PENGARUH PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP STRES KULIAH PADA MAHASISWA AKUNTANSI AKTIVIS ORGANISASI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.
PENGARUH PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL,
DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP STRES KULIAH PADA
MAHASISWA AKUNTANSI AKTIVIS ORGANISASI UPN “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
DiajukanOleh :
ArdillaSilviyona
1013010065/FEB/EA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2014
(2)
SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhiSebagianPersyaratan
dalamMemperolehGelarSarjana EKONOMI DAN BISNIS ProgdiAkuntansi
DiajukanOleh :
ArdillaSilviyona
1013010065/FEB/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2014
(3)
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP STRES KULIAH PADA MAHASISWA
AKUNTANSI AKTIVIS ORGANISASI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
yang diajukan Ardilla Silviyona 1013010065/FEB/EA
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
PEMBIMBING UTAMA
DRS. EC. MUNARI, MM tanggal : 10 Desember 2013
NIP.19610402 198803 1001
Mengetahui
KETUA PROGDI AKUNTANSI
DR. HERO PRIONO, SE, M,SI, AK,CA NIP.19611011 199203 1001
(4)
yang diajukan Ardilla Silviyona 1013010065/FEB/EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
PEMBIMBING UTAMA
DRS. EC. MUNARI, MM tanggal:13 Desember 2013
Mengetahui
KETUA PROGDI AKUNTANSI
DR. HERO PRIONO, SE, M,SI, AK,CA NIP.19611011 199203 1001
(5)
SKRIPSI
PENGARUH PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP STRES KULIAH PADA MAHASISWA
AKUNTANSI AKTIVIS ORGANISASI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
yang diajukan Ardilla Silviyona 1013010065/FEB/EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
PEMBIMBING UTAMA
DRS. EC. MUNARI, MM tanggal: 20 Februari 2014
Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
DRS.H. RAHMAN A. SUWAIDI,MS NIP.19600330 198603 1003
(6)
Disusun oleh : Ardilla Silviyona 1013010065/FEB/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 28 Februari 2014
PEMBIMBING UTAMA
Tim Penguji :
Ketua
DRS. EC. MUNARI, MM DRS. EC. MUNARI, MM
Sekretaris
DRS.EC.EKO RIYADI,MAKS Anggota
DRA.EC.SARI ANDAYANI,MAKS
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”
Jawa Timur
Dr.Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM
NIP.19630924 198903 1001
(7)
KATA PENGANTAR
Alhamduliah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan maksimal yaitu dengan judul
“Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional Dan Lingkungan Belajar Terhadap Stres Kuliah Pada Mahasiswa Akuntansi Aktivis
Organisasi UPN “Veteran” Jawa Timur”
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar S-1 yang harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN ”Veteran” Jawa Timur. Selain itu peneliti juga dapat mencoba menerapkan dan membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di bangku kuliah dan dilapangan.
Dalam kesempatan ini tak lupa peneliti ucapkan terimakasih kepada semua pihak atas segala bimbingan, dorongan, arahan, dan bantuannya terutama kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE. MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Hero Priono, SE, M.Si, Ak, CA selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur
(8)
5. Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi, atas kerjasama yang dilakukan
6. Untuk keluarga Ibuku, adikku dan alm. Ayahku serta seluruh keluarga besar yang memberikan doa serta dukungan moril dalam menyusun skripsi 7. Sahabat seperjuangan, emak esti, hanjinjo, aripin, ovi, dewi yang sama – sama berjuang dan memberi semangat serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
8. Ibu Rochani selaku Pembina UKM GWG dan Bpk. Pelatih Irwan yang terus memberi motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi
9. Adek gosong, mbanda, kawat, GWG’10, serta seluruh anggota Paduan Suara Gita Widya Giri yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyusun skripsi
10.Seluruh teman-teman mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur angkatan 2010 yang turut berperan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
11.Responden yang telah membantu mengisi kuesioner dalam penelitian ini, yaitu angkatan 2011 dan 2012
Dengan segala hormat dan kerendahan diri, peneliti menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, itu
(9)
semua adalah karena keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki tetapi peneliti berharap agar kiranya penelitian ini dapat berguna nantinya. Untuk itu, peneliti dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi peneliti serta mahasiswa di bidang Akuntansi pada khususnya dan berguna pada masyarakat pada umumnya.
Surabaya, Februari 2014
(10)
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
ABSTRAKSI...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang...1
1.2Perumusan Masalah...5
1.3Tujuan Penelitian...5
1.4Manfaat Penelitian...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu...7
2.2 Landasan Teori...13
2.2.1 Akuntansi Keperilakuan...13
2.2.1.1PengertianAkuntansiKeperilakuan...13
2.2.1.2 TujuanAkuntansiKeperilakuan...14
(11)
2.2.1.4 HubunganAkuntansiKeperilakuandengan stress
Kuliah...15
2.2.2 Perilaku Belajar...16
2.2.2.1 PengertianPerilakuBelajar...16
2.2.2.2 Teori Belajar...17
2.2.2.3 AspekBelajar...18
2.2.2.4 PengaruhPerilakuBelajarTerhadapStresKuliah Mahasiswa Akuntansi...20
2.2.3 Kecerdasan Emosional...21
2.2.3.1 PengertianKecerdasanEmosional...21
2.2.3.2 KomponenKecerdasanEmosional...22
2.2.3.3 PengaruhKecerdasanEmosionalTerhadapStres KuliahMahasiwaAkuntansi...23
2.2.4 Lingkungan Belajar...24
2.2.4.1 PengertianLingkunganBelajar...24
2.2.4.2 PengaruhLingkunganBelajarTerhadap stress Kuliah...25
2.2.5 Stres Kuliah...26
2.2.5.1 PengertianStres...26
2.2.5.2 PenyebabStres...26
2.2.5.3 DampakStres...27
2.3 Kerangka Pemikiran...28
(12)
3.2.1 Definisi Operasional...30
3.2.2 Pengukuran Variabel...31
3.3 Teknik Penentuan Sampel...34
3.3.1 Populasi...34
3.3.2 Sampel...35
3.4 Teknik Pengumpulan Data...37
3.4.1 Jenis Data...37
3.4.2 Sumber Data...37
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data...38
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...38
3.5.1 Teknik Analisis...38
3.5.2 Uji Validitas...39
3.5.3 Uji Reliabilitas...40
3.5.4 Uji Normalitas...40
3.5.5 UjiAsumsi Klasik...41
3.5.5.1 Autokorelasi...41
3.5.5.2 Multikolinieritas...42
3.5.5.3 Heteroskedastisitas...42
3.5.6 Uji Hipotesis...42
(13)
3.5.6.2 Uji t...43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian...44
4.1.1 Karakteristik Responden...44
4.1.2 Deskripsi Data Variabel...47
4.2 Hasil Penelitian...52
4.2.1 Uji Kualitas data...52
4.2.1.1 Uji Validitas...52
4.2.1.2 Uji Reliabilitas...53
4.2.1.3 Uji Normalitas...54
4.2.2 Uji Asumsi Klasik...55
4.2.2.1 Multikolinieritas...55
4.2.2.2 Heteroskedastisitas...57
4.2.3 Analisis Regresi Linier...57
4.2.3.1 Persamaan Regresi...58
4.2.3.2 Koefisien Determinasi...60
4.2.4 Uji Hipotesis...61
4.2.4.1 Uji Spesifikasi Model F...61
4.2.4.2 Uji t...62
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...66
(14)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Peneliti terdahulu dengan sekarang...12
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian...35
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian...37
Tabel 4.1 Prosentase Responden Berdasarkan Angkatan...45
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan SKS...45
Tabel 4.3 Daftar IPK Mahasiswa Akuntansi Aktivis Organisasi...46
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Belajar...47
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecerdasan Emosional...49
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lingkungan Belajar...50
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Stres Kuliah...51
Tabel 4.8 Uji Validitas...53
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas...54
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas...55
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolineritas...56
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas...57
Tabel 4.13 Hasil Estimasi Koefisien Regresi...58
Tabel 4.14 Pengaruh Variabel...60
Tabel 4.15 Hasil Uji F...61
(16)
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Tabulasi Kuesioner Lampiran 2 Uji Kualitas Data
Lampiran 3 Uji Reliability Lampiran 4 Uji Normalitas Lampiran 5 Uji AsumsiKlasik Lampiran 6 Hasil Regresi Berganda
(18)
Oleh : ArdillaSilviyona
Abstraksi
Stres banyak digunakan untuk menjelaskan tentang sikap atau tindakan yang dilakukan apabila menghadapi suatu tantangan dalam hidup dan ketika gagal memperoleh respon dalam menghadapi tantangan itu.Terjadinya proses stress didahului oleh adanya sumber stress (stresor) yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan atau kondisi seseorang dalam menghadapi lingkungan.
Penelitian ini dilakukan pada 80 mahasiswa akuntansi yang aktif berorganisasi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada angkatan 2011 dan 2012 dengan data primer berupa kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda serta untuk mengetahui pengaruhnya digunakan uji F dan uji t.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku belajar dan lingkungan belajar tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah sedangkan kecerdasan emosional terbukti berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah pada maha siswa akuntansi aktivis organisasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.
Keywords :Perilakubelajar, KecerdasanEmosional, Lingkunganbelajar,
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Belum lama ini terdengar berita mengenai kasus bunuh diri yang dilakukan mahasiswa Indonesia. Penyebab dari kasus bunuh diri tersebut adalah mahasiswa tersebut mengalami stress kuliah. Mahasiswa dalam kegiatannya tidak lepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan dari harapannya sendiri. Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif. Pada mahasiswa, dampak negatif secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Besarnya dampak negatif stres yang terjadi pada mahasiswa tersebut menuntut untuk mencari tahu hal – hal yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada mahasiswa akuntansi.
Adanya berbagai sarana dan prasana, baik ditingkat universitas, fakultas, dan jurusan telah banyak dikembangkan oleh pihak lembaga yang secara resmi keberadaan diakui. Sebut saja organisasi kemahasiswaan, eksistensi organisasi kemahasiswaan mempunyai arti dan peran penting sekaligus sebagai wahana yang diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan kepribadian mahawasiswa. Namun kadang ikut dalam suatu organisasi diibaratkan sebagai pedang bermata dua, di satu sisi melalui keterlibatan
(20)
dalam organisasi ini mahasiswa diharapkan mampu menimba pengalaman belajar, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam upaya menunjang perananya bersosialisasi di masyaratkan. Melalui keterlibatan mahasiswa dalam organisasi pula, diharapkan bisa menunjang kemampuannya dalam program kulikuler. Tetapi bagi mahasiswa yang tidak terbiasa dengan manajemen waktu, maka ia akan mengalami kesulitan dalam memilah atau membuat prioritas antara kuliah dan organisasi yang mengakibatkan prestasi belajarnya menjadi rendah.
Perilaku belajar seorang mahasiswa sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan perkuliahannya. Menurut Roestiah Rachmi (2010) dalam Rismayana (2012) berpendapat bahwa, belajar yang efisien dapat dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, yakni adanya pengaturan waktu yang baik dalam mengikuti perkuliahan, belajar di rumah, berkelompok ataupun untuk mengikuti ujian. Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dengan kegiatan di luar belajar.
Selain perilaku belajar, kecerdasan emosional seseorang sangat
mempengaruhi kehidupan tidak hanya berpengaruh terhadap terjadinya stres. Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. McCelland (1977) dalam penelitian Theresia (2003) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan
(21)
3
tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang setelah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya ia menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja.
Kecerdasan emosional memiliki peranan 80 persen untuk mencapai kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan pribadi, professional serta untuk mencapai kesuksesan akademi. Salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan tinggi akuntansi adalah sikap dan mental mahasiswa dalam mengembangkan kepribadiannya. Kemampuan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa pada masa sekarang ini lebih dikenal dengan istilah Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional. EQ individu meliputi kemampuan memahami, mengendalikan, mengarahkan emosi diri sendiri serta kemampuan memahami, mengendalikan, mengarahkan emosi orang lain. Beberapa manfaat bila individu mampu mengelola perasaan antara lain adalah memiliki toleransi terhadap frustasi, mampu mengungkapkan kemarahan tanpa harus bertengkar, tidak menjadi agresif, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, keluarga/sekolah, mengurangi ekspresi verbal yang menjatuhkan orang lain, serta meningkatkan kemampuan relasi dengan orang lain. Penelitian mengenai stress terhadap mahasiswa akuntansi juga pernah dilakukan oleh Risharliea (2011) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi terjadinya stress pada mahasiswa akuntansi.
(22)
Proses belajar mengajar dalam berbagai aspek sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi maupun stres, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Semua kemampuan ini mendukung seseorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita- citanya.
Kebiasaan belajar mahasiswa erat kaitannya dengan penggunaan waktu, baik untuk belajar maupun untuk kegiatan lain yang menunjang belajar. Belajar yang efisen dapat dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, yaitu dengan mengatur waktu antara saat mengikuti kuliah, belajar dirumah, belajar bersama, mengikuti ujian, dan kegiatan keorganisasian mahasiswa.
Motivasi peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara Perilaku belajar, Kecerdasan emosional, dan Lingkungan belajar mahasiswa akuntansi aktivis organisasi , khususnya mahasiswa Strata satu (S1) program studi akuntansi UPN Veteran Jawa Timur yang menjadi anggota aktif organisasi mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang menempuh studi, terhadap stress kuliah.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengambil judul : “Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan Lingkungan Belajar Terhadap Stres
(23)
5
Kuliah Pada Mahasiswa Akuntansi Aktivis Organisasi UPN “Veteran” Jawa Timur”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah perilaku belajar mahasiswa akuntansi aktivis organisasi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap stress kuliah ?
2. Apakah kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi aktivis organisasi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap stress kuliah ?
3. Apakah lingkungan belajar mahasiswa akuntansi aktivis organisasi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap stress kuliah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetauhi dan menguji secara empiris apakah ada pengaruh antara perilaku belajar, kecerdasan emosional, dan lingkungan belajar mahasiswa akuntansi aktivis organisasi khususnya mahasiswa Strata satu (S1) program studi akuntansi UPN Veteran Jatim yang menjadi anggota aktif organisasi mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang menempuh studi, terhadap stress kuliah.
(24)
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi mahasiswa akuntansi, dari penelitian ini maka pengetahuan mahasiswa akuntansi tentang perilaku belajar dan kecerdasan emosional mahasiswa sehingga secara tidak langsung mahasiswa akan belajar untuk mengelola kecerdasan emosional dengan baik dan menggunakan perilaku belajar yang baik dalam menghadapi stress kuliah.
2. Bagi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam mengenali mahasiswanya sesuai kematangan mereka untuk menciptakan suasana kelas yang tidak menimbulkan stress kuliah.
3. Bagi Peneliti, peneliti dapat mengetahui pengaruh perilaku belajar, kecerdasan emosional dan lingkungan belajar terhadap stress kuliah serta sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman berharga dalam menulis karya ilmiah untuk memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang diteliti
4. Bagi Pihak Lain, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dipergunakan dalam penelitian berikut ini adalah :
1. Marita, dkk (2008)
Judul “ Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar dan Kecerdasan emosional Dalam Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi ” Rumusan Masalah :
a. Apakah kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap stres kuliah? b. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan
terhadap stres kuliah?
c. Apakah perilaku belajar mahasiswa akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap stres kuliah?
Kesimpulan:
kecerdasan emosinal dan perilaku belajar mahasiswa jurusan akuntansi, keduanya memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap stres kuliah responden, dalam hal ini variabel kecerdasan emosional memberikan pengaruh lebih dominan terhadap stres kuliah dibanding variabel perilaku belajar.
(26)
2. Rismayana (2012)
Judul “ Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi” Rumusan Masalah :
a. Apakah perilaku belajar berpengaruh terhadap stress kuliah? b. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stress kuliah? c. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap stress kiliah ?
Kesimpulan :
Perilaku belajar tidak mempengaruhi terjadinya stress kuliah mahasiswa akuntansi, hal ini dikarenakan kemampuan individu untuk menyesuaikan dirinya terhadap perilaku belajar itu sendiri.Kecerdasan emosional mempengaruhi terjadinya stress kuliah, hal ini dikarenakan EQ berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengelola emosi. Kecerdasan spriritual berpengaruh terhadap stress kuliah, hal ini disebabkan karena SQ merupakan konstruk kecerdasan manusia dan merupakan landasan untuk membangun IQ dan EQ. SQ lebih mengarah pada pemaknaan hidup sehingga akan sangat menentukan apakah suatu hal atau peristiwa dimaknai sebagai stresor atau sebaliknya
3. Aditya sukma (2012)
Judul “Studi empiris Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, Dan Stres Kuliah Terhadap Keterlambatan Penyelesaian Studi (Studi pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Brawijaya Malang)"
(27)
9
Rumusan Masalah:
1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap keterlambatan studi mahasiswa?
2. Apakah perilaku belajar berpengaruh terhadap keterlambatan studi mahasiswa?
3. Apakah stres kuliah berpengaruh terhadap keterlambatan studi mahasiswa?
Kesimpulan :
Penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan perilaku belajar mempunyai negatif terhadap tingkat keterlambatan studi. Hal ini berarti ada kecenderungan setiap penurunan kecerdasan emosional dan perilaku belajar akan dapat meningkatkan keterlambatan studi. Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang nyata antara Kecerdasan emosional, Perilaku belajar Dan Stress kuliah secara bersama-sama terhadap keterlambatan studi.
4. Rizkie Ainur (2013)
Judul “ Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan Lingkungan Belajar terhadap stress kuliah pada mahasiswa akuntansi ”
Rumusan masalah :
Apakah perilaku belajar, kecerdasan emosional, dan lingkungan belajar mahasiswa akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap stres kuliah ?
(28)
Kesimpulan :
Bahwa perilaku belajar tidak mempengaruhi terjadinya stres kuliah mahasiswa akuntansi angkatan 2010,hal ini lebih dikarenakan kemampuan individu untuk menyesuaikan dirinya terhadap perilaku belajar itu sendiri. Kecerdasan emosional tidak mempengaruhi terjadinya stres kuliah mahasiswa akuntansi,hal ini dikarenakan kemampuan individu untuk mengenali dan mengelola emosi. Lingkungan belajar tidak mempengaruhi terjadinya stres kuliah mahasiswa akuntansi, karena mereka berada pada lingkungan yang sangat mendukung.
5. Febrianti Dwi (2013)
Judul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan intelektual, dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Aktivis Organisasi ”
Rumusan masalah :
a. Apakah kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi aktivis organisasi mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi?
b. Apakah kecerdasan intelektual dan minat belajar mahasiswa akuntansi aktivis organisasi mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi?
(29)
11
Kesimpulan :
Variabel yang teruji berpegaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi adalah kecerdasan intelektual dan minat belajar. Sedangkan variabel yang tidak teruji berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi adalah kecerdasan emosional.
(30)
Tabel 2.1 : Persamaan dan Perbedaan Peneliti terdahulu dengan sekarang
No Nama Judul variabel
1. Marita, Sri suryaningsum, dan Hening Naafi Shaalih (2008)
Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar dan Kecerdasan Emosional Dalam Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa
Akuntansi
Kecerdasan Emosional(X1), Perilaku Belajar (X2) terhadap Stres Kuliah (Y)
2. Rismayana (2012) Pengaruh Perilaku Belajar,kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi Perilaku Belajar (X1), Kecerdasan emosional (X2) daKecerdasan Spiritual (X3) terhadap stres kuliah (Y)
3. Aditya sukma (2012) Studi empiris Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar dan Stres Kuliah terhadap keterlambatan Penyelesaian Studi Kecerdasan Emosional (X1), Perilaku Belajar (X2) dan Stres kuliah (X3) terhadap
keterlambatan Studi 4. Rizkie Ainur Rachman
(2013)
Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan Lingkungan Belajar
Terhadap stress kuliah pada Mahasiswa Akuntansi
Perilaku Belajar (X1), Kecerdasan Emosional (X2) dan Lingkungan Belajar (X3) terhadap stres kuliah (Y)
5. Febrianti dwi (2013) Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Minat Belajar Terhadap tingkat pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Akuntansi AKtivis Organisasi
Kecerdasan Emosional (X1),Kecerdasan Intelektual(X2) dan Minat Belajar(X3) terhadap tingkat pemahaman(Y) 6. Ardilla Silviyona (2014) Pengaruh Perilaku
Belajar,Kecerdasan
Emosional,dan Lingkungan Belajar terhadap Stres Kuliah pada Mahasiswa Akuntansi Aktivis Organisasi
Perilaku Belajar (X1), Kecerdasan Emosional (X2) dan Lingkungan Belajar (X3) terhadap stres kuliah (Y)
(31)
13
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan sebenarnya merupakan bagian dari ilmu akuntansi yang semakin berkembang dalam 25 tahun belakangan ini. Awal perkembangan akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen, khususnya pada pembuatan anggaran. Tetapi, domain dalam hal ini terus berkembang dan bergeser ke arah akuntansi keuangan, sistem akuntansi, dan auditing. Perkembangan yang pesat dari akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan pada ilmu-ilmu social menyeluruh mengenai bagaimana perilaku manusia mempengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis, serta bagaimana akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia (Ikhsan dan Ishak, 2005:16)
2.2.1.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan ilmu keperilakuan adalah bagian dari ilmu sosial manusia yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Jadi, akuntansi keperilakuan didefinisikan sebagai ilmu yang menghubungkan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi (Ikhsan dan Ishak, 2005:26).
(32)
2.2.1.2 Tujuan Akuntansi Keperilakuan
Tujuan utama dari ilmu perilaku manusia adalah untuk mengidentifikasikan kebiasaan yang mendasari manusia dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan tujuan dari ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksikan perilaku manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh bukti empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan yang tertarik. Dengan demikian, ilmu keperilakuan mencerminkan observasi sistematis atas perilaku manusia dengan untuk mengonfirmasikan hipotesis tertentu secara eksperimental melalui referensi terhadap perubahan perilaku yang dapat diobservasi (Ikhsan dan Ishak, 2005:26).
2.2.1.3 Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan berada dibalik peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat, dan melaporkan informasi, dengan demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi,mencerminkan dimensi sosial budaya manusia dalam suatu organisasi (Ikhsan dan Ishak, 2005:23). Secara umum, lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar :
1. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini
(33)
15
mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi manajemen yang
memengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsi dalam organisasi.
2. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini berkenaan dengan bagaimana sistem akuntansi memengaruhi motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerja sama.
3. Metode untuk memprediksikan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang ketiga dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai hubungan dengan cara sistem akuntansi digunakan sehingga memengaruhi perilaku.(Ikhsan dan Ishak, 2005:24)
2.2.1.4 Hubungan Akuntansi Keperilakuan dengan Stres Kuliah
Ilmu pengetahuan keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi mengenai keperilakuan manusia. Ilmu pengetahuan keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan (Ikhsan dan Ishak, 2005:40).
Psikologi, sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontributor pertama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki prespektif yang berbeda mengenai kondisi manusia (Ikhsan dan Ishak, 2005:29).
(34)
Ada banyak faktor kompleks yang terkait dengan perilaku manusia. Faktor – faktor ini dikelompokkan dalam tiga kategori utama, yaitu:
1. Struktur karakter
Mengacu pada cirri kepribadian, kebiasaan dan perilaku individu. 2. Struktur Sosial
Menunjukkan beberapa hubungan diantara orang – orang yang mencakup ekonomi, politik, militer, dan kerangka kerja religius yang menggambarkan perilaku yang biasa diterima.
3. Dinamika Kelompok
Dapat dipandang sebagai suatu sintesa atau kombinasi struktur karakter dan struktur sosial, yang mengacu pada pengembangan interaksi pola manusia, proses dari interaksi sosial, dan hasil yang berhubungan dengan interaksi tersebut.
2.2.2 Perilaku Belajar
2.2.2.1 Pengertian Perilaku Belajar
Dari kamus bahasa Indonesia dapat dipahami bahwa kata ‘belajar” memang memiliki banyak pengertian yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan berbagai tujuan belajar yang berbeda.
Karena itu belajar dalam arti luas merupakan usaha menggunakan sarana atau sumber baik didalam atau diluar pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi (Sudarmanto, 1993:2 dalam penelitian Theresia 2003).
(35)
17
Aspek kognitif menyangkut kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan, karena itu kegiatan ini berpangkal pada aktivitas intelektual. Aspek afektif lebih dihubungkan kepada perasaan, seperti perasaan senang atau tidak, tertarik atau tidak pada bahan mata kuliah yang dipelajari. Aspek psikomotorik diarahkan pada aktivitas fisik seperti latihan atau perubahan perilaku.
2.2.2.2 Teori Belajar
Beberapa teori yang membahas belajar adalah sebagai berikut (Purwanto, 2006:89) :
1. Teori Classical Conditioning (Pavlo dan Watson)
Menurut teori ini, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat – syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan – latihan yang kontinyu.
2. Teori connectionism (Thorndike)
Menurut teori ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan – tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian di “pegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan unruk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien. 3. Teori Belajar Gestalt
(36)
Secara singkat pengertian belajar menurut Gestalt dapat di terangkan sebagai berikut. Pertama, dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral, belajar itu tidak hanya dilakukan secara relative belaka tetapi dilakukan dengan sabar, bermotif dan bertujuan.
3.2.2.3 Aspek Belajar
Apapun tujuan yang ingin dicapai melalui belajar di perguruan tinggi, akhirnya tujuan tersebut harus dicapai dalam bentuk unit kegiatan belajar mengajar yang disebut kuliah. Beberapa aspek yang berkaitan dengan kegiatan konkrit belajar yang akan mempengaruhi sikap dan semangat mahasiswa dalam menjalani proses belajar antara lain (dalam penelitian Theresia dwi 2003) :
1. Dimensi Persiapan dirumah
Yang dimaksud dengan persiapan dirumah adalah bagaimana perilaku belajar mahasiswa saat sehari atau semalam sebelum mengikuti perkuliahan pada pagi harinya. Mahasiswa yang terlebih dahulu menyiapkan materi perkuliahan yang akan diajarkan oleh dosennya, diharapkan akan dapat lebih cepat menangkap penjelasan yang diberikan oleh dosen dan akan lebih banyak berdiskusi tentang hal – hal yang lebih mendalam lagi tentang materi tersebut.
2. Perilaku belajar dikampus
(37)
19
a) Mengikuti kuliah dengan efektif. Kuliah yang efektif adalah kuliah yang diikuti dengan aktif dan kritis. Kritis maksudnya memperhatikan pelajaran dengan seksama, meminta penjelasan dan mengajukan pertanyaan jika ada hal yang kurang jelas.
b) Membuat catatan. Yang terpenting dalam membuat catatan kuliah adalah membuat catatan berdasarkan pemahaman yang terbaik, baik itu menggunakan kata – kata sendiri, singkatan sendiri atau sesuai yang diberikan dosen pengajar.
3. Belajar menghadapi ujian
Ujian dimaksudkan untuk mengukur taraf pencapaian suatu tujuan pengajaran oleh mahasiswa sebagai peserta didik. Berbagai cara belajar yang dilakukan oleh anak didik didalam menghadapi ujian. Cara belajar dalam menghadapi ujian ini tidak akan sama antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya.
4. Pola Membaca
Membaca dengan efektif berarti dapat memahami bacaan, sedangkan membaca dengan efisien adalah dapat membaca dengan cepat. Tujuan membaca sangat menentukan cara orang membaca. Orang dapat memperoleh pengetahuan dari membaca, tetapi cara membaca akan sangat menentukan pemahaman atas materi yang dibacanya.
5. Pengalaman belajar atau nilai
Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian. Jika proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan
(38)
konsekuensi logis dari proses tersebut. Sedangkan jika proses belajar tidak dikendalikan dengan baik, nilai tidak mencerminkan adanya perubahan perilaku walaupun nilai tersebut menambah atribut seseorang.
6. Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa merupakan dasar yang sangat penting untuk dapat memahami pengetahuan yang kompleks dan konseptual. Karya ilmiah dalam perguruan tinggi tidak dapat begitu saja dipahami dengan hanya meggunakan bahasa ilmiah. Penguasaan bahasa yang memadai (baik struktur maupun kosakata) juga sangat membantu seseorang untuk mampu mengekspresi gagasan dan perasaan atau mendeskripsi masalah secara cermat dan efektif.
2.2.2.4 Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi
Perilaku manusia adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Sedangkan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latian yang diperkuat (Rizkie, 2013).
Surachmad (2001) dalam Rizkie (2013) mengemukakan lima hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu: kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan
(39)
21
menghadapi ujian. Calhoun dan Acocela (1995) menyatakan bahwa dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan itu membiarkan mahasiswa dapat lolos tanpa gagal (Marita,dkk, 2008).
Kebiasaan belajar yang jelek disebabkan oleh kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi. Akibatnya adalah banyak mahasiswa tersebut merasa frustasi dalam menjalankan proses belajar Suwardjono (2004) dalam Rizkie (2013).
2.2.3. Kecerdasan Emosional
2.2.3.1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memahami, merasakan, dan mengenali perasaan dirinya dan orang lain sehingga seseorang mampu memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik (Fidiana, 2009).
Dalam lingkup pendidikan perguruan tinggi kecerdasan emosional menjadi sangat berperan karena mahasiswa sudah dianggap dewasa sehingga mampu berpikir dan bertindak dengan lebih cerdas, lebih dewasa dan lebih dapat mengatur dirinya sendiri sehingga perkuliahan akan dapat dipandang sebagai sarana untuk menggali keilmuan dan berdiskusi dengan seseorang yang lebih tahu (Theresia, 2003).
Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan – keterampilan yang dimilikinya, termasuk keterampilan intelektual. Kesulitan belajar yang dicirikan oleh menurunnya prestasi belajar sebagai bentuk
(40)
kegagalan bisa berkaitan dengandominan afektif, misalnya situasi emosi akan mempengaruhi belajar (Rimayana, 2012)
2.2.3.2. Komponen Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional memiliki peranan lebih dari 80% untuk mencapai kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan pribadi maupun professional. Dalam kehidupan akademik, tampaknya kecerdasan emosional juga memiliki peranan besar. Untuk menjadi seorang sarjana, dibutuhkan proses yang panjang, usaha yang keras dan dukungan dari berbagai pihak. Proses ini akan mempengaruhi pengalaman hidup mahasiswa.
Menurut Goleman (2000) dalam Theresia (2003) terdapat lima komponen kecerdasan emosional, yaitu mengetahui perasaan sendiri, memiliki empati, belajar mengatur emosi sendiri, memperbaiki kerusakan sosial dan interaktivitas emosional. Goleman secara garis besar membagi kecerdasan emosional kedalam dua kategori yaitu kompetensi personal (kecakapan pribadi) dan kompetensi sosial (kecakapan sosial). Kecakapan pribadi meliputi kesadaran diri sendiri, pengendalian diri, dan motivasi diri. Sedangkan kompetensi sosial meliputi empati dan keterampilan sosial. Secara garis besar komponen kecerdasan emosional menurut Goleman (2000) dalam Theresia (2003) dapat dilihat pada gambar 1. berikut ini:
(41)
23
Gambar 2.1
Bagan Kecakapan Kecerdasan Emosional
Sumber : Interprestasi bebas dari Goleman (2000) oleh Bulo (2002) dalam Fidiana (2009)
2.2.3.3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi
Kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses dibidang
Kecerdasan Emosional
Kecakapan Pribadi Kecakapan Sosial
Kesadaran diri -kesadaran Emosional -Penilaian Diri yang kuat
-Kepercayaan diri
Empati
-Memahami Orang Lain -Mengembangkan Orang -Orientasi Pelayanan -Kesadaran Politik Kendali Diri -Kontrol diri -Dapat Dipercaya -Berhati-hati -Adaptabilitas -Inovasi Keterampilan Sosial -Pengaruh -Komunikasi -Manajemen Konflik -Kepemimpinan -Katalisator Perubahan -Membangun Ikatan -Kolaborasi dan Kooperasi -Kemampuan Tim Motivasi -Dorongan Berprestasi -Komitmen -Inisiatif -Optimisme
(42)
akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja. Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain diluar kecerdasan intelektual (IQ), seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, kemampuan emosional, dan lain-lain yang harus juga dikembangkan (Melandy, 2006 dalam Rizkie 2013).
Menurut Arbadiati (2007) dalam Rizkie (2013) mengemukakan bahwa kecedasan emosi adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan, sehingga seseorang tersebut dapat mengatasi stress yang akan datang.
2.2.4. Lingkungan Belajar
2.2.4.1 Pengertian Lingkungan Belajar
Manusia disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan lingkungan. Lingkungan dalam kehidupan manusia selalu mengitarinya dan terdapat hubungan timbal balik diantara keduannya, lingkungan disatu sisi dapat mempengaruhi manusia, akan tetapi disisi lain manusia juga dapat mempengaruhi lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya.
Lingkungan belajar menurut Saroni dalam Rizkie (2013) adalah, “segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
(43)
25
sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga mahasiswa merasa nyaman di Universitas dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun
keterpaksaan”. Lingkungan belajar dikampus merupakan situasi yang turut serta
mempengaruhi kegiatan belajar individu.
2.2.4.2. Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Stres Kuliah
Lingkungan mempengaruhi prestasi belajar dalam berkonsentrasi untuk belajar. Pelajar akan memaksimalkan kemampuan dan konsentrasinya, jika pelajar akan mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi dan dapat memaksimalkan konsentrasi, mereka mampu menggunakan kemampuannya pada saat suasana yang tepat. Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan yang produktif, dimana sebuah lingkungan sesuai dengan kebutuhan para pelajar. Semakin mahasiswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mahasiswa tersebut mengatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin mudah mahasiswa mempelajari informasi baru (Deporter and Hernacki, 2001:81 dalam Rizkie, 2013)
Teori behaviorisme menyatakan bahwa seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor – faktor lingkungan.
(44)
2.2.5. Stres Kuliah
2.2.5.1. Pengertian Stres
Pengertian umum mengenai konsep stress banyak digunakan untuk menjelaskan tentang sikap atau tindakan yang dilakukannya apabila dia menghadapi suatu tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi tantangan itu. Terjadinya proses stress didahului oleh adanya sumber stress (stresor) yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya (Fidiana, 2009:433).
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan atau kondisi seseorang dalam menghadapi lingkungan (Handoko, 2000 dalam Fidiana, 2009:433).
2.2.5.2. Penyebab Stres
Stres bisa dialami oleh setiap orang termasuk mahasiswa. Stress yang dialami mahasiswa selama masa studi sangat mungkin terjadi mengingat tingginya kompleksitas masalah yang mungkin dihadapi yang dapat berakibat pola pikir seseorang menjadi kacau.
Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini, bukan lagi hanya sekedar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta ujian, dan kelulusan. Tidak sesederhana itu. Hal ini dapat kita analogikan dengan proses evolusi yang membuat spesies – spesies makhluk hidup semakin kompleks, demikian juga
(45)
27
dunia perkuliahan dewasa ini. Begitu banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan kuliah. Mulai dari bergaul, dengan teman teman atau pacar, mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan – kegiatan non-akademis, hingga bekerja freelance untuk menambah uang saku. Pola hidup yang kompleks ini seringkali menjadi beban tambahan disamping tekanan dalam kuliah yang sudah sangat melelahkan. Masalah diluar perkuliahan mau tak mau harus diakui turut mempengaruhi, baik dari segi suasana hati, konsentrasi, maupun prestasi akademik. Apalagi grafik usia yang menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam remaja menuju dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah – masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kegiatan diluar kampus, dapat menjadi stress yang mengancam. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika ada stresor yang datang, maka tubuh akan meresponnya.
2.2.5.3. Dampak Stres
Seseorang yang mengalami stress secara psikologis menderita tekanan dan ketegangan yang membuat pola pikir seseorang menjadi kacau. Dalam proses itu, hal yang dapat menyebabkan stress dan pengalaman orang yang mengalami stress akan saling berkaitan. Proses itu merupakan pengaruh timbal balik dan menciptakan usaha atau penyesuaian atau tepatnya penyeimbangan, yang terus menerus antara orang yang mengalami stress dan keadaan yang penuh stress. Dilihat dari sudut pandang orang yang mengalami stress seseorang akan memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stress.
(46)
Tanggapan orang terhadap sumber stress dapat berpengaruh pada segi psikologi dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau ketegangan (Fidiana, 2009:433).
Orang yang mengalami stress dapat mengalaminya hanya untuk sementara waktu saja atau dapat untuk waktu yang lama. Pada tahap akhir, stress psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan sakit psikis, antara lain; kesehatan jiwa terganggu, orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita kecemasan, dapat mederita gangguan psikomatik, dan dapat tidak sehat badan atau menderita penyakit fisik; yaitu tekanan darah tinggi, sakit jantung, sesak nafas, sakit kepala, sakit eksim kulit, arthritis, kanker, dan lain lain (Rizkie, 2013:38)
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka untuk memudahkan analisis, serta untuk mendukung hasil penelitian maka kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2: Diagram Kerangka pikir
Regresi Linier Berganda Perilaku Belajar (X1)
Stres Kuliah (Y) Kecerdasan Emosional (X2)
(47)
29
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang perumusan, teori, dan kerangka pikir diatas maka dapat disusun hipotesis penelitian antara lain :
H1 : Bahwa Perilaku Belajar ( Kebiasaan mengikuti perkuliahan, kebiasaan membaca, kebiasaan menghadapi ujian, kebiasaan kunjungan keperpustakaan) berpengaruh terhadap stress kuliah.
H2 : Bahwa Kecerdasan Emosional ( Kemampuan pengendalian diri, motivasi diri, dan kemampuan sosial) berpengaruh terhadap stress kuliah.
H3 : Bahwa Lingkungan Belajar ( Lingkungan kuliah dalam kampus dan lingkungan luar kampus) berpengaruh terhadap stress kuliah.
(48)
3.1. Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian adalah mahasiswa UPN jurusan Akuntansi yang aktif tergabung dalam Organisasi Mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) angkatan 2012 dan 2011. karena peneliti berasumsi bahwa angkatan 2012 dan 2011 sedang mengalami proses pembelajaran dan sedang aktif – aktif nya dalam kegiatan HIMA dan UKM, sehingga beban yang dirasakan semakin berat dibandingkan dengan mahasiswa yang baru mengikuti perkuliahan dan baru bergabung dengan HIMA dan UKM.
3.2 Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel
3.2.1. Definisi Operasional
Berkaitan dengan permasalahan dan hipotesis yang ada maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah terdiri dari variabel independen dan variabel dependen, variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku belajar (X1), kecerdasan emosional (X2), dan lingkungan belajar (X3). Sedangkan variabel dependennya adalah stress kuliah (Y).
(49)
31
Adapun definisi dari masing – masing variabel adalah sebagai berikut :
a. Variabel Independen (X)
1) Perilaku Belajar (X1) merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu dalam melakukan kegiatan belajar, yang terjadi secara berulang – ulang dan menjadi sebuah kebiasaan.
2) Kecerdasan Emosional (X2) merupakan kemampuan memahami diri dan mengelola emosi pada diri seseorang untuk dapat memberi pengaruh positif dalam kehidupan individu tersebut.
3) Lingkungan Belajar (X3) merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar mahasiswa dalam belajar baik di kampus maupun diluar kampus. Meliputi lingkungan fisik dan non fisik
b. Variabel Dependen (Y) Stress Kuliah
Stress kuliah adalah suatu keadaan yang membuat mahasiswa merasa tertekan dalam kuliahnya sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi belajarnya.
3.2.2. Pengukuran Variabel
Skala Pengukuran variabel yang digunakan penelitian ini adalah skala likert dalam bentuk checklist. Skala likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap, presepsi dan pendapat seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. atau pernyataan yang kemudian dijawab oleh responden.Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat
(50)
positif sampai sangat negatif.Data yang diperoleh dengan skla likert adalah data ordinal. Dengan kriteria skor skala likert sebagai berikut (Sumarsono, 2006:18):
Untuk keperluan analisis Kuantitatif jawaban Dapat diberi nilai (skor)
Sangat setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak setuju (TS) 2
Sangat tidak setuju (STS) 1
Beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian ini yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
Variabel Independen (X)
a) Perilaku Belajar (X1) terdiri dari :
1) Kebiasaan mengikuti pelajaran, diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan.
2) Kebiasaan membaca buku, diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seorang mahasiswa mempunyai kebiasaan membaca atau tidak.
3) Kunjungan ke perpustakaan, diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar minat mahasiswa untuk berkunjung ke perpustakaan.
(51)
33
4) Kebiasaan menghadapi ujian, diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar persiapan seorang mahasiswa dalam menghadapi ujian.
b) Kecerdasan Emosional (X2) yang terdiri dari :
1) Pengenalan diri, yang diukur dengan 4 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh mahasiswa tersebut dalam memahami atau mengenal dirinya sendiri.
2) Pengendalian diri, yang diukur dengan 6 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar mahasiswa tersebut dapat mengendalikan dirinya.
3) Motivasi diri, yang diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana mahasiswa tersebut memotivasi dirinya sendiri.
4) Empati, yang diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengentahui seberapa besar kepekaan seorang mahasiswa dalam memahami perasaan orang lain.
5) Kemampuan sosial, yang diukur dengan 8 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seorang mahasiswa dapat mengembangkan sikap sosialisasinya dengan baik.
c) Lingkungan belajar (X3) yang terdiri dari :
1) Lingkungan belajar di kampus, yang diukur dengan 6 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar lingkungan kampus mendukung kegiatan belajar mahasiswa.
(52)
2) Lingkungan belajar di luar kampus, yang diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan di luar kampus dalam mendukung kegiatan belajar mahasiswa.
Variabel Dependen (Y)
Stress Kuliah, diukur dengan 5 item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar stress yang dialami oleh mahasiswa.
3.3. Teknik Penentuan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – ciri atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenakan generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Strata satu (S1) program studi akuntansi UPN yang aktif dalam Organisasi Mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) angkatan 2012 dan 2011 sebanyak 157 orang (hasil survey).
(53)
35
Tabel 3.1 : Jumlah Populasi Penelitian
ORGANISASI 2011 2012 JUMLAH
HMAK 11 25 36
PS 5 5 10
KOPMA 10 6 16
MARCHING 3 5 8
UKKI 5 5 10
UK3 5 10 15
BASKET 5 5 10
MENWA 5 5 10
BEM 10 7 17
PRAMUKA 3 5 8
MUSIK 7 10 17
TOTAL 157
Sumber: hasil survey peneliti
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004:44). Dari jumlah populasi yang ada sampel penelitian dapat ditentukan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan cara penarikan sampel non-probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan cirri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representative dari populasi, sehingga menghasilkan sebuah sampel yang relevan dengan rancangan penelitian(Husein, 2009:92).
