaca akan
sangat menentukan pemahaman atas materi yang dibacanya. 5.
Pengalaman belajar atau nilai Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai
ujian. Jika proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
konsekuensi logis dari proses tersebut. Sedangkan jika proses belajar tidak dikendalikan dengan baik, nilai tidak mencerminkan adanya
perubahan perilaku walaupun nilai tersebut menambah atribut seseorang.
6. Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa merupakan dasar yang sangat penting untuk dapat memahami pengetahuan yang kompleks dan konseptual. Karya
ilmiah dalam perguruan tinggi tidak dapat begitu saja dipahami dengan hanya meggunakan bahasa ilmiah. Penguasaan bahasa yang memadai
baik struktur maupun kosakata juga sangat membantu seseorang untuk mampu mengekspresi gagasan dan perasaan atau mendeskripsi
masalah secara cermat dan efektif.
2.2.2.4 Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi
Perilaku manusia adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, danatau
genetika. Sedangkan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latian yang
diperkuat Rizkie, 2013. Surachmad 2001 dalam Rizkie 2013 mengemukakan lima hal yang
berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu: kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menghadapi ujian. Calhoun dan Acocela 1995 menyatakan bahwa dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan itu membiarkan
mahasiswa dapat lolos tanpa gagal Marita,dkk, 2008. Kebiasaan belajar yang jelek disebabkan oleh kurangnya kesadaran
mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi. Akibatnya adalah banyak mahasiswa tersebut merasa frustasi dalam menjalankan proses belajar Suwardjono
2004 dalam Rizkie 2013.
2.2.3. Kecerdasan Emosional 2.2.3.1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memahami, merasakan, dan mengenali perasaan dirinya dan orang lain sehingga seseorang
mampu memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik Fidiana, 2009. Dalam lingkup pendidikan perguruan tinggi kecerdasan emosional
menjadi sangat berperan karena mahasiswa sudah dianggap dewasa sehingga mampu berpikir dan bertindak dengan lebih cerdas, lebih dewasa dan lebih dapat
mengatur dirinya sendiri sehingga perkuliahan akan dapat dipandang sebagai sarana untuk menggali keilmuan dan berdiskusi dengan seseorang yang lebih tahu
Theresia, 2003. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan
keterampilan – keterampilan yang dimilikinya, termasuk keterampilan intelektual.
Kesulitan belajar yang dicirikan oleh menurunnya prestasi belajar sebagai bentuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kegagalan bisa berkaitan dengandominan afektif, misalnya situasi emosi akan mempengaruhi belajar Rimayana, 2012
2.2.3.2. Komponen Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional memiliki peranan lebih dari 80 untuk mencapai kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan pribadi maupun professional. Dalam
kehidupan akademik, tampaknya kecerdasan emosional juga memiliki peranan besar. Untuk menjadi seorang sarjana, dibutuhkan proses yang panjang, usaha
yang keras dan dukungan dari berbagai pihak. Proses ini akan mempengaruhi
pengalaman hidup mahasiswa.
Menurut Goleman 2000 dalam Theresia 2003 terdapat lima komponen kecerdasan emosional, yaitu mengetahui perasaan sendiri, memiliki empati,
belajar mengatur emosi sendiri, memperbaiki kerusakan sosial dan interaktivitas emosional. Goleman secara garis besar membagi kecerdasan emosional kedalam
dua kategori yaitu kompetensi personal kecakapan pribadi dan kompetensi sosial kecakapan sosial. Kecakapan pribadi meliputi kesadaran diri sendiri,
pengendalian diri, dan motivasi diri. Sedangkan kompetensi sosial meliputi empati dan keterampilan sosial. Secara garis besar komponen kecerdasan
emosional menurut Goleman 2000 dalam Theresia 2003 dapat dilihat pada gambar 1. berikut ini:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 2.1 Bagan Kecakapan Kecerdasan Emosional
Sumber : Interprestasi bebas dari Goleman 2000 oleh Bulo 2002 dalam Fidiana 2009
2.2.3.3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi
Kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal
dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses dibidang
Kecerdasan Emosional
Kecakapan Pribadi Kecakapan Sosial
Kesadaran diri -kesadaran Emosional
-Penilaian Diri yang kuat -
Kepercayaan diri Empati
-Memahami Orang Lain -Mengembangkan Orang
-Orientasi Pelayanan -Kesadaran Politik
Kendali Diri -Kontrol diri
-Dapat Dipercaya -Berhati-hati
-Adaptabilitas -Inovasi
Keterampilan Sosial -Pengaruh
-Komunikasi -Manajemen Konflik
-Kepemimpinan -Katalisator Perubahan
-Membangun Ikatan -Kolaborasi dan Kooperasi
-Kemampuan Tim
Motivasi -Dorongan Berprestasi
-Komitmen -Inisiatif
-Optimisme
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja. Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain diluar kecerdasan
intelektual IQ, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, kemampuan emosional, dan lain-lain yang harus juga dikembangkan Melandy, 2006 dalam
Rizkie 2013. Menurut Arbadiati 2007 dalam Rizkie 2013 mengemukakan bahwa
kecedasan emosi adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan, sehingga seseorang tersebut dapat mengatasi stress yang akan datang.
