Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Obesitas Umum Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Obesitas Sentral

33

B. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Obesitas Umum

Pada tabel IV ini, menunjukkan hubungan antara status sosial ekonomi terhadap obesitas umum dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Tabel IV. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Obesitas Umum Obesitas Umum Status Sosial ekonomi Obesitas n Tidak Obesitas n Total n OR 95 CI p Rendah dan sedang 30 30 44 44 74 74 2,770 1,091-7,034 0,029 Tinggi 17 17 9 9 26 26 Total 40 40 60 60 100 100 terdapat hubungan yang tidak bermakna p0,05 Dari tabel IV di atas, diperoleh hasil bahwa responden yang mempunyai status sosial ekonomi rendah dan sedang mengalami obesitas sebanyak 30 dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 44, sedangkan pada responden yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dan mengalami obesitas sebanyak 17 dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 9. Pada tabel di atas status sosial ekonomi rendah dan sedang dilakukan penggabungan sel, dikarenakan terdapat nilai expected yang kurang dari 5 sehingga dilakukan penggabungan sel. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Kepuharjoini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status sosial ekonomi rendah dan sedang terhadap obesitas dengan nilai p sebesar 0,029 dan di dapatkan OR sebesar 2,770 dengan CI 95 1,021-7,861 yang artinya responden dengan status sosial ekonomi rendah dan sedang mempunyai kemungkinan 2,770 kali terkena obesitas dibandingkan dengan responden yang berstatus sosial ekonomi tinggi. 34 Hasil meta-analisis oleh Sobal dan Stunkard 1898 menunjukkan bahwa kejadian obesitas di negara berkembang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan tingkat sosial ekonomi dari masyarakat. Sejalan dengan hasail penelitian ini dimana status sosial ekonomi memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas.

C. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Obesitas Sentral

Analisis ini dilakukan untuk menganalisa hubungan variabel bebas status sosial ekonomi dengan variabel tergantung obesitas sentral dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Tabel V. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Obesitas Sentral Obesitas Sentral Status Sosial ekonomi Obesitas n Tidak Obesitas n Total n OR 95 CI p Rendah dan sedang 34 34 40 40 74 74 2,833 1,021-7,861 0,041 Tinggi 6 6 20 20 26 26 Total 40 40 60 60 100 100 terdapat hubungan yang tidak bermakna p0,05 Dari data tabel IV di atas didapatkan bahwa responden yang mempunyai status sosial ekonomi rendah dan sedang dan mengalami obesitas sentral sebanyak 34 dan yang tidak mengalami obesitas sentral sebanyak 40, sedangkan pada responden yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dan mengalami obesitas sentral sebanyak 6 dan yang tidak mengalami obesitas sentral sebanyak 20. Pada tabel di atas status sosial ekonomi rendah dan sedang dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 penggabungan sel, dikarenakan terdapat nilai expected yang kurang dari 5 sehingga dilakukan penggabungan sel. Dari hasil analisa diperoleh nilai OR=2,833 dengan CI 95 1,021-7,861. Artinya reponden dengan status sosial ekonomi yang rendah dan sedang mempunyai kemungkinan 2,833 kali untuk mengalami obesitas sentral dibandingkan responden dengan status sosial ekonomi tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi dengan terjadinya obesitas sentral dimana nilai p sebesar 0,041. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna pada status sosial ekonomi rendah dan sedang terhadap obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang memiliki status sosial ekonomi tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh McLaren 2007 ditemukan hubungan yang positif terhadap obesitas sentral dengan status sosial ekonomi tinggi. Hal ini berbeda dengan kecenderungan di negara maju yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas sentral lebih sering terjadi pada populasi dengan tingkat status sosial ekonomi yang rendah. Temuan di beberapa negara berkembang yang sedang tumbuh pesat menjadi negara maju mulai menunjukkan bahwa obesitas sentral lebih dominan pada status sosial ekonomi yang lebih rendah. Sugianti 2009 menemukan bahwa rendahnya status ekonomi berhubungan dengan tingginya kejadian obesitas sentral. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki status sosial ekonomi rendah dan sedang tidak begitu memperdulikan asupan makanan yang mereka konsumsi, sehingga makanan yang bisa mengenyangkan perut akan disantap tanpa mempedulikan 36 makanan yang dikonsumsi tersebut sehat atau tidak, asalkan harga terjangkau dan bisa mengenyangkan. Berbeda dengan teori yang diungkapkan oleh Zhang 2004 dimana menyebutkan bahwa individu yang memiliki status sosial ekonomi rendah cenderung mengalami malnutrisi, dan sebaliknya individu yang memiliki status sosial ekonomi tinggi biasanya mengalami obesitas. Tingkat pendidikan belum tentu menggambarkan pengetahuan seseorang mengenai gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan dan Zuraida 2012 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan memiliki pengaruh yang kuat terhadap status gizi. Data penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan dan Zuraida 2012 menunjukkan bahwa 44,8 responden merupakan lulusan SD yang memungkinkan kurangnya pengetahuan responden mengenai gizi sehingga menyebabkan risiko terjadinya obesitas sentral meningkat. Pendapatan juga berpengaruh terhadap pemilihan makanan dan variasi makanan yang akan dikonsumsi oleh suatu keluarga. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin banyak variasi makanan yang bisa dikonsumsi dan kemungkinan terkena obesitas juga semakin tinggi Rosidiana, 2012. Individu dengan pendapatan rendah tidak menutup kemungkinan untuk terkena obesitas sentral. Seseorang dengan pendapatan rendah mempunyai daya beli yang lebih minim dibandingkan dengan memiliki pendapatan tinggi, mengakibatkan pemilihan jenis makanan dan jumlah makanan yang dikonsumsi tidak lagi didasarkan pada kebutuhan dan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih mengarah 37 kepada pertimbangan rasa makanan yang enak dan mengenyangkan, sehingga akan berpengaruh terhadap terjadinya obesitas Padmiari, 2001. Jumlah anggota keluarga juga bisa berpengaruh terhadap terjadinya obesitas sentral, dimana ukuran jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi jumlah pangan dan frekuensi pangan yang dikonsumsi setiap anggota keluarga. Semakin kecil jumlah anggota keluarga, maka semakin tinggi frekuensi makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi anggota keluarga, sehingga kemungkinan terjadinya obesitas sentral juga semakin tinggi Sugianti, 2009. Faktor – faktor status sosial ekonomi lain yang bisa mempengaruhi terjadinya obesitas sentral antara lain, seperti status kepemilikan rumah, bentuk bangunan rumah, barang kekayaan yang dimiliki dan sumber air minum Widayanti, 2008. 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat hubungan bermakna antara status sosial ekonomi rendah dan sedang terhadap obesitas sentral di Desa Kepuharjo, Kecamaatan Cangkringan, Yogyakarta dengan nilai p = 0,041 dan OR = 2,833.

B. Saran

Kepada instansi kesehatan dianjurkan untuk dapat meningkatkan kegiatan berupa penyuluhan atau edukasi mengenai cara mencegah terjadinya obesitas sentral dan bahaya dari obesitas sentral bagi kesehatan sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya pada masyarakat yang berstatus sosial rendah dan sedang mengenai obesitas sentral. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI