Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebagai berikut.

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini dipaparkan mengenai potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain produk, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk.

4.1.1 Potensi dan Masalah

Siswa dengan ADHD adalah siswa yang mengalami gangguan saraf yang menyebabkan kesulitan dalam pemusatan perhatian dan cenderung hiperaktivitas sehingga anak tersebut memiliki masalah dalam perilaku dan sosialnya. Selain itu siswa dengan ADHD memiliki tingkat kognitif yang sama dengan anak pada umumnya. Dengan tingkat kognitif tersebut, siswa dengan ADHD memiliki peluang untuk berprestasi di sekolah. Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Sarikarya untuk mendapatkan data siswa dengan kebutuhan khusus ADHD di SD tersebut. Dari hasil wawancara diketahui jika di sekolah tersebut ada seorang siswa dengan ADHD yang sekarang duduk di kelas II. Kepala Sekolah mengungkapkan siswa tersebut dinyatakan ADHD berdasarkan hasil tes psikologi. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas II. Guru tersebut membenarkan jika di kelas II terdapat siswa dengan ADHD. Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Garis besar pertanyaan Hasil wawanc ara Data siswa berkebutuhan khusus di sekolah Sekolah tidak memiliki data karena sekolah tersebut bukanlah sekolah inklusi Data siswa dengan ADHD di sekolah Terdapat siswa dengan ADHD di kelas II Tabel 4.2 Hasil Wawancara Guru Kelas II Garis besar pertanyaan Hasil wawanc ara Tingkah laku siswa dengan ADHD di kelas Siswa tersebut susah diam di kelas dan sering berjalan-jalan di kelas saat pelajaran. Tidak jarang anak tersebut mengganggu temannya yang sedang belajar. Kesulitan belajar matematika Siswa dengan ADHD di kelas II masih belum bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan alat peraga matematika Guru pernah menggunakan alat peraga matematika. Penggunaan alat peraga untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan belum pernah dilakukan. Dari hasil wawancara dengan guru kelas dapat diketahui jika siswa dengan ADHD di kelas II cenderung susah diam dan mengganggu teman-temannya. Selain itu siswa tersebut dalam mata pelajaran matematika belum bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan. Dalam mengajar, guru belum pernah menggunakan alat peraga untuk mengajarkan materi penjumlahan dan pengurangan. Potensi yang peneliti soroti adalah siswa dengan ADHD meskipun memiliki gangguan, siswa tersebut memiliki peluang untuk berprestasi dengan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Masalah yang ditemukan peneliti di lapangan menunjukkan jika siswa dengan ADHD kelas II di SD N Sarikarya belum bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan. Penjumlahan dan pengurangan sebelumnya juga pernah diajarkan pada kelas I.