2.2.4. Lingkungan Belajar 2.2.4.1 Pengertian Lingkungan Belajar
Manusia disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan lingkungan. Lingkungan dalam kehidupan manusia selalu
mengitarinya dan terdapat hubungan timbal balik diantara keduannya, lingkungan disatu sisi dapat mempengaruhi manusia, akan tetapi disisi lain manusia juga
dapat mempengaruhi lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Lingkungan belajar menurut Saroni dalam Rizkie 2013 adalah, “segala
sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga mahasiswa merasa nyaman di Universitas dan mau
mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan”. Lingkungan belajar dikampus merupakan situasi yang turut serta
mempengaruhi kegiatan belajar individu.
2.2.4.2. Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Stres Kuliah
Lingkungan mempengaruhi prestasi belajar dalam berkonsentrasi untuk belajar. Pelajar akan memaksimalkan kemampuan dan konsentrasinya, jika pelajar
akan mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi dan dapat memaksimalkan konsentrasi, mereka mampu menggunakan kemampuannya pada
saat suasana yang tepat. Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan yang produktif, dimana sebuah lingkungan sesuai dengan kebutuhan
para pelajar. Semakin mahasiswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mahasiswa tersebut mengatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin mudah
mahasiswa mempelajari informasi baru Deporter and Hernacki, 2001:81 dalam Rizkie, 2013
Teori behaviorisme menyatakan bahwa seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalikan oleh faktor – faktor lingkungan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5. Stres Kuliah 2.2.5.1. Pengertian Stres
Pengertian umum mengenai konsep stress banyak digunakan untuk menjelaskan tentang sikap atau tindakan yang dilakukannya apabila dia
menghadapi suatu tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi tantangan itu. Terjadinya proses stress didahului oleh adanya
sumber stress stresor yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya Fidiana, 2009:433.
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan atau kondisi seseorang dalam menghadapi lingkungan Handoko, 2000 dalam Fidiana, 2009:433.
2.2.5.2. Penyebab Stres
Stres bisa dialami oleh setiap orang termasuk mahasiswa. Stress yang dialami mahasiswa selama masa studi sangat mungkin terjadi mengingat
tingginya kompleksitas masalah yang mungkin dihadapi yang dapat berakibat pola pikir seseorang menjadi kacau.
Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini, bukan lagi hanya sekedar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta ujian, dan kelulusan. Tidak
sesederhana itu. Hal ini dapat kita analogikan dengan proses evolusi yang membuat spesies
– spesies makhluk hidup semakin kompleks, demikian juga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dunia perkuliahan dewasa ini. Begitu banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan kuliah. Mulai dari bergaul, dengan teman teman atau pacar,
mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan – kegiatan non-akademis,
hingga bekerja freelance untuk menambah uang saku. Pola hidup yang kompleks ini seringkali menjadi beban tambahan disamping tekanan dalam kuliah yang
sudah sangat melelahkan. Masalah diluar perkuliahan mau tak mau harus diakui turut mempengaruhi, baik dari segi suasana hati, konsentrasi, maupun prestasi
akademik. Apalagi grafik usia yang menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam remaja menuju dewasa muda. Seseorang pada rentang
usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah
– masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kegiatan diluar kampus,
dapat menjadi stress yang mengancam. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika ada stresor yang datang, maka tubuh akan meresponnya.
2.2.5.3. Dampak Stres
Seseorang yang mengalami stress secara psikologis menderita tekanan dan ketegangan yang membuat pola pikir seseorang menjadi kacau. Dalam proses itu,
hal yang dapat menyebabkan stress dan pengalaman orang yang mengalami stress akan saling berkaitan. Proses itu merupakan pengaruh timbal balik dan
menciptakan usaha atau penyesuaian atau tepatnya penyeimbangan, yang terus menerus antara orang yang mengalami stress dan keadaan yang penuh stress.
Dilihat dari sudut pandang orang yang mengalami stress seseorang akan memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stress.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tanggapan orang terhadap sumber stress dapat berpengaruh pada segi psikologi dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau ketegangan
Fidiana, 2009:433. Orang yang mengalami stress dapat mengalaminya hanya untuk sementara
waktu saja atau dapat untuk waktu yang lama. Pada tahap akhir, stress psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan sakit psikis, antara lain;
kesehatan jiwa terganggu, orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita kecemasan, dapat mederita gangguan psikomatik, dan dapat tidak
sehat badan atau menderita penyakit fisik; yaitu tekanan darah tinggi, sakit jantung, sesak nafas, sakit kepala, sakit eksim kulit, arthritis, kanker, dan lain lain
Rizkie, 2013:38
2.3 Kerangka Pemikiran