(54)
Pengambilan sampel dengan metode ini dengan alasan karena sering banyak batasan yang menghalangi peneliti mengambil sampel secara acak (random). Sehingga kalau menggunakan random sampling (sampel acak), akan menyulitkan peneliti. Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan kriteria sampling yang diperoleh benar – benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Adapun pertimbangan – pertimbangan dalam pengambilan sampel yaitu antara lain :
- Mahasiswa Akuntansi angkatan 2011 dan 2012 yang Aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa di UPN “Veteran”Jatim.
- Mahasiwa Akuntansi angkatan 2011 dan 2012 yang Aktif dalam unit kegiatan mahasiswa di UPN “Veteran” Jatim.
Berdasarkan kriteria dalam pengambilan sampel tersebut diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 80 mahasiswa aktivis organisasi progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jatim yaitu yang terdiri dari :
(55)
37
Tabel 3.2: jumlah sampel penelitian
ORGANISASI 2011 2012 JUMLAH
HMAK 7 16 23
PS 2 5 7
KOPMA 5 2 7
MARCHING 3 3 6
UKKI 3 3 6
UK3 4 4 8
BASKET 0 3 3
MENWA 2 0 2
BEM 4 3 7
PRAMUKA 0 2 2
MUSIK 3 6 9
TOTAL 80
Sumber: Peneliti
3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh sampel dari populasi yang telah ditentukan.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data merupakan asal mula pengambilan data.Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh langsung dari obyek penelitian secara perorangan. Sumber data yang diperoleh dari mahasiswa Strata satu (S1) program studi akuntansi UPN yang aktif dalam Organisasi Mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) angkatan 2012 dan 2011
(56)
3.4.3. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Metode Wawancara
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung terhadap responden yang diteliti untuk mendapatkan data dari informasi atau keterangan. Dalam hal ini yang menjadi pihak yang diwawancarai adalah ketua masing – masing dari HIMA dan UKM dalam Progdi Akuntansi UPN.
2. Metode Angket Kuesioner
Adalah dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan secara langsung terhadap responden yang diteliti kemudian diisi dengan lengkap dan dikembalikan dengan jangka waktu selama 2 hari. Dalam penelitian ini yang mengisi kuesioner adalah mahasiswa akuntansi UPN yang aktif dalam kegiatan organisasi angkatan tahun 2011 dan 2012. 3. Metode Observasi Langsung
Yaitu dengan mengamati secara langsung kondisi yang diteliti dan bertanya jawab dengan mahasiswa UPN.
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1.Teknik analisis
Berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian di atas, maka teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dengan alasan bahwa metode ini
(57)
39
dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap satu variabel dependen (Y) dengan tiga variabel independen (X1, X2, dan X3).
Adapun model persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + β1X1 + β2X2 +β3X3 + e Keterangan :
Y = stress kuliah
a = Nilai Intersep (konstan) β = koefisien arah regresi
X1 = Perilaku belajar X2 = Kecerdasan emosional X3 = Lingkungan Belajar
e = kesalahan baku (error term) 3.5.2. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dengan mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor total variabel (Ghozali, 2001:135).
Menurut Azwar (2003:157), koefisien validitas itu kurang dari pada 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan. Angka ini ditetapkan sebagai konvensi yang
(58)
didasarkan pada asumsi distribusi skor dari kelompok subyek yang berjumlah besar, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a. jika nilai rhitung > 0,30 berarti pernyataan valid b. jika nilai rhitung < 0,30 berarti pernyataan tidak valid
3.5.3. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan reponden dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sumarsono, 2006:34).
Perhitungan keandalan butir dalam penelitian ini menggunakan fasilitas yang diberikan oleh SPSS untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic cronbach alpha, yaitu suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali, 2006:46).
3.5.4. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode di antaranya adalah metode Kolmogorov Smirnovdan metode Shapiro Wilk (Sumarsono, 2006:40). Dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 0,05 maka distribusi adalah tidak normal
b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 0,05 maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2006:43).
(59)
41
3.5.5. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier harus bersifat BLUE (best linier unibase estimator) yang artinya pengambilan keputusan Uji F dan uji T tidak boleh bias. Untuk bisa dikatakan alat ukur yang BLUE , maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik sebagai berikut (Algifari, 2000:83) :
1. Tidak boleh terjadi autokorelasi 2. Tidak boleh terjadi multikolinieritas 3. Tidak boleh terjadi heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji f da uji T menjadi bias.Berikut ini uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut.
3.5.5.1. Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi (hubungan) antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series)atau ruang (cross section) (Suliyanto,2005). Akibat yang timbul dari adanya model regresi adalah varians populasinya dalam model regresi adalah varians sample tidak dapat menggambarkan varians populasinya dalam model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada variabel independen tertentu. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji autokorelasi karena data dari serangkaian pengamatan tidak tersusun dalam rangkaian waktu (time
(60)
3.5.5.2. Multikolinieritas
Uji multikonieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel bebas dalam suatu model regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya Multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya Fariance Inflantion Factor (VIF). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya Multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya VIF, yaitu :
I. Jika besaran VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas II.Jika besaran VIF > 10, maka terjadi multikolinieritas (Ghozali,
2006:95)
3.5.5.3. Heteroskedastisitas
Suatu model regresi dikatakan terdapat heteroskedastisitas jika varians variabel dalam model tidak sama (konstan) (Algafiri, 2008:85). Untuk mendiagnosis adanya heteroskedastisitas, salah satunya dengan melakukan pengujian rank spearman. Dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi > 0,05 (Suliyanto, 2005: 74).
3.5.6. Uji Hipotesis
3.5.6.1.Uji spesifikasi model F
Pengujian hipotesis spesifikasi model untuk model regresi yang digunakan dengan variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :
(61)
43
1. Ho : bj = 0 (Model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh X1, X2, dan X3 terhadap Y )
H1 : bj≠ 0 (Model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh X1, X2, dan X3 terhadap Y )
2. Dalam penelitian ini tingkat signifikan 0,05
Kriteria kesimpulan :
Ho diterima jika nilai probabilitas ≥ 0,05 dan H1 ditolak
H1 diterima jika nilai probabilitas ≤ 0,05 dan Ho ditolak
3.4.6.2.Uji t
Uji dilakukan Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh X1, X2, dan X3 terhadap Y:
a. Ho : bj = 0
(tidak terdapat pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 Terhadap Y) H1 :bj≠ 0
(terdapat pengaruh yang siginfikan X1, X2, X3 Terhadap Y) b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05
Kriteria kesimpulan :
Ho diterima jika nilai probabilitas ≥ 0,05 H1 diterima jika nilai probabilitas ≤ 0,05
(62)
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tanggapan responden terhadap masing – masing variabel penelitian. Berdasarkan judul dan perumusan masalah penelitian dimana penelitian ini terdiri dari empat variabel independen dan satu variabel dependen, yakni meliputi perilaku belajar (X1), kecerdasan emosional (X2), lingkungan belajar (X3), dan stress kuliah (Y). Adapun hasil analisis terhadap data penelitian ini adalah sebagai berikut :
No. Keterangan Jumlah
1. Kuesioner yang disebar 80
2. Kuesioner yang tidak kembali 11
3. Kuesioner yang kembali 69
4. Kuesioner yang kembali tetapi tidak lengkap 12
5. Kuesioner yang siap diolah 57
4.1.1. Karakteristik Responden
1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 57 responden, Diperoleh gambaran responden berdasarkan angkatan adalah sebagai berikut :
(63)
45
Tabel 4.1 Prosentase Responden Berdasarkan Angkatan
No. Angkatan Tahun Responden Prosentase
1. 2011 26 46%
2. 2012 31 54%
Total 57 100%
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan angkatan tahun 2012 memiliki prosentase lebih besar yaitu 54%, sedangkan responden dengan angkatan tahun 2011 sebesar 46%.
2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan SKS
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada sejumlah 57 responden, diperoleh gambaran responden berdasarkan SKS yang telah ditempuh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan SKS Satuan Kredit
Semester (SKS)
Prosentase Responden
2011 2012 2011 2012
< 70 - 27 mahasiswa - 87%
71 – 90 15 mahasiswa 4 mahasiswa 58% 13%
>90 11 mahasiswa - 42% -
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada sejumlah 57 responden angkatan 2012 memiliki prosentase besar yaitu 87% yang telah menempuh kurang dari 70 SKS, sedangkan responden dengan prosentase
(64)
13% yang menempuh 71-90 SKS. Dan untuk angkatan 2011 prosentase besar yaitu 58% responden telah menempuh antara 71-90 SKS, sedangkan prosentase sebesar 42% telah menempun > dari 90 SKS.
3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan IPK
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada sejumlah 57 responden, diperoleh gambaran responden berdasarkan IPK adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3: Daftar IPK Mahasiswa Akuntansi Aktivis Organisasi Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK)
Prosentase Responden
2011 2012 2011 2012
2,5 – 3,0 6 mahasiswa 6 mahasiswa 23% 23%
3,0 – 3,5 15 mahasiswa 19 mahasiswa 58% 61%
>3,5 5 mahasiswa 6 mahasiswa 19% 23%
Sumber: hasil penyebaran kuesioner
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan responden dengan nilai IPK 2,5 -3,0 memiliki prosentase sebesar 23% masing-masing angkatan. sedangkan responden dengan nilai IPK 3,0-3,5 memiliki prosentase sebesar 58% untuk angkatan 2011 dan 61% angkatan 2012. Untuk nilai IPK > 3,5 memiliki masing masing prosentase sebesar 19% untuk angkatan 2011 dan 23% untuk angkatan 2012.
(65)
47
4.1.2. Deskripsi Data Variabel
1. Variabel Perilaku Belajar (X1)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada sejumlah 57 responden, diperolah karakteristik responden mengenai variabel perilaku belajar sebagai berikut:
Tabel 4.4: Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Belajar
Item
Skor Jawaban
1 % 2 % 3 % 4 % 5 %
X1_1 0 0 0 0 9 15,7 34 59,6 14 24,5
X1_2
0 0 2 3,5 7 12,2 31 54,3 17 30
X1_3
2 3,5 11 19,3 26 45,6 7 12,2 11 19,3 X1_4
1 1,7 5 8,7 23 40,3 17 30 11 19,3 X1_5
0 0 1 1,7 26 45,6 26 45,6 4 7
X1_6
2 3,5 4 7 30 52,6 21 36,9 0 0
X1_7
0 0 0 0 12 21 34 59,6 11 19,3
X1_8
0 0 4 7 15 26,3 33 57,9 5 8,8
X1_9
0 0 10 17,5 23 40,3 20 35 4 7
X1_10
0 0 3 5,2 11 19,3 27 47,3 16 28
X1_11
2 3,5 7 12,2 27 47,3 20 35 1 1,7
X1_12
2 3,5 13 22,8 26 45,6 16 28 0 0
X1_13
1 1,7 20 35 31 54,3 5 8,7 0 0
X1_14
0 0 13 22,8 32 56,1 11 19,3 1 1,7 X1_15
0 0 10 17,5 36 61,4 9 15,7 2 3,5
X1_16
0 0 8 14 37 65 12 21 0 0
X1_17
0 0 8 14 20 35 24 42,1 5 8,7
X1_18
3 5,3 18 31.5 23 40.3 13 22,8 0 0 X1_19
0 0 6 10,5 35 61,4 14 24,5 2 3,5
X1_20
0 0 8 14 27 47,3 15 26,3 7 12,2
Mean
1,1 13,2 41,8 34,1 9,7
(66)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa dari 57 responden dari penelitian ini, sebanyak 34,1% responden menyetujui pernyataan yang diberikan dan 9,7% responden sangat menyetujui pernyataan yang diberikan sedangkan prosentase tertinggi adalah netral dalam menjawab pernyataan yang diberikan dengan prosentase sebesar 41,8%. Hasil tersebut menunjukkan responden yang menyatakan bahwa variabel perilaku belajar belum sepenuhnya disadari oleh mahasiswa akuntansi aktivis organisasi UPN “Veteran” Jawa Timur. Mereka menganggap bahwa perilaku belajar yang baik belum tentu mencegah terjadinya stress kuliah.
2. Variabel Kecerdasan Emosional (X2)
Kecerdasan emosional terdiri dari lima indikator pertanyaan yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan kemampuan sosial yang masing – masing indikator terdiri dari beberapa item pertanyaan.
Berdasarkan penyebaran hasil kuesioner yang peneliti lakukan kepada 57 responden, diperoleh hasil karakteristik responden berdasarkan kecerdasan emosional sebagai berikut:
(67)
49
Tabel 4.5: Karakterisktik Responden Berdasarkan Kecerdasan Emosional
Item
skor pertanyaan
1 % 2 % 3 % 4 % 5 %
X2_1 0 0 2 3,5 3 5,2 23 40 29 50
X2_2 0 0 1 1,7 9 15,7 30 52,6 17 30
X2_3 4 7 26 45,6 13 22,8 11 19,2 3 5,2
X2_4 3 5,2 3 5,2 15 26,3 29 50,8 7 12,2
X2_5 0 0 0 0 11 19,2 29 50,8 17 30
X2_6 0 0 6 10,5 17 30 22 38,5 12 21
X2_7 0 0 1 1,7 19 33,4 21 36,8 16 28
X2_8 2 3,5 24 42,1 10 17,5 17 30 4 7
X2_9 1 1,7 1 1,7 26 45,6 23 40,3 6 10,5
X2_10 4 7 10 17,5 27 47,3 15 26,3 1 1,7
X2_11 7 12,2 17 30 23 40,3 9 15,7 1 1,7
X2_12 0 0 1 1,7 15 26,3 32 56,1 9 15,7
X2_13 0 0 1 1,7 25 43,8 25 43,8 6 10,5
X2_14 4 7 17 30 30 52,6 5 8,7 1 1,7
X2_15 0 0 1 1,7 12 21 26 45,6 18 31,5
X2_16 1 1,7 3 5,2 25 43,8 17 30 11 19,2
X2_17 0 0 8 14 9 15,7 25 43,8 15 26,3
X2_18 0 0 0 0 21 36,9 34 59,6 2 3,5
X2_19 0 0 1 1,7 30 52,6 19 33,4 7 12,2
X2_20 0 0 3 5,2 19 33,4 30 52,6 5 8,7
X2_21 1 1,7 0 0 7 12,2 41 72 8 14
X2_22 0 0 1 1,7 11 19,2 26 45,6 19 33,4
X2_23 0 0 0 0 21 36,9 35 61,4 1 1,7
X2_24 1 1,7 13 22,8 18 31.5 20 35 5 8,8
X2_25 0 0 0 0 23 40,3 29 50,8 5 8,8
X2_26 0 0 1 1,7 32 56,1 20 35 4 7
X2_27 1 1,7 18 31,5 23 40,3 13 22,8 2 3,5
X2_28 1 1,7 4 7 14 24,5 30 52,6 8 14
Mean 1,55 10 38 39,3 15
Sumber: kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui dari 57 responden yang diambil sebagai sampel, sebanyak 39,3% responden menyetujui pertanyaan yang diberikan dan 15% responden sangat menyetujui pertanyaan yang diberikan. Hasil presentase tersebut mencerminkan
(68)
responden bahwa variabel kecerdasan emosional yang merupakan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan kemampuan sosial sangat disadari oleh masing – masing mahasiswa akuntansi aktivis organisasi UPN “Veteran” Jawa Timur. Mereka menyadari bahwa dengan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi maka tingkat stress kuliah dapat berkurang.
3. Variabel Lingkungan Belajar (X3)
Berdasarkan penyebaran hasil kuesioner yang peneliti lakukan kepada 57 responden, diperoleh hasil karakteristik responden berdasarkan lingkungan belajar sebagai berikut:
Tabel 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lingkungan Belajar
Item
skor pertanyaan
1 % 2 % 3 % 4 % 5 %
X3_1 3 5,2 7 12,2 20 35 26 45,6 1 1,7
X3_2 2 3,5 10 17,5 20 35 22 38,5 3 5,2
X3_3 2 3,5 8 14 34 59,6 10 17,5 3 5,2
X3_4 7 12,2 19 33,4 16 28 12 21 3 5,2
X3_5 5 8,7 17 30 17 30 13 22,8 5 8,7
X3_6 4 7 5 8,7 34 59,6 12 21 2 3,5
X3_7 1 1,7 1 1,7 17 30 35 61,4 3 5,2
X3_8 0 0 2 3,5 12 21 28 49,1 15 26,3
X3_9 0 0 3 5,2 10 17,5 26 45,6 18 31,5
X3_10 0 0 4 7 15 26,3 23 40,3 15 6,3
X3_11 0 0 4 7 25 43,8 15 26,3 13 22,8
Mean 3,8 12,7 35 35,4 11
Sumber: Kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui dari 57 responden sebanyak 35,4% responden cenderung menyetujui pernyataan yang
(69)
51
diberikan dan 11% responden sangat menyetujui pernyataan yang diberikan. Artinya sebagian besar mahasiswa akuntasi merasa nyaman dengan lingkungan belajar di kampus dan di luar kampus sehingga stress kuliah dapat berkurang.
4. Variabel Stres Kuliah (Y)
Variabel terikat dalam peneletian ini adalah stress kuliah yang diukur dengan lima item pertanyaan. Setiap pertanyaan masing-masing terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju.
Berikut ini adalah deskripsi hasil jawaban responden mengenai variabel stress kuliah :
Tabel 4.7: Karakteristik Responden Berdasarkan Stres Kuliah
Item
skor pertanyaan
1 % 2 % 3 % 4 % 5 %
Y1_1 0 0 4 7 16 28 29 50,8 8 14 Y1_2 9 15,7 15 26,3 20 35 12 21 1 1,7 Y1_3 7 12,2 25 43,8 20 35 4 7 1 1,7 Y1_4 4 7 14 24,5 11 19,2 26 45,6 2 3,5 Y1_5 2 3,5 12 21 29 50,8 8 14 6 10,5
Mean 7,68 24,5 33,6 27,6 6,28
Sumber: Kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebanyak 27,6% responden cenderung menyetujui pernyataan yang diberikan dan 6,28% responden sangat menyetujui pernyataan yang diberikan. Akan tetapi hasil rata-rata tertinggi dicapai pada pernyataan netral sebesar 33,6%. Hasil
(70)
prosentase tersebut mencerminkan bahwa stress kuliah mahasiswa
akuntansi aktivis organisasi UPN “Veteran” Jawa Timur cukup tidak membuat mahasiswa stress. Artinya sebagian besar mahasiswa tidak merasa terganggu jadwal kuliah dengan kegiatan organisasinya, tetapi ada rasa kebosanan karena mata kuliah yang tidak dimengerti, masalah pribadi yang menganggu konsentrasi belajar, paksaan orang tua dalam memilih program studi kuliah, dan tidak terlalu paham dengan materi dari dosen yang di kenal killer.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Kualitas Data
Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas suatu kuesioner mutlak diperlukan agar data yang digunakan dalam mendeskripsikan masing – masing variabel dan pengujian terhadap hipotesis yang dapat diandalkan kebenarannya
4.2.1.1 Uji Validitas
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistic dengan menggunakam pendekatan validitas konstruk. Dasar pengambilan keputusan valid tidaknya butir-butir pertanyaan dalam kuesioner adalah :
a. Kuesioner rhitung (koefisien korelasi) harus lebih besar dari rtabel.
b. Nilai rhitung untuk masing – masing butir pertanyaan bisa dilihat langsung pada output uji validitas pada kolom corrected item – total correlation
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka terdapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa Perilaku belajar (X1) yang meliputi kebiasaan mengikuti perkuliahan, kebiasaan membaca, kebiasaan menghadapi ujian dan kebiasaan berkunjung ke perpustakaan tidak terbukti berpengaruh terhadap Stres kuliah (Y).
2. Bahwa Kecerdasan emosional (X2) yang meliputi pengenalan diri, pengendalian diri, empati, motivasi diri dan kemampuan sosial terbukti berpengaruh positif terhadap Stres kuliah (Y).
3. Bahwa Lingkungan belajar (X3) yang meliputi lingkungan dalam kampus dan lingkungan luar di kampus tidak terbukti berpengaruh terhadap Stres Kuliah (Y).
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh diatas, maka beberapa saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Bagi Mahasiswa Akuntansi, untuk menekan atau mencegah terjadinya stress kuliah, mahasiswa perlu memperhatikan perilaku belajar dan harus mempunyai kecerdasan emosional agar dapat mengendalikan diri dan
(2)
67
mengenali diri serta dapat memotivasi sesama agar selalu berhubungan baik dengan sekitar dan harus menempatkan diri pada lingkungan yang mendukung untuk menjalankan kegiatan perkuliahan dan organisasinya. 2. Bagi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, hendaknya mulai merevisi
kurikulum belajar terhadap mahasiswa agar tidak hanya hard skill saja yang di berikan tetapi juga soft skill diantaranya kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, serta jiwa kepeminpinan agar dimasa depan para mahasiswa memiliki bekal yang cukup untuk memasuki dunia kerja.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat memperluas jangkuan peneletiannya serta dapat menambahkan variabel bebas lain yang juga turut mempengaruhi tingkat stress kuliah pada mahasiswa.
4. Bagi Pihak Lain, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang perilaku belajar, kecerdasan emosional dan lingkungan belajar terhadap stress kuliah mahasiswa aktivis organisasi.
5.3 Keterbasan dan Implikasi
5.3.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan oleh penelitian secara optimal, namun demikian peneliti masih merasa dalam penelitian ini masih adanya keterbatasan antara lain yaitu:
(3)
68
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan sampel yang lebih luas misalnya untuk mahasiwa baru hingga mahasiswa tingkat akhir. 2. Data penelitian yang berasal dari persepsi responden yang disampaikan
secara tertulis dengan bentuk instrument kuesioner mungkin mempengaruhi hasil validitas. Persepsi responden belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
3. Selain perilaku belajar, kecerdasan emosional dan lingkungan belajar masih ada pengaruh lain yang menyebabkan seseorang merasakan stress yaitu kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual. Oleh karena itu penelitian mendatang dapat mengembangkan penelitian dengan menambahkan variabel bebasnya.
5.3.2 Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi pembentukan dan pembandingan kecerdasan bagi mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan. Upaya menekan atau mencegah stress kuliah dilakukan dengan perilaku belajar yang baik dan teratur, kecerdasan emosional dan lingkungan belajar yang mendukung secara komprehensif dan proposional yang dapat dilakukan melalui diri sendiri dan didukung oleh perguruan tinggi.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks:
Anonim, 2013, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Program Studi Akuntansi. Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Surabaya.
Algifari, 2002, Analisis Regresi Edisi 2. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Azwar, Sifuddin, 2003, Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Cetakan Keempat, Yogyakarta.
Cryer, miller, 1994, Statistic For Business Data Analysis and Modeling. International Thomson Publishing, Califirnia.
Gurajati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar (Edisi Bahasa Indonesia). Penerjemah Sumarmo Zain, penerbit Erlangga, Jakarta.
Ikhsan, Arfan. dan Muhammad Ishak, 2005, Akuntansi Keperilakukan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Imam, Ghozali, 2006, Aplikasi AnalisisMulrivariate Dengan Program SPSS, Edisi II. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Nazir, Moh, 1998, Metode Penelitian. Cetakan Ketiga, Penerbit Galia Indonesia, Jakarta.
Ngalim, Purwanto, 2006, Psikologi Pendidikan. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Robbins, Stephen P, 2003, Perilaku Organisasi. Terjemahan, Jilid 2, PT.Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Cetakan Kedua, PT Elex media Computindo, Jakarta.
Sudrajat, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula. Cetakan Kedua, Penerbit CV. Armico, Bandung.
Suliyanto, 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
(5)
Jurnal :
Aini Noor , Pratistya, dan Abdullah Taman, 2012, “Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Ips Sma Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”, JPAI, Vol, No.01, hal 55-57.
Fidiana, 2009, “Perbedaan kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, dan Tingkat Stres Mahasiswa Akuntansi Junior dan Senior”, ISSN, No. 110, hal 427-433. Hastuti, Dwi, Theresia. 2003, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Perilaku
Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, JAB, Vol.II No.3, hal 37-44, Agustus 2003.
Nugroho, Ika, Paskah, dkk, 2011, “Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, ISSN, Vol.4, Hal 63-66, Oktober 2011, Depok. Saputro, Tego, Singgih, 2012, “Pengaruh Disiplin belajar dan Lingkungan
Teman Sebaya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta”, JPAI, Vol.X No.1, hal 78-94, 2012.
Saryanti, Endang, “Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar, Efikasi diri dan Kecerdasan Emosional dan Berpengaruh pada Stress Kuliah pada
Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta”, Surakarta. Yani, Fitri, “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Akuntansi”, Universitas Riau.
Penelitian:
Dwi, Febrianti, 2013, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan intelektual, dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa
Aktivis Organisasi UPN “VETERAN” Jawa Timur”.
Marita, Sri suryaningsum, dan Hening Naafi Shaalih, 2008, “ Kajian Empiris atas Perilaku Belajar dan Kecerdasan Emosional dalam Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XI, Makassar.
Rachman, Ainur, Rizkie, 2013, “Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan Lingkungan Belajar Terhadap Stres Kuliah Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur”.
(6)
Rimayana, 2012, “Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap stress kuliah mahasiswa Akuntansi”, Universitas Hasanuddin Makassar.
Sukma, Aditya, 2012,”Studi empiris Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, Dan Stres Kuliah Terhadap Keterlambatan Penyelesaian Studi (Studi pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Brawijaya Malang)”.