4.1.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk dapat menemukan dan memperoleh informasi tentang kondisi siswa dengan ADHD kelas II SD N Sarikarya. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dengan guru kelas II, dan wawancara dengan siswa dengan ADHD. Peneliti melakukan observasi pada hari Rabu tanggal 16 November 2017. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung saat peneliti melakukan observasi, mula-mula guru meyampaikan kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Materi yang disampaikan kembali antara lain mengurutkan bilangan, menghitung penjumlahan dan pengurangan dan membaca jam. Dalam menyampaikan materi, guru memakai media pembelajaran berupa replika jam dinding yang dibuat guru dengan menggunakan kertas karton. Replika jam dinding tersebut digunakan guru untuk mengajarkan siswa cara membaca jam. Sedangkan dalam menyampaikan materi mengurutkan bilangan dan menghitung penjumlahan dan pengurangan, guru tidak menggunakan alat bantu media maupun alat peraga. Setelah guru mengulas materi sebelumnya, selanjutnya guru memberikan soal kepada siswa dengan jumlah soal 25. Dari soal yang diberikan terdapat soal tentang membaca jam, mengurutkan bilangan, dan juga menghitung penjumlahan dan pengurangan. Hasil observasi pembelajaran matematika yang telah dilakukan peneliti, siswa dengan ADHD belum bisa mengurutkan bilangan dan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Hal tersebut peneliti ketahui saat melihat hasil kerja siswa dengan ADHD yang tidak dapat menyelesaikan soal matematika yang diberikan. Siswa tersebut menjawab soal membaca jam dan soal penjumlahan sedangkan soal yang lainnya belum dijawab. Siswa dengan ADHD bisa menjawab soal membaca jam dengan benar, namun jawaban dari soal penjumlahan masih salah. Soal penjumlahan yang diberikan yaitu penjumlahan tiga angka ratusan. Hasil kerja anak tersebut menunjukkan jika anak belum menguasai materi mengurutkan bilangan dan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Setelah melakukan observasi, peneliti selanjutnya melakukan wawancara dengan guru kelas. Jenis wawancara yang dilakukan adalah jenis wawancara terbuka dan tidak terstruktur sehingga pedoman wawancara yang digunakan peneliti berupa garis besar pertangaan. Berikut haisl wawancara dengan guru kelas II yang disajikan dalam tebel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas Garis besar pertanyaa Hasil wawanc ara Karakteristik ak ADHD Saat pembelajarna di kelas siswa mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, sering berjalan keliling kelas saat pembelajaran berlangsung dan kadang mengganggu teman lainnya. Informasi terkait kesulitan belajar matematika siswa dengan ADHD Siswa dengan ADHD yang ada di kelas II masih belum bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan sama sekali Ketersediaan alat peraga media pembelajaran di sekolah Di SD N Sarikarya sekolah tidak menyediakan alat peraga maupun media pembelajaran untuk kelas II. Jika pembelajaran menggunakan alat peraga dan media guru harus membuat sendiri. Guru belum pernah men gajarkan materi mengurutkan bilangan dan materi menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga maupun media pembelajaran. Hal-hal yang menarik perhatian siswa dengan ADHD Guru mengaku tidak mengetahui hal-hal yang menarik siswa dengan ADHD. Guru hanya mengetahuui jika siswa tersebut suka menggambar. Wawancara kedua dilakukan kepada siswa dengan ADHD. Wawancara dengan siswa tersebut untuk mengonfirmasi data yang telah peneliti dapatkan dari hasil observasi dan wawancara sebelumnya. Berikut adalah tabel hasil wawancara dengan siswa dengan ADHD. Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Siswa dengan ADHD Garis besar pertanyaan Hasil wawanc ara Materi matematika yang masih belum bisa Masih belum bisa menghitung penjumlahan dan pengurangan Penggunaan alat peraga dan media pembelajaran Tidak pernah menggunakan alat peraga ataupun media ketika diajarkan penjumlahan dan pengurangan Karakter kartun animasi yang disukai Karakter kartun animasi yang disukai yaitu upin-ipin Warna-warna yang disukai Menyukai warna-warna yang cerah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kedua sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dengan ADHD mengalami kesulitan dalam materi penjumlahan dan pengurangan dan juga diketahui bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga matematika untuk materi penjumlahan dan pengurangan belum digunakan di SD N Sarikarya. Hal tersebut terlihat dari data hasil observasi dan wawancara yang ditampilkan dalam bagan 4.1. Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Observasi dan Wawancara Observasi Penggunaan alat peraga di kelas II masih terbatas. Siswa belum bisa mengurutkan bilangan dan menghitung penjumlahan dan pengurangan tiga bilangan Wawancara guru Siswa belum bisa menghitung penjumlahan dan pengurangan. Belum pernah mengajarkan penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga. Wawancara Siswa dengan ADHD Masih belum bisa menghitung penjumlahan dan pengurangan. Guru tidak mengajarkan penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga pembelajaran. Materi matematika yang menjadi kesulitan siswa yaitu materi penjumlahan dan pengurangan. Meskipun demikian belum tersedia alat peraga peraga untuk membantu siswa belajar penjumlahan dan pengurangan. Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa masih kesulitan dalam materi penjumlahan dan pengurangan. Guru juga mengalami kesulitan dalam mengkondisikan siswa dengan ADHD yang sulit untuk diam dan mendengarkan penjelasan dari guru. Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya alat peraga yang yang digunakan untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan alat peraga selain membantu siswa untuk memahami materi yang diberikan juga untuk menarik minat siswa dalam belajar. Ketika wawancara, guru menuturkan mencoba untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga namun bingung alat peraga seperti apa yang bisa digunakan untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan dan dapat menarik minat siswa untuk belajar.

4.1.3 Desain Produk

Peneliti menyusun prototipe alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dimulai dengan membuat sketsa awal dengan membuat gambar di kertas dan menentukan gambar karakter kartun yang akan digunakan. Selanjutnya didesain dengan menggunakan microsoft word . Gambar 4.1 Desain Papan Penjumlahan dan Pengurangan Awal Gambar 4.2 Kotak dan Kartu Awal Warna pada nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan disesuaikan dengan warna pada kartu gambar dan kartu angka. Pemilihan warna yang sama bertujuan untuk memudahkan dalam meletakkan kartu sesuai tempatnya. Pada kartu gambar, gambar dengan latar biru tua menunjukkan jika masing-masing gambar tersebut bernilai satu. Begitu juga dengan ketiga kartu gambar yang lainnya. Kartu gambar biru muda menunjukkan jika setiap gambar bernilai sepuluh, kartu gambar kuning menunjukkan jika satu gambar benilai seratus dan merah berarti bernilai seribu untuk satu kartunya. Kartu angka diletakkan pada bagian bawah untuk menunjukkan jumlah kartu gambar yang ada di atasnya. Selain untuk memudahkan dalam menaruh kartu, adanya persamaan warna pada kartu gambar, kartu angka, dan nilai angka pada papan juga sebagai pengendali kesalahan. Jika salah dalam meletakkan kartu akan lebih mudah terlihat.

4.1.4 Validasi Desain Produk

Desain alat peraga yang sudah jadi kemudian divalidasikan melalui konsultasi dengan ahli matematika dan ahli psikologi anak. Konsultasi dilakukan secara langsung tanpa menggunakan lembar instrumen validasi. Dari konsultasi tersebut, ahli memberikan masukan untuk mengubah salah satu warna biru muda atau biru tua yang digunakan pada kartu dan papan tempat puluhan dan satuan. Menurut beliau warna tersebut sama-sama biru sehingga tidak terlihat perbedaan yang mencolok. Selain itu warna pada garis pinggir papan diubah karena sama dengan salah satu warna yang ada pada nilai tempat. Selain itu, pada konsultasi ini dosen meminta untuk konsultasi yang kedua desain alat peraga dibuat replika alat peraga dengan menggunakan kertas. Berikut gambar replika alat peraga dengan menggunakan kertas. Gambar 4.3 Replika Papan Penjumlahan dan Pengurangan Gambar 4.4 Kartu Gambar Gambar 4.5 Kartu angka Pada konsutasi yang kedua peneliti melakukan presentasi cara penggunaan alat peraga. Perubahan pada desain semula yaitu warna pada nilai angka puluhan yang semula berwarna biru muda diubah menjadi warna hijau begitu juga pada kartu gambar dan kartu angka yang sebelumnya berwarna biru muda diganti dengan warna hijau. Sedangkan untuk warna pada tepi papan dihilangkan. Presentasi kali ini ada beberapa perubahan yang dilakukan untuk desain alat peraga. Pada papan penjumlahan dan pengurangan ahli memberikan masukan supaya bagian nilai angka puluhan, ratusan, dan ribuan dan kotak-kotak dibawahnya ditutup. Hal ini bertujuan supaya ketika siswa tidak menggunakan, siswa menjadi lebih fokus dan tidak menanyakan baris yang tidak dipakai. Selanjutnya pada tempat kartu angka yang sebelumnya, kartu angka tersebut hanya diletakkan, untuk menjadikan siswa lebih aktif diganti dengan memberikan cantolan. Sehingga kartu gambar bukan diletakkan namun dicantolkan di tempatnya. Perubahan yang lain pada papan penjumlahan dan pengurangan adalah tempat menuliskan soal dan jawaban sebelumnya diganti dengan cantolan. Hal ini bertujuan agar anak menjadi tertarik dan supaya banyak gerakan yang dilakukan siswa sehingga pembelajaran tidak membosankan. Meskipun tidak menuliskan soal dan jawaban pada papan akan tetapi siswa tetap diminta untuk menuliskan soal dan jawaban pada buku tulis. Selain pada papan penjumlahan dan pengurangan, ahli juga memberikan masukan pada kartu gambar. Masukan yang diberikan pada kartu gambar yaitu, pada kartu gambar puluhan menggunakan gambar Upin dan Ipin yang digunakan. Hal itu sebaiknya dihindari supaya nanti siswa tidak menanyakan mana yang Upin dan mana yang Ipin. Selain itu masukan yang diberikan supaya siswa tertarik sebaiknya kartu gambarnya tidak berbentuk persegi empat namun membentuk karakter kartun yang digunakan saja. Dari masukan yang diberikan ahli pembimbing pada alat peraga, ahli juga menambahkan untuk memnggunakan bilik. Bilik berfungsi untuk membatasi penglihatan siswa sehingga perhatian siswa tidak mudah teralihkan dan dapat fokus ketika belajar. Seperti yang kita ketahui jika siswa dengan ADHD memiliki kecenderungan kurang fokus dan perhatiannya mudah teralihkan.

4.1.5 Revisi desain

Langkah pertama pada revisi desain, peneliti melakukan revisi prototipe dengan memperbaiki desain papan penjumlahan dan pengurangan. Kedua, peneliti memilih karakter yang akan digunakan dan membuat kartu gambar. Peneliti juga membuat desain bilik dengan menggunakan kardus bekas. Berikut gambar revisi desain berdasarkan masukan dari ahli matematika dan ahli prikoligi anak pada saat presentasi 2. Gambar 4.6 Replika Papan Penjumlahan dan Pengurangan Gambar 4.7 Kartu Gambar Gambar 4.8 Kartu Operasi Penjumlahan dan Pengurangan, Kartu Jawaban, dan Kartu Soal Setelah selesai melakukan revisi desain, langkah selanjutnya yaitu presentasi terakhir dengan ahli pembimbing. Presentasi ini tidak ada perubahan desain alat peraga. Tahapan selanjutnya yaitu pembuatan alat peraga. Pembuatan alat peraga ini bekerjasama dengan salah satu rumah produksi yang ada di Bantul. Peneliti memilih tempat produksi ini dikarenakan peralatan yang dimiliki sudah lengkap, selain itu di sana sudah biasa mendapatkan pesanan alat peraga. Pembuatan alat peraga memakan waktu kurang lebih satu bulan. Selama proses produksi, peneliti memantau perkembangan pembuatan alat peraga. Pemantauan dilakukan agar tetap terjalin komunikasi yang baik antara peneliti dengan tukang kayu sehingga apa yang diharapkan peneliti dapat terpenuhi. Selain memantau proses pembuatan alat peraga, peneliti juga membuat desain album cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan. Album di dalamnya memuat tentang penjelasan alat peraga, tabel petunjuk penggunaan alat peraga, dan langkah-langkah cara penggunaan alat peraga. Album digunakan untuk memudahkan dalam belajar cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga yang telah jadi terdiri dari papan penjumlahan dan pengurangan, kotak tempat kartu gambar dan kartu angka, kotak tempat kartu soal kartu tanda operasi bilangan dan kartu jawaban, dan bilik. Papan penjumlahan dan pengurangan pada bagian atas terdapat judul nama papan. Pada bagian bawah kanan judul terdapat empat nilai tempat yang dibawah masing-masing nilai tempat digunakan untuk meletakkan kartu gambar. Pada baris bagian bawah terdapat tempat yang digunakan untuk mencantolkan kartu angka. Sedangkan pada papan bagian kiri terdapat tempat untuk mencantolkan kartu soal dan jawaban. Berikut adalah gambar papan pejumlahan dan pengurangan. Gambar 4.9 Papan Penjumlahan dan pengurangan Bagian alat peraga lainnya yaitu kotak tempat kartu gambar dan kartu angka. Kotak ini terdapat delapan kotakan di dalamnya sebagai tempat kartu. Selain kotak tempat kartu gambar dan kartu angka, terdapat satu kotakan yang ukurannya lebih kecil yang digunakan sebagai tempat kartu soal, kartu tanda operasional, dan kartu jawaban. Bagian terakhir yang dibuat dengan bahan kayu yaitu bilik. Berikut gambar kotak dan bilik yang sudah jadi. Gambar 4.10 Kotak tempat Kartu Gambar dan Kartu Angka Gambar 4.11 Kotak Tempat Kartu Soal, Tanda Operasional, dan Kartu Jawaban Gambar 4.12 Bilik Kartu yang digunakan, peneliti mendesain gambar sendiri menggunakan microsoft word dan microsoft publisher kemudian mencetak di tempat percetakan dengan menggunakan jenis kertas ivory dengan berat 310 gram. Kartu yang dibuat terdiri dari empat jenis kartu gambar satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan, empat jenis kartu angka satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan, kartu angka, kartu tanda operasi + dan – , dan kartu jawaban. Berikut adalah gambar kartu. Gambar 4.13 Kartu Angka Gambar 4.14 Kartu Gambar

4.1.6 Uji Coba Produk

Peneliti melakukan uji coba prototipe di SD N Sarikarya, Condongcatur, Depok, Sleman. Uji coba dilakukan pada seorang siswa dengan ADHD kelas II pada hari Jumat tanggal 31 Maret 2017. Waktu uji coba yaitu satu kali pertemuan dengan durasi selama 50 menit. Pertemuan dilakukan di ruang komputer yang cukup kondusif. Sebelumnya siswa dengan ADHD yaitu Z yang akan dilakukan uji coba tidak mau jika ke ruangan komputer sendiri sehingga selama proses uji coba siswa tersebut ditemani temannya A. Sebelum memulai meghitung dengan papan penjumlahan dan pengurangan, peneliti terlebih dahulu menanyakan sudah sampai mana Z sudah bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan. Dari jawaban yang diberikan, Z belum bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan dampai 50. Uji coba diawali dengan mengenalkan bagian-bagian pada papan penjumlahan dan pengurangan. Sebelumnya siswa diminta untuk menyiapkan buku tulis dan pensil. Setelah pengenalan bagian-bagian pada papan penjumlahan dan pengurangan, peneliti menjelaskan kartu-kartu yang akan digunakan. Peneliti memberiksn soal penjumlahan tanpa menyimpan terlebih dahulu. Saat menghitung soal nomor satu Z masih bingung cara penggunaannya kemudian saat menghitung soal nomor dua Z sudah memulai memahami cara penggunaannya. Peneliti memberikan soal menghitung penjumlahan sebanyak tiga soal. Pada saat mengerjakan soal nomor tiga Z sudah paham dalam meletakkan kartu-kartu baik kartu gambar maupun kartu angka. Setelah diberikan soal penjumlahan tidak menyimpan, peneliti selanjutnya memberikan soal pengurangan tidak menyimpan. Soal pengurangan yang diberikan sebanyak dua soal. Saat menghitung pengurangan dengan menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan Z langsung bisa mengikuti apa yang dijelaskan peneliti dan bisa menghitung soal tersebut dengan benar. Selama proses uji coba Z bisa terfokus dalam menghitung dengan papan penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan bilik membantu selama proses uji coba karena membatasi pandangan Z sehingga perhatian tidak mudah teralihkan. Meskipun ada beberapa siswa yang menganggu ketika proses uji coba, namun uji coba berjalan lancar. Setelah selesai uji coba, peneliti menanyakan kepada Z bagaimana menghitung dengan menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan. Dari pertanyaan tersebut Z mengatakan jika menghitung dengan menggunakan papan tersebut lebih mudah dan menyenangkan. Z tertarik dengan alat peraga yang digunakan terutama penggunaan kartu gambar yang menggunakan gambar tokoh dalam animasi Upin dan Ipin. Selain melakukan uji coba, penliti juga melakukan validasi dengan pakar. Validasi alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dilakukan oleh tiga validator. Validator 1 merupakan Pakar Psikologi yang menjadi salah satu dosen Psikologi di Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma. Validator 2 yaitu Pakar Matematika yang selain dosen Matematika ia juga sering melakukan penelitian di SD. Sehingga pengetahuan Validator 2 mengenai matematika dan pendidikan di SD sudah tidak diragukan lagi. Validator 3 merupakan guru kelas II SD N Sarikarya. Validator 3 adalah lulusan PGSD Universitas Sanata Dharma yang selama kuliah sudah terbiasa menggunakan alat peraga dan sudah pernah mempelajari tentang siswa berkebutuhan khusus terutama ADHD. Validasi alat peraga pada validator 1 dilakukan dengan cara presentasi alat peraga mencakup deskripsi alat peraga dan cara penggunaannya. Validasi dengan Validator 2 juga melalui presentasi, akan tetapi setelah presentasi Validator 2 secara langsung memberikan komentar dan masukan tentang alat peraga yang dikembangkan. Validator 3 memberikan validasi dengan mengamati secara langsung cara penggunaan alat peraga saat peneliti melakukan uji coba. Selain validasi alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan, peneliti juga melakukan validasi album cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dengan tiga validator yang sama dan waktu yang sama. Validasi album bertujuan untuk mengetahui kualitas album terutama bahasa dan struktur kalimat yang digunakan. Validasi alat peraga oleh validator 1 dan validator 2 dilakukan satu kali sedangkan validasi album dilakukan dual kali. Validasi album yang kedua dilakukan setelah album direvisi sesuai komentar dan masukan yang diberikan oleh validator. Rata-rata hasil validasi dihitung dengan menggunakan rumus pada gambar 3.1 sehingga didapatkan rata-rata berupa data kuantitatif. Rata-rata tersebut kemudian dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dengan acuan yang ada pada tabel 3.8. Hasil perhitungan kuesioner validasi alat peraga dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Hasil Kuesioner Validasi Alat Peraga oleh Pakar dan Guru Validator Jumlah skor Rata-rata Keterangan skala 4 1 59 3,69 Sangat baik 2 59 3,69 Sangat baik 3 61 3,81 Sangat baik Rata-rata 3,73 Sangat baik Berdasarkan tabel 4.5 rekapitulasi hasil validasi alat peraga diketahui rata- rata yang diperoleh yaitu 3,73. Menurut skala 4 rata-rata tersebut masuk dalam klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga sudah layak untuk digunakan. Meskipun sudah layak untuk digunakan, Validator 2 memberikan komentar secara lisan mengenai alat peraga yang dikembangkan. Komentar yang diberikan yaitu berkaitan dengan warna untuk satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan yang tidak sesuai dengan warna dalam montessori. Menurut Validator 2, meskipun alat peraga yang dikembangkan bukanlah alat peraga montessori akan lebih baik jika warna yang digunakan sesuai dengan warna montessori. Selain itu Validator 2 juga memberikan komentar perlu untuk meninjau lagi penggunaan bilik untuk siswa dengan ADHD. Dalam pembuatan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan peneliti telah mendapatkan saran dari ahli Matematika dan ahli Psikologi Anak dan sehingga pembuatan alat peraga benar- benar memperhatikan banyak hal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa alat peraga sudah layak untuk digunakan. Validasi album bertujuan untuk mengetahui kualitas album baik sebagai pedoman cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan. Validasi album juga dilakukan dengan maksud membantu peneliti dalam menyusun album yang baik terutama dalam susunan kalimat, penggunaan bahasa dan desain album. Berikut tabel 4.6 hasil validasi album yang pertama. Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Validasi Album oleh Pakar dan Guru Validator Jumlah skor Rata-rata Keterangan skala 4 1 31 3,10 Baik 2 34 3,40 Sangat baik 3 38 3,80 Sangat baik Rata-rata 3,43 Sangat baik Hasil validasi album alat peraga diperoleh rata-rata 3,43. Berdasarkan klasifikasi dalam skala 4, rata-rata 3,43 masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan jika album cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan sudah layak digunakan. Meskipun rata-rata validasi masuk dalam kategori sangat baik, hasil validasi dari validator 2 diperoleh hasil jika kualitas album baik. Validator 1 dalam kesimpulan dengan melingkari poin kedua yaitu jika album dapat digunakan dengan revisi sesuai saran. Saran yang diberikan Validator antara lain berkaitan dengan susunan kalimat, penggunaan bahasa, desain album, serta kualitas gambar alat peraga digunakan belum baik. Masukan yang diberikan terkait beberapa kalimat dalam langkah-langkah cara penggunaan alat peraga yang susunan kalimatnya belum memperhatikan S-P-O-K. Sedangkan dalam penggunaan bahasa, ada beberapa bahasa yang digunakan belum baku serta kesalahan dalam penulisan. Desain media yang digunakan terlalu ramai dan berlebihan sehingga ada beberapa gambar yang harus dihilangkan. Masukan yang lain berkaitan dengan kualitas album. Ada beberapa gambar yang pecah. Selain gambar yang pecah, pengambilan gambar yang kurang pencahayaan menjadikan kualitas gambar tidak baik dan kurang menarik. Selain saran dari validator 1, validator 2 juga memberikan masukan yaitu pemilihan jenis huruf jangan terlalu formal serta kualitas foto alat peraga diperperbaiki. Pada saat revisi album, revisi selain dari saran validator peneliti juga menambahkan gambar berupa penjelasan bagian-bagian pada alat peraga. Berikut revisi album berdasarkan saran dari validator. Tabel 4.7 Perbandingan Revisi Album Berdasarkan hasil Validasi No Nama Sebelum revisi Tindak lanjut Sesudah revisi 1 Sampul album Ba ckgorund diganti dengan yang lebih sederhana 2 Pengenalan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan halaman 1 dan 2 Tata letak gambar di buat rapi, setiap gambar diberi keterangan, gambar yang mengganggu dihilangkan serta mengganti gambar yang pecah. 3. Langkah- langkah cara penggunaan alat peraga Penggantian gambar alat peraga dan menghilang- kan gambar- gambar yang mengganggu. Setelah selesai revisi alat peraga dan album peneliti melakukan validasi 2. Dalam validasi 2 album peneliti melakukan validasi dengan validator 1 dan validator 2. Berikut tabel 4.8 hasil validasi revisi album oleh ahli. Tabel 4.8 Hasil Validasi revisi Album Validator Jumlah skor Rata-rata Keterangan skala 4 1 38 3,80 Sangat baik 2 37 3,70 Sangat baik Rata-rata 3,75 Sangat baik Hasil validasi 1 album pada tabel 4.6 secara umum menunjukkan kualitas album sangat baik. Meskipun demikian, validator 1 memberikan kesimpulan jika album bisa digunakan setelah dilakukan revisi sesuai dengan saran. Hasil validasi 1 oleh validator 1 sebelumnya mendapatkan rata-rata 3,1 yang berdasarkan skala 4 masuk dalam klasifikasi baik. Tabel 4.8 hasil validasi 2 album oleh validator 1 menunjukkan kualitas album yang meningkat dengan rata-rata 3,80. Dengan rata- rata 3,80 berdasarkan skala 4 menunjukkan jika kualitas album masuk dalam klasifikasi sangat baik. Validasi 1 oleh validator 2 mendapatkan rata 3,40 dan hasil validasi album setelah direvisi naik menjadi 3,70.

4.1.7 Revisi Produk

Dari analisis hasil validasi alat peraga oleh pakar dan guru terdapat beberapa yang akan ditindak lanjuti peneliti sebagai dasar perevisian prototipe. Perevisian pada alat peraga adalah dengan mengganti warna pada nilai satuan, puluhan, dan satuan disesuaikan dengan warna dalam alat peraga montessori. Warna satuan menggunakaan warna hijau, puluhan warna biru, dan ratusan warna merah. Pada montessori warna dalam nilai angka hanya ada tiga yaitu sampai ratusan saja. sedangkan untuk nilai angka lebih dari ratusan memutar lagi dimulai dengan warna hijau dan seterusnya. Untuk memudahkan siswa dalam membedakan nilai tempat angka pada papan penjumlahan, peneliti tidak menggunakan warna sesuai montessori. Dikarenakan warna dalam montessori untuk ribuan warna hijau sesuai dengan warna pada satuan. Peneliti memilih menggunakan warna kuning untuk warna pada ribuan. Peneliti dalam memilih warna kuning untuk ribuan tidak memutuskan sendiri namun sudah berkonsultasi dengan Validator 2. Berikut adalah perbandingan revisi alat peraga yang disajikan dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Perbandingan Revisi Alat Peraga Berdasarkan hasil Validasi No Nama Sebelum revisi Tindak lanjut Sesudah revisi 1 Papan penjumlahan dan pengurangan Mengubah warna sesuai warna alat peraga montessori 2 Kartu gambar Mengubah warna sesuai warna alat peraga montessori 3 Kartu angka Mengubah warna sesuai warna alat peraga montessori Revisi album selain seperti yang dijelaskan pada tabel 4.7, revisi album juga meliputi kesalahan dalam penulisan serta susunan kalimat yang belum baik. Selain itu peneliti mengganti jenis huruf yang sebelumnya Times New Roman menjadi Arial Unicode MS.

4.2 Pembahasan