Status Sosial Ekonomi PENELAAHAN PUSTAKA

7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah sebagai pengelompokkan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukkan ketidaksetaraan tertentu Santrock, 2007. Status sosial ekonomi adalah kedudukan suatu individu dan keluarga berdasarkan unsur-unsur ekonomi Soerjono, 2006. Status sosial ekonomi adalah posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata- rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Menurut Talcon Parsons Nurjannah, 2014 berpendapat bahwa beberapa indikator tentang penlilaian seseorang mengenai kedudukan dalam lapisan sosial di masyarakat antara lain, a. bentuk ukuran rumah, keadaan perawatan, tata kebun b. wilayah tempat tinggal c. pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang d. sumber pendapatan. Total penghasilan, pengeluaran, simpanan, dan kepemilikan harta yang bernilai ekonomis merupakan indikator untuk menentukan kondisi ekonomi seseorang Abdulsyani, 2008 cit, Nurjannah, 2014. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan sosial ekonomi antara lain : 8 1. Ukuran kekayaan, kekayaan dapat dilihat dalam bentuk rumah, mobil pribadi, penghasilan, cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakai, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal. 2. Ukuran kekuasaan, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar. 3. Ukuran kehormatan, orang yang paling dihormati dan disegani, mendapat tempat teratas. Orang seperti ini sering dijumpai pada masyarakat tradisional. 4. Ukuran ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan Soerjono, 2012 Status sosial ekonomi dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu : 1. Status sosial ekonomi rendah 2. Status sosial ekonomi sedang 3. Status sosial ekonomi tinggi Variabel – variabel yang dapat menggolongkan seseorang ke dalam suatu status sosial ekonomi dengan masing – masing skor antara lain : a. Pendidikan, 1 = tidak sekolah-tamat SD, 2 = SMP-tamat SMA, 3 = Lulusan Diploma- Lulusan Sarjana. b. Pekerjaan, 1 = tidak bekerja, petani, buruh, 2 = pedagang dan wiraswasta, 3 = PNS, ABRI, dan Karyawan swasta. c. Pendapatan, 1 = Rp 600.000, 2 = Rp 600.000 – Rp 1.200.000, 3 = Rp 1.200.000. 9 d. Ukuran jumlah keluarga, 1 = 6 orang, 2 = 4 – 6 orang, 3 = ≤ 3 orang. e. Status kepemilikan rumah, 1 = menumpang, 2 = kontraksewa, 3 = milik sendiri. f. Bangunan rumah, 1 = tidak permanen, 2 = semi permanen, 3 = permanen. g. Barang kekayaan, 1 = memiliki 1 macam barang kekayaan, 2 = memiliki 2 macam barang kekayaan, 3 = memiliki 3 macam barang kekayaan. h. Sumber air minum, 1 = air sumur, 2 = air sumur dan ledeng, 3 = air ledeng. Status sosial ekonomi dinilai berdasarkan metode Bistok Saing, dikatakan status sosial rendah apabila skor 8 – 12 , status sosial ekonomi sedang apabila skor 13- 17, dan status sosial ekonomi tinggi apabila skor 18-24 Widayanti, 2008. Status sosial ekonomi juga sering dikaitkan dengan terjadinya obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi, sebaliknya untuk individu dari keluarga sosial ekonomi lebih tinggi biasanya mengalami obesitas Zhang, 2004. Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan juga mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga risiko terjadinya obesitas tinggi Syarif, 2003. 10 Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya Fikawati dan Shafiq, 2012. Pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan gizi. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pengetahuan gizinya. Pengetahuan gizi yang baik menyebabkan seseorang memiliki kebiasaan makan yang baik pula, sehingga kemungkinan mengkonsumsi makanan tidak sehat juga menurun. Semakin rendah pendidikan, semakin tinggi resiko terkena obesitas Sugianti, 2009. Pendapatan berpengaruh terhadap pilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh suatu keluarga. Semakin besar total pendapatan keluarga, semakin tinggi resiko terkena obesitas Cahyoho, 2008 cit.,Rosdiana,2012.

B. Obesitas Sentral