sehingga dikategorikan santun. Kedua percakapan di atas juga sangat menjaga agar pembicaraan yang mereka bicarakan berjalan dengan lancar tanpa harus ada
yang tersinggung. Pada tuturan BTS1, R7 Tian tidak ingin mengecewakan ibunya dengan menjawab belum istirahat karena dalam seminggu sudah capek
dengan kegiatan seolahnya sehingga ia menjaga perasaan ibunya dengan menjawab belum istirahat. Tuturan BTS2, P6 Sidiq mencoba mengiyakan
perkataan ibunya agar ibunya merasa dihargai dengan nasehat-nasehatnya sehingga ibunya tidak kecewa dengan tingkahnya.
4.2.2 Penanda Kesantunan Berbahasa
Berdasarkan banyaknya data ketidaksantunan yang telah dianaliasis peneliti mengelompokkan menjadi dua yaitu penanda ketidak santunan berbahasa
dan penanda kesantunan berbahasa.
4.2.2.1 Penanda Ketidaksantunan Berbahasa
Peneliti menemukan beberapa sebab ketidaksantunan berbahasa. Berikut ini adalah penyebab-penyebab beserta data-datanya.
4.2.2.1.1 Penutur tidak dapat mengendalikan emosi ketika bertutur Penyebab pertama adalah penutur tidak dapat mengendalikan emosinya
ketika bertutur berikut datanya : PKB1, A7 Ibu
: terus bilang apa dia? Astrid : kan ga komen lagi to
Topik : membicarakan teman Astrid yang salah komen di akun facebook ibunya.
PKB2, C5 Ibu : lah kok jelek semua?
Elis : ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu bahasa
indonesianya dapat delapan trus habis itu… Topik : membicarakan tentang hasil ujian tengah semester
Tuturan PKB1, A7 menunjukkan kekesalan Astrid kepada ibunya karena bertanya terus sedangkan dia juga sedang berkonsentrasi pada TV yang ia tonton
saat ibunya menanyai tentang masalah di facebook. Sehingga Astrid tidak bisa mengendalikan emosinya karena terganggu saat sedang menonton.
Tuturan PKB2, C5 penutur tidak dapat mengendalikan emosinya terlihat pada kata “ya dengerin dulu mah makannya”. Kata tersebut dipertegas karena
seolah ibunya tidak yakin anaknya akan mendapatkan nilai bagus dan kecewa karena yang didengarnya belum ada nilai yang bagus.
4.2.2.1.2 Penutur memaksakan pendapatnya Penyebab kedua adalah penutur memaksakan pendapatnya ketika bertutur
berikut datanya : PKB3, C11 Ibu
: tumben..ahahahha Elis
: astaga ya ampun..kok di tumbenin bukan disyukurin. Topik : membicarakan tentang hasil ujian tengah semester
PKB4, D4 Ibu : lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu
belum? Danisa : hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh
Topik : membicarakan PR Danisa tentang virus Penutur PKB3, C11 menginginkan ibunya untuk sepakat dengan apa
yang dipikirkannya, sedangkan hal tersebut melanggar kesantunan dengan memaksakkan kehendaknya.
Penutur PKB4, D4 tetap mempertahankan apa yang dibicarakannya sehingga terkesan ingin lebih didengar ketimbang ibunya yang memberi saran dan
masukkan. Sehingga kedua tuturan di atas yaitu tuturan PKB3, C11 dan PKB4, D4 termasuk penyebab ketidaksantunan berbahasa yang memaksakkan
pendapatnya. 4.2.2.1.3
Penutur memojokkan mitra tutur Penyebab ketiga adalah penutur memojokkan mitra tuturnya ketika
bertutur berikut datanya : PKB5, D9 Ibu
:ha ini HIV virus trus yang ini? Danisa : ya sama HIV virus..HIV tu virus gimana e?
Topik : membicarakan PR Danisa tentang virus PKB6, J2
Tante : lagi ngapain? Krisna : lagi ga ngapa-ngapain
Topik : membicarakan apa yang sedang dilakukan oleh Krisna pada sore hari
Pada tuturan PKB5, D9 tersebut penutur memojokkan mitra tutur karena mitra tutur tidak tahu dengan apa yang sedang dibahas bisa jadi mitra tutur tahu
namun tidak seperti penutur yang jauh lebih tahu dan sedang belajar materi tersebut.
Penutur PKB6, J2 tersebut membuat mitra tuturnya menjadi mati gaya atau tidak bisa bertanya apa-apa lagi karena jawabannya bisa saja menyinggung
karena bisa berarti juga penutur sedang tidak ingin berbicara dan ditanya-tanya.
4.2.2.2 Penanda Tuturan yang Santun