Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

11

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II pada penelitian ini membahas tentang empat sub bab yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi Bahri, 2011: 30-31. Sementara itu, menurut Dahar 2011:62 konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili suatu stimulus, yang menjadi dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Konsep merupakan perolehan makna yang penting dari belajar. Makna atau arti konsep tersebut diperoleh dari kejadian yang dialaminya baik kejadian positif maupun negatif. Sekali memperoleh konsep, siswa akan mampu mengenal hal atau kejadian dan mampu memberikan penjelasan dari konsep tersebut Blaseman dan Mappa, 2011: 67. Suatu konsep akan terbentuk jika dua atau lebih objek dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri umum, bentuk atau sifat-sifatnya. Konsep sebagai suatu ide atau gagasan, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berhubungan satu sama lain. Suatu konsep dikatakan objektif apabila konsep tersebut dapat dikonfirmasikan dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat ditelusuri keberadaannya di alam nyata. Oleh sebab itu, konsep dapat diartikan sebagai hasil pemikiran manusia tentang alam nyata yang dinyatakan dengan simbol atau bahasa. Berdasarkan bentuknya konsep dapat dibedakan menjadi 3 jenis menurut Amien 1987: 18 yaitu konsep klasifikasional, konsep korelasional, dan konsep teoritik. Konsep klasifikasional adalah suatu bentuk konsep yang didasarkan atas klasifikasi fakta-fakta dalam bagan yang terorganisir. Konsep korelasional adalah konsep yang mencakup kejadian-kejadian khusus yang saling berhubungan, atau observasi- observasi yang terdiri dari dugaan terutama bentuk formulasi prinsip- prinsip umum. Sementara itu, konsep teoritik adalah bentuk konsep yang mempermudah dalam mempelajari fakta-fakta atau kejadian-kejadian dalam sistem yang terorganisir. Dari berbagai pengertian tentang konsep di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep adalah hasil atau perolehan yang penting dalam memahami suatu hal terutama yang bersifat abstrak. 2. Konsepsi Konsepsi adalah hasil pemikiran atau pemahaman yang berbeda satu sama lain tentang suatu konsep. Konsepsi dapat pula diartikan sebagai tafsiran seseorang atau individu terhadap suatu konsep Berg, 1991: 8. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sementara itu Budi 1992: 114-115 mengatakan bahwa konsepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami konsep, baik yang diperoleh melalui alat indera maupun dari kondisi lingkungan. Misalnya konsep meja, meja dapat ditafsirkan oleh seorang anak sebagai tempat meletakkan benda, terbuat dari kayu dan permukaannya berbentuk persegi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami suatu konsep yang diperoleh, dimana pemahaman masing-masing orang akan konsep tersebut berbeda-beda. 3. Miskonsepsi a. Pengertian Miskonsepsi Miskonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya salah konsep atau konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diakui para ahli dalam bidang itu. Sementara itu Novak dalam Suparno, 2005: 4, mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown dalam Suparno, 2005: 4 menjelaskan bahwa miskonsepsi merupakan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Hal yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Feldsine dalam Suparno, 2005: 4, menurutnya miskonsepsi adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui para ahli dalam bidang itu. b. Cara Mendeteksi Miskonsepsi Siswa mengalami miskonsepsi dalam kegiatan belajar yang dialaminya. Tidak mudah mengetahui siapa saja siswa yang mengalami miskonsepsi. Untuk itu, diperlukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi. Dengan demikian, kita dapat mengetahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja yang dipunyai siswa dan apa penyebabnya, sehingga kita dapat membantu mengatasinya. Berikut ini adalah beberapa alat deteksi yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya miskonsepsi Suparno, 2005: 121 yaitu: 1 Peta Konsep Peta konsep adalah peta yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep yang ada dalam suatu materi, menekankan pada gagasan-gagasan pokok yang disusun secara hirarkis. Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa, melalui identifikasi atau melihat apakah hubungan antara konsep- konsep yang telah digambarkan siswa itu benar atau salah. Agar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat lebih mengetahui tentang miskonsepsi yang dialami siswa, penggunaan peta konsep ini dapat dipadukan dengan wawancara klinis. 2 Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Tes pilihan ganda adalah suatu alat ukur yang digunakan yang terdiri atas satu kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan dan beberapa pilihan jawaban. Amir dalam Suparno, 2005: 123 menggunakan tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. 3 Tes Esai Tertulis Tes esai adalah tes yang berbentuk suatu pertanyaan atau perintah, biasanya dalam kalimat pendek, yang menuntut siswa untuk memberikan jawaban yang terurai Azwar, 1996: 106. Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep yang memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Melalui tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dialami siswa dan dalam bidang apa. 4 Wawancara Diagnosis Wawancara dilakukan untuk melihat ada tidaknya miskonsepsi siswa. Guru memilih beberapa konsep yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau konsep-konsep yang telah diajarkan. Setelah itu guru bertanya mengenai beberapa konsep yang telah ia pilih, kemudian mengajak siswa untuk mengekspresikan atau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka mengenai konsep-konsep tersebut. Dari wawancara inilah dapat diketahui miskonsepsi yang dialami siswa dan bagaimana ia mendapatkan konsep tersebut. 5 Diskusi dalam Kelas Diskusi adalah kegiatan mengungkapkan ide, pendapat atau gagasan yang dimiliki seseorang kepada orang lain. Dalam kelas, siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi inilah dapat dideteksi apakah gagasan yang mereka sampaikan itu sudah tepat atau tidak. 6 Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. c. Penyebab Miskonsepsi Miskonsepsi yang dialami setiap siswa dalam satu kelas dapat berbeda dan penyebabnya pun berbeda-beda pula. Miskonsepsi yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar Suparno, 2005: 29. 1 Siswa Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat disebabkan oleh siswa itu sendiri. Penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa antara lain: a Prakonsepsi atau konsep awal siswa Prakonsepsi atau konsep awal adalah pengetahuan siswa tentang suatu hal sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di sekolah. Konsep awal biasanya diperoleh dari orang tua, teman, sekolah awal, dan pengalaman yang diperolehnya dari lingkungan. Konsep awal yang dimiliki siswa sering kali mengandung miskonsepsi atau salah konsep. Adanya miskonsepsi dalam konsep awal ini akan menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran berikutnya sampai kesalahan tersebut diperbaiki. b Pemikiran asosiatif Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari terkadang juga membuat miskonsepsi. Kata dan istilah yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran diasosiasikandiartikan lain oleh siswa, karena dalam kehidupan mereka kata dan istilah itu mempunyai arti yang lain. Asosiasi sering terjadi karena siswa sudah mempunyai konsep tertentu dengan arti tertentu sebelum mengikuti pelajaran di kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c Pemikiran humanistik Siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak cocok. d Reasoning yang tidak lengkapsalah Comins dalam Suparno, 2005: 38 mengatakan bahwa miskonsepsi dapat juga disebabkan oleh reasoning atau penalaran yang tidak lengkapsalah. Reasoning yang tidak dapat disebabkan oleh kurang tidak lengkapnya informasi dan data yang didapatkan. Selain itu dapat juga disebabkan karena logika yang salah dalam mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi. Penyebab lain terjadinya reasoning yang salah adalah pengamatan yang tidak lengkap dan teliti. Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang salah dalam menyimpulkan atau menggeneralisasikan dan mengakibatkan miskonsepsi. e Intuisi yang salah Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Pengertian atau pemikiran intuitif itu biasanya berasal dari pengamatan akan benda atau kejadian yang terus-menerus. Akhirnya bila seseorang dihadapkan pada persoalan tertentu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang muncul dalam benak seseorang adalah pengertian spontan itu. f Tahap perkembangan kognitif siswa Perkembangan kognitif siswa juga dapat menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi. Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya konsep-konsep yang ada disajikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. g Kemampuan siswa Miskonsepsi yang dialami siswa juga dapat disebabkan oleh kemampuan yang mereka miliki. Siswa yang kurang berbakat atau kurang mampu dalam mempelajari bidang ilmu tertentu akan kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar. Siswa yang IQ-nya rendah juga dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi karena mereka mengalami kesulitan dalam mengontruksi pengetahuan yang didapat. h Minat belajar siswa Minat belajar seseorang juga berpengaruh pada terjadinya miskonsepsi. Siswa yang berminat dalam pelajaran fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak berminat pada fisika. Siswa yang menyukai fisika akan lebih menaruh perhatian lebih saat guru menjelaskan, mempunyai minat dalam membaca buku-buku yang ada dengan lebih teliti dan mendalam sehingga mereka dapat menangkap konsep dengan lebih lengkap dan mendalam. Hal yang sebaliknya terjadi pada siswa yang kurang berminat dalam mempelajari fisika. 2 Guru Miskonsepsi siswa terjadi bukan hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi dapat juga disebabkan oleh guru. Guru yang tidak menguasai bahan atau memahami konsep dengan baik akan menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Selain itu bisa juga disebabkan oleh guru bukan lulusan dari bidang ilmu yang diajarkan, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasanide, serta relasi yang kurang baik yang terjadi antara guru dengan siswa. Sebelum mengajarkan konsep kepada siswa, guru sebaiknya harus memahami konsep tersebut dengan benar dan menjelaskan konsepnya dengan benar kepada siswa. 3 Buku teks Buku teks juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Hal itu disebabkan oleh penjelasan yang kelirusalah, bahasanya sulit dipahami, terjadinya salah tulis terutama dalam hal rumus, tingkat kesulitan penulisan buku yang terlalu tinggi bagi siswa, siswa tidak tahu membaca buku teks, buku fiksi sains kadang-kadang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI konsepnya menyimpang demi menarik pembaca, serta gambar kartun yang sering memuat miskonsepsi. 4 Konteks Miskonsepsi juga disebabkan oleh pengalaman siswa. Dari pengalaman yang dialami siswa, mereka dapat menyimpulkan halkonsep tertentu, namun konsep tersebut masih salahkeliru, sehingga terjadilah miskonsepsi. Selain pengalaman, bahasa sehari hari yang digunakan oleh siswa juga turut menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi. Misalnya konsep tentang suhu dan panas. Dalam bahasa sehari-hari siswa tidak pernah membedakan pengertian antara suhu dan panas, mereka menganggap keduanya mempunyai arti yang sama. Hal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi dari segi konteks yang lainnya adalah teman lain dan keyakinanajaran agama. Keduanya berpengaruh pada pemahaman mereka, dan sering kali menyebabkan miskonsepsi. 5 Metode mengajar Beberapa metode mengajar yang digunakan guru dapat memunculkan miskonsepsi siswa. Misalnya metode ceramah, dimana guru hanya menjelaskan dan siswa hanya mendengarkan, seringkali meneruskan dan menumpuk miskonsepsi, terlebih pada siswa yang kemampuan kognitifnya kurang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penggunaan analogi dalam mengajarkan konsep sebenarnya baik dan membantu memudahkan siswa dalam memahami konsep, tetapi terkadang juga menimbulkan miskonsepsi yang baru. Metode praktikum juga dapat menimbulkan miskonsepsi, karena siswa hanya menangkap sejauh yang didapatdialami dalam praktikum. Abstraksi yang lebih luas sering sulit ditangkap karena data-data yang ditemukan dalam praktikum sangat terbatas. Metode demonstrasi yang selalu menampilkan yang benar, karena sudah direkayasa, dapat juga membuat siswa salah mengerti. d. Cara Mengatasi Miskonsepsi Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi dalam bidang fisika. Unsur yang penting sebelum membantu mengatasi miskonsepsi siswa adalah mengetahui penyebab miskonsepsi, sehingga dapat digunakan cara yang tepat. Secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah Suparno, 2005: 55: 1 Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa. 2 Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut. 3 Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh hal yang berbeda-beda. Untuk itu, cara atau metode yang digunakan untuk membantu siswa juga berbeda-beda, tergantung pada penyebab terjadinya miskonsepsi. Berikut ini adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi Suparno, 2005: 56, yaitu: 1 Mengungkap, Mencari Penyebab, dan Bertindak Secara umum, cara yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa itu, mencari penyebabnya, sehingga dapat menemukan cara yang sesuai. Langkah pertama yang dilakukan untuk mengatasi miskonsepsi adalah dengan mengetahui kerangka berpikir siswa. Langkah kedua adalah mencari tahu penyebab dari miskonsepsi. Dan yang terakhir adalah mencari cara bagaimana memperbaiki miskonsepsi siswa. 2 Penyebab Kesalahan dari Siswa Penyebab kesalahan dari siswa dapat disebabkan oleh banyak hal yaitu prakonsepsi atau konsep awal sampai dengan minat belajar siswa. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi miskonsepsi yang disebabkan oleh hal-hal di atas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini Suparno, 2005: 57-64. Tabel 2.1 Penyebab kesalahan dari siswa Penyebab Cara Mengatasi Prakonsepsi Dihadapkan pada kenyataan Pemikiran asosiatif Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali Pemikiran humanistik Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali Reasoning tidak lengkap Dilengkapi, dihadapkan pada kenyataan Intuisi yang salah Dihadapkan pada kenyataan, anomali dan rasionalitas Penyebab Cara Mengatasi Perkembangan kognitif siswa Diajar sesuai dengan level perkembangan; mulai dengan yang konkret kemudian menuju konsep abstrak Kemampuan siswa Dibantu pelan-pelan, melalui proses yang bertahap. Minat belajar siswa Motivasi, variasi pembelajaran Sumber: Suparno 2005: 81-82 Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa cara mengatasi miskonsepsi itu berbeda-beda, tergantung dari penyebab miskonsepsi itu sendiri. Untuk yang disebabkan oleh prakonsepsi, cara mengatasinya adalah dengan dihadapkan dengan kenyataan. Siswa yang konsep awalnya tidak tepat perlu dihadapkan pada pengalaman baru yang berbeda. Dengan melihat dan mengalami pengalaman yang tidak sesuai dengan prakonsepsi mereka, siswa akan bingung dan diharapkan akan mengubah konsep awalnya dengan konsep yang tepat. Miskonsepsi karena pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik siswa dan intuisi yang salah diatasi dengan cara dihadapkan pada kenyataan dan peristiwapengalaman anomali. Pengalaman anomali adalah pengalaman nyata yang dihadapkan pada siswa, yang berbeda dengan konsep yang mereka yakini benar. Selanjutnya untuk reasoning yang tidak tepat, cara mengatasinya adalah dengan melengkapi datainformasi yang diperlukan untuk mengambil kesimpulan serta dihadapkan pada kenyataan. Jika miskonsepsi disebabkan oleh perkembangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kognitif siswa, maka guru harus mengajarkan materikonsep sesuai dengan level perkembangan, yaitu dari hal yang konkret menuju hal yang bersifat abstrak. Sementara itu, bagi siswa yang kemampuan dan minat belajarnya kurang perlu diberi motivasi dan dibantu dengan pelan, melalui proses yang bertahap. Selain itu, dalam mengajarkan materi juga perlu dilakukan variasi pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan berminat dalam mengikuti pembelajaran. 3 Penyebab Kesalahan dari Guru Penyebab miskonsepsi juga dapat berasal dari guru yang mengajar. Kesalahan atau kekurangan guru dalam mengajar biasanya ada dua yaitu guru tidak menguasai konsep yang benar dari bahan fisika dan guru keliru dalam menjelaskan, meskipun konsep yang diajarkan sudah dikuasainya. Guru yang tidak menguasai konsep yang benar dapat diatasi dengan cara belajar lagi dan lebih memahami akan konsep yang benar dari bahan yang akan diajarkan. Selain itu, akan lebih baik jika guru yang mengajar adalah guru yang kompeten atau lulusan pendidikan fisikabidang yang diajarkan. Kekeliruan guru dalam menjelaskan konsep juga dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Guru sebaiknya dapat menggunakan cara atau metode yang tepat, agar siswa dapat menangkapmemahami konsep yang diajarkan. Tidak hanya dua hal yang telah disebutkan tadi, ternyata miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh relasi yang kurang baik antara siswa dengan guru. Relasi yang kurang baik dengan guru dapat menyebabkan siswa takut, grogi, dan tidak dapat berkonsentrasi. Akibatnya siswa akan sulit menangkap konsep yang telah diajarkan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus dapat membangun relasi yang baik, dengan melakukan pendekatan dengan siswa Suparno, 2005: 65-70. 4 Penyebab Kesalahan dari Buku Teks Miskonsepsi siswa juga dapat disebabkan oleh buku teks yang digunakan. Buku teks merupakan salah satu sumber belajar yang pasti digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kebenaran isi dan konsep yang ada pada buku teks menjadi hal yang sangat penting. Beberapa bentuk kesalahan yang ada pada buku teks adalah penjelasan yang keliru, salah tulis, level kesulitan tulisan yang kadang tidak sesuai dengan perkembangan siswa, buku fiksi sains keliru konsep, kartun salah konsep, serta ketidaktahuan siswa dalam menggunakan buku teks. Penyebab- penyebab di atas dapat diatasi dengan cara dikoreksi dengan teliti, dibenarkan, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa dan guru hendaknya melatih siswa tentang cara menggunakan buku teks Suparno, 2005: 70-72. 5 Penyebab Kesalahan dari Konteks Miskonsepsi dapat disebabkan oleh pengalaman siswa yang keliru, bahasa yang digunakan sehari-hari dan lain-lain. Penyebab miskonsepsi dan cara mengatasinya secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah ini Suparno, 2005: 72-74. Tabel 2.2 Penyebab kesalahan dari konteks Penyebab Cara Mengatasi Pengalaman siswa yang keliru Dihadapkan pada pengalaman baru yang sesuai konsep fisika Bahasa yang digunakan sehari-hari yang berbeda Dijelaskan perbedaannya dengan contoh Teman diskusi keliru Mengungkapkan hasil dan dikritisi guru Keyakinan agama Dijelaskan perbedaannya Sumber: Suparno 2005: 82 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk pengalaman siswa yang keliru, guru dapat mengatasinya dengan memberikan pengalaman baru yang sesuai dengan konsep fisika, sehingga konsep awal yang salah dapat diperbaiki dengan mengetahui konsep yang benar. Bahasa sehari-hari yang berbeda dapat diatasi dengan mendefinisikan istilah-istilah dan konsep- konsep dengan jelas dan tidak menggunakan bahasa yang ambigu. Selain dengan menjelaskan perbedaannya akan lebih baik jika guru melengkapinya dengan contoh sehingga siswa akan lebih paham. Teman diskusi yang keliru dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Untuk memperbaiki kesalahan yang berasal dari teman belajar dapat dilakukan dengan cara berikut ini. Pertama, setelah berdiskusi dengan teman, konsep yang ditemukan diungkapkan di depan kelas. Jika sudah diungkapkan, guru mengkritisi konsep yang tidak benar dengan memberikan alasan dan contoh nyata untuk dimengerti siswa. Kemudian guru membetulkan konsep yang keliru. Sementara itu untuk miskonsepsi yang disebabkan oleh keyakinan agama sebaiknya guru harus dapat menjelaskan perbedaannya antara ajaran agama dengan konsep nyata yang ada melalui contoh yang diberikan. 6 Penyebab Kesalahan dari Cara Mengajar Ada beberapa kesalahan dan kelemahan beberapa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar. Hal itu menyebabkan terjadinya miskonsepsi yang dialami siswa. Penyebab-penyebab terjadinya miskonsepsi dari segi cara mengajar dan cara mengatasinya Suparno, 2005: 74 –80 adalah sebagai berikut. Tabel 2.3 Penyebab kesalahan dari cara mengajar Penyebab Cara Mengatasi Guru hanya dengan metode ceramah dan menulis di papan tulis Pembelajaran harus dilakukan dengan lebih bervariasi, siswa dirangsang untuk berpikir melalui pertanyaan. Dalam mengajarkan langsung ke bentuk matematika rumus Dalam menjelaskan hendaknya dimulai dengan gejala nyata baru setelah itu diajarkan rumus. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa. Guru memberi kesempatan siswa mengungkapkan gagasan PR tidak dikoreksi Dikoreksi cepat dan ditunjukkan salahnya. Model analogi Ditunjukkan kemungkinan salah konsep Model praktikum Dingkapkan hasilnya dan dikomentari Model diskusi Diungkapkan hasilnya dan dikomentari Non multiple intelegences Multiple intelegences Sumber: Suparno 2005: 81-82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel di atas menunjukkan berbagai penyebab kesalahan dari cara mengajar dan cara mengatasi penyebab tersebut. Secara umum setiap metode mengajar mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam mengajar guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan cara mengajar yang digunakan lebih bervariasi. 4. Hakikat Pembelajaran IPA a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains Trianto, 2012: 136. Sains berasal dari bahasa latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Sains dapat dibagi menjadi 2 yaitu social science ilmu pengetahuan sosial dan natural science ilmu pengetahuan alam. Namun, dalam perkembangannya sains hanya diartikan sebagai IPA saja. IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan pada pengamatan dan deduksi Trianto, 2012: 136. Kardi dan Nur dalam Trianto 2013: 136 mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. IPA merupakan suatu mata pelajaran yang mempelajari tentang alam semesta, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI benda-benda yang ada di permukaan bumi, baik yang dapat diamati dengan indera maupun yang tidak dapat diamati dengan alat indera. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Wahyana dalam Trianto, 2013: 136, menurut beliau IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis, secara umum penerapannya terbatas pada gejala-gejala alam, yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur, terbuka, dan sebagainya. 2 Hakikat IPA IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang juga sebagai proses, produk, dan prosedur. a IPA sebagai Proses IPA sebagai proses diartikan sebagai semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru Trianto, 2012: 137. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b IPA sebagai Produk IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun sebagai bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan Trianto, 2012: 137. c IPA sebagai Prosedur IPA sebagai prosedur artinya dalam IPA terdapat langkah-langkah dari suatu rangkaian kegiatanproseskerja yang dapat dijadikan sebagai panduan atau metodologi untuk mengetahui sesuatu Trianto, 2012: 137. d IPA sebagai Sikap IPA sebagai sikap yaitu sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya Susanto, 2013:167. 3 Nilai-nilai IPA IPA tidak hanya sebagai proses, produk dan prosedur, IPA juga mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam IPA antara lain Trianto, 2012: 139. a Nilai Praktis Nilai praktis adalah sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah menciptakan sebuah teknologi baru yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat membantu mengembangkan penemuan baru. b Nilai Intelektual Nilai intelektual yang dimaksud adalah metode ilmiah yang digunakan dalam IPA dapat memberikan kepuasan intelektual. Kepuasan intelektual tesebut dapat terjadi jika seseorang berhasil memecahkan masalah. Metode ilmiah dalam IPA dapat digunakan untuk memecahkan masalah melalui berbagai keterampilan dan sikap ilmiah yang diajarkan. c Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Politik IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam percaturan ekonomi-sosial-politik internasional. d Nilai Kependidikan IPA memiliki nilai pendidikan karena IPA dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai yang diajarkan dalam IPA antara lain: kecakapan bekerja dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah; keterampilan dalam mengadakan pengamatan dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah, serta memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah. b. Hakikat Pembelajaran IPA Hakikat pembelajaran IPA merujuk pada hakikat IPA. Nilai- nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA menurut Trianto 2012: 141: 1 Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah. 2 Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3 Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun kehidupan. Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA Depdiknas; 2003: 2 yaitu: 1 Memberikan kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan YME. 2 Memberikan pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi. 3 Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi. 4 Sikap ilmiah antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur, terbuka, benar, dan dapat bekerja sama. 5 Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. 6 Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. Dari uraian di atas, semakin jelas bahwa hakikat pembelajaran IPA lebih ditekankan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. 5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan sangat bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari dirinya dan alam sekitarnya. Beberapa kompetensi yang harus dicapai siswa kelas III-VI menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013 antara lain: 1 menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin; 2 mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana; 3 melakukan pengamatan obyek IPA dengan menggunakan panca indera; 4 menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas. Pembelajaran IPA untuk tingkat SD dilakukan melalui pengamatan langsung, sehingga siswa dapat lebih paham dan akan memperkuat ingatan siswa. Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari Samatowa, 2011: 6. Guru memberikan kesempatan bagi siswa agar mereka dapat mengeluarkan idegagasan dan dapat mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka pahami, membangun rasa ingin tahu siswa, membangun dan melatih siswa agar menguasai keterampilan yang diajarkan. Selain itu, guru juga harus memvariasi pembelajaran dengan menggunakan metode yang cocok dan menggunakan media yang menarik perhatian siswa. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD harus dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui pembelajaran, observasi, dan eksperimen yang dilakukan. Hal tersebut dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan siswa terutama keterampilan proses. 6. Pembelajaran IPA di SD kelas V semester 2 Berikut ini merupakan materi IPA yang dipelajari pada kelas V SD semester 2: a. Konsep Gaya Azmiyawati 2008:82-93 menyatakan beberapa macam gaya berdasarkan sumbernya antara lain: 1 Gaya Gravitasi Gaya gravitasi adalah kekuatan atau tarikan yang dimiliki oleh benda yang memiliki massa. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gravitasi yaitu: a Gaya gravitasi dapat menimbulkan energi gerak. b Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tergantung pada jarak benda dari pusat. Semakin jauh jarak benda dari bumi, gaya gravitasi yang memengaruhinya semakin kecil. c Benda yang lebih luas permukaannya akan lebih lambat jatuh ke bawah. d Arah gaya gravitasi berlawanan dengan gaya gesek. Gaya gesek bersifat menahan gerak benda sehingga gerak jatuhnya benda lebih lambat. Arah gaya gesek berlawanan dengan gaya yang ditahannya. 2 Gaya Gesek Gaya gesek adalah gaya yang dihasilkan oleh permukaan kasar untuk melawan gaya yang menggerakkan suatu benda. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek yaitu: a Pada permukaan licin, gaya gesekan yang terjadi juga kecil. Akibatnya, benda itu semakin mudah bergerak pada permukaan tersebut. b Memperhalus permukaan benda yang bergesekan dapat memperkecil gaya gesek. c Benda yang lebih halus akan menimbulkan gaya gesek yang lebih kecil. d Semakin kecil luas permukaan benda yang bersentuhan, gaya geseknya semakin kecil. 3 Gaya Magnet Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet. Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik atau menempel pada logam besi atau baja. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya magnet yaitu: a Magnet hanya menarik benda-benda tertentu, yaitu benda yang terbuat dari logam. b Apabila magnet didekatkan pada benda yang terbuat dari logam, akan timbul gaya gerak sehingga benda tersebut tertarik menuju magnet atau tertolak menjauhi magnet. c Apabila antara benda logam dengan magnet terdapat penghalang, pengaruh gaya magnet dipengaruhi oleh ketebalan penghalang, jarak antara benda logam dengan magnet, dan jenis benda penghalang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Konsep Pesawat Sederhana Pesawat adalah alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Pesawat dapat memperkecil gaya yang dikeluarkan. Pesawat ada yang rumit dan ada yang sederhana. Pesawat rumit tersusun atas pesawat-pesawat sederhana. Pesawat sederhana adalah alat-alat bantu sederhana yang membantu meringankan pekerjaan manusia. Pada prinsipnya, pesawat sederhana terbagi menjadi empat macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos. Fungsi pesawat sederhana adalah untuk mengubah energi, mengubah arah gaya, memindahkan energi, menghemat energi, menghemat waktu, serta memudahkan pekerjaan manusia Hermana, 2009:122- 126. 1 Tuas atau Pengungkit Tuas disebut juga pengungkit. Pada pengungkit terdapat kuasa, beban, dan titik tumpu. Kuasa adalah gaya yang bekerja pada pengungkit. Beban adalah berat benda. Titik tumpu adalah tempat beban bertumpu. a Pengungkit Jenis Pertama Pengungkit jenis pertama adalah pengungkit dengan jenis posisi titik tumpu berada di antara beban dan kuasa. Contoh pengungkit jenis pertama adalah jungkat-jungkit, pompa air tangan, gunting, linggis pencabut paku, pemotong kuku, dan tang. Gambar 2.1 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Pertama Sumber: Azmiyawati 2008:99 Gambar di atas menunjukkan prinsip kerja pengungkit pertama, dimana posisi titik tumpu berada di antara beban dan kuasa b Pengungkit Jenis Kedua Pengungkit jenis kedua adalah pengungkit dengan jenis beban berada di antara titik tumpu dan kuasa. Contoh pengungkit jenis kedua adalah alat pembuka tutup botol, gerobak dorong, pemecah biji-bijian, pemotong kertas, dan pembuka kaleng. Gambar 2.2 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Kedua Sumber: Azmiyawati 2008:99 Gambar di atas menunjukkan prinsip kerja pengungkit pertama, dimana posisi beban diantara titik tumpu dan kuasa. c Pengungkit Jenis Ketiga Pengungkit jenis ketiga adalah pengungkit dengan kuasa berada di antara titik tumpu dan beban. Contoh pengungkit jenis ketiga antara lain sekop, pinset, sapu, gagang pancing, pemukul bola, dan stapler. Gambar 2.3 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Ketiga Sumber: Azmiyawati 2008:100 Gambar 2.3 menunjukkan prinsip kerja pengungkit jenis ketiga, dimana posisi kuasa terletak di antara titik tumpu dan beban. 2 Katrol Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya. Pada tepi roda dikaitkan tali. Katrol digunakan untuk mengangkat atau menarik benda. Ada tiga macam katrol yang biasa digunakan, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Katrol Tetap Katrol tetap adalah katrol yang tidak berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda. Katrol ditambatkan pada tempat tertentu dan posisi katrol tidak berubah. Tali atau rantai dililitkan pada lingkaran berlekuk. Pada ujung tali ditarik kuasa ke bawah. Contoh katrol tetap adalah kerekan pada sumur timba atau katrol pengangkat barang. Gambar 2.4 Contoh penggunaan katrol tetap a katrol pada tiang bendera, b katrol pada sumur timba Sumber: Sulistyanto 2008:117 Gambar di atas menunjukkan katrol tetap. Gambar a menunjukkan katrol pada tiang bendera dan katrol b menunjukkan katrol pada sumur timba. b Katrol Bebas Katrol bebas adalah katrol yang berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda. Pada katrol bebas, a b beban digantungkan di tengah-tengah katrol. Salah satu ujung talinya terikat, sedangkan pada ujung tali lainnya dapat ditarik ke atas. Katrol jenis ini bisa kita temukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan. Gambar 2.5 Katrol Bebas Sumber: Sulistyanto 2008:118 Gambar di atas menunjukkan katrol bebas, dengan beban digantungkan di tengah-tengah katrol dan salah satu ujung talinya terikat. c Katrol Majemuk Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas. Kedua katrol ini dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya ditarik maka beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 2.6 Katrol Majemuk Sumber: Sulistyanto 2008:118 Gambar di atas menunjukkan prinsip kerja katrol majemuk 3 Bidang Miring Bidang miring digunakan untuk memudahkan memindahkan benda. Dengan bantuan bidang miring gaya yang dikeluarkan untuk mendorong benda menjadi lebih kecil daripada diangkat, walaupun lintasan yang ditempuh menjadi lebih panjang. Prinsip kerja bidang miring juga dapat ditemukan pada beberapa perkakas, contohnya kampak, pisau, pahat, obeng, sekrup, paku ulir, baut, dan mata gergaji. 4 Roda Berporos Roda berporos adalah roda berbentuk silinder yang dihubungkan dengan sebuah poros. Roda dan poros berputar bersama-sama. Contoh penggunaan roda berporos terdapat pada roda sepeda, roda gerobak, setir mobil, setir kapal, dan gerinda. c. Konsep Cahaya Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat dibiaskan Azmiyawati 2008:110-116. 1 Cahaya merambat lurus Jika posisi matahari berada di sebelah timur atau di sebelah barat, sering tampak seberkas cahaya matahari menerobos celah- celah dedaunan. Berkas cahaya matahari akan tampak terlihat merambat lurus. Begitu pula jika melihat permainan sinar laser, akan tampak sinar lurus. 2 Cahaya dapat menembus benda bening Benda yang disimpan di dalam kotak kaca dapat dilihat dengan jelas. Akan tetapi, benda yang disimpan di dalam kotak kayu atau besi tidak dapat dilihat. Alasannya bahan kaca dapat dilalui cahaya, sedangkan bahan kayu atau besi tidak dapat dilalui cahaya. Ini menunjukkan bahwa cahaya dapat menembus benda bening. 3 Cahaya dapat dipantulkan Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur pemantulan difus dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur. Gambar 2.7 Pemantulan cahaya a pemantulan baur difusi, b pemantulan teratur Sumber: Azmiyawati 2008:112 Gambar di atas menunjukkan pemantulan cahaya. Gambar a merupakan pemantulan baur, dan gambar b merupakan pemantulan teratur. 4 Cahaya dapat dibiaskan Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, a b cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. d. Konsep Cermin Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung. 1 Cermin datar Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa digunakan untuk bercermin. Gambar 2.8 Cermin Datar Sumber: Azmiyawati 2008:112 Gambar di atas menunjukkan pemantulan pada cermin datar. Bayangan pada cermin datar mempunyai sifat-sifat berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Ukuran besar dan tinggi bayangan sama dengan ukuran benda. b Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. c Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu. d Bayangan tegak seperti bendanya. e Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar. 2 Cermin cembung Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor. Gambar 2.9 Cermin Cembung Sumber: Azmiyