3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diteliti berupa : 1.
Peneliti mengumpulkan tuturan yang dilakukan oleh anak usia remaja dengan merekam kejadian saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.
2. Setelah rekaman didapat, peneliti menyimak tuturan yang diucapkan oleh
subjek penelitian sambil menuliskan hasil penyimakan dengan dibuat naskahnya.
3. Setelah naskah sudah ada kemudian peneliti menginventerisasi data yang
sudah ada. 4.
Setelah inventerisasinya selesai kemudian peneliti menganalisisnya.
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data selesai maka seluruh data perlu dianalisis. Proses menganalisis hasil data tersebut dilakukan dengan cara:
a. Mengkaji apakah pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh penutur
dalam melanggar maksim-maksim yang ada pada teori. b.
Menentukan penanda kesantunan berbahasa apa saja yang ada dalam tuturan yang ada dalam naskah.
c. Menemukan maksud dari penutur dalam bertutur kepada lawan tuturnya.
Tuturan yang telah terkumpul sebagai data diinventaris, di klasifikasikan serta diperikan ciri-cirinya. Selanjutnya data diinterprestasikan sesuai acuan pada
landasan teori. Tahap selanjutnya adalah membahas data secara terperinci. Contohnya sebagai berikut :
Bona : Besok nonton Perahu Kertas, yuk? Rong : Aku ada les Bahasa Inggris.
Dari tuturan tersebut, peneliti mengklasifikasikan dan memerikan ciri-ciri pada setiap tuturan. Ciri-ciri tersebut akan diuraikan sendiri-sendiri seperti di bawah
ini. Tuturan percakapan tersebut jika di analisis dengan prinsip tuturan, akan
dikelompokan sebagai berikut : Bona : Besok nonton Perahu Kertas, yuk?
Rong : Aku ada les Bahasa Inggris. Klasifikasi
: tidak santun Penyebab
: melanggar maksim kebijaksanaan Indikator
: tidak memberi banyak pilihan pada mitra tutur. Latar berada di sekolah pada jam pelajaran sekolah. Peserta ada dua siswa.
Tujuan komunikasi ingin temannya ikut serta menonton Perahu Kertas. Pesan yang ingin disampaikan mengajak menonton. Keadaan percakapan santai dan
gembira.Percakapan yang terjadi merupakan pembicaraan lisan dan menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Perilaku santai karena berbicara kepada teman
yang sebaya.
Tuturan tersebut jika dianalisis dengan prinsip kerjasama, melanggar maksim relevansi karena jawaban yang diberikan R tidak sesuai dengan
pertanyaan B. Seharusnya jika R setuju untuk pergi dengan B, ia mengiyakan dengan jawaban “Ayo”. Apabila dianalisis dengan prinsip kesantunan, tuturan
tersebut mematuhi maksim kebijaksanaan. Dalam tuturannya, R mencoba menolak ajakan B dengan menggunakan tuturan tidak langsung. Penggunaan
tuturan tidak langsung ini menimbulkan efek yang lebih santun daripada bila R mengungkapkan penolakan secara langsung. Dengan demikian R mencoba untuk
meminimalkan kerugian lawan tuturnya. Dari analisis di atas, peneliti memperoleh sebuah indikator tuturan yang
melanggar maksim relevansi yaitu tuturan yang memberikan jawaban dengan tidak langsung. Jawaban yang diberikan oleh penutur adalah jawaban yang
menyimpang dari pertanyaan. Dalam teori kerjasama Grice tuturan yang demikian disebut sebagai tuturan yang menyimpang dari maksim relevansi. Selain indikator
tuturan yang melanggar maksim relevansi, peneliti juga memperoleh sebuah indikator tuturan yang mematuhi maksim kebijaksanaan. Yaitu menyampaikan
penolakan dengan memberi alasan dan bukan tuturan yang menolak secara langsung. Tuturan R secara tidak langsung memberi alasan kepada B mengapa R
tidak dapat memenuhi ajakan B. Setelah memperoleh indikator tuturan yang santun, peneliti kemudian merumuskan kaidah-kaidah kesantunan Berbahasa
Indonesia.
43
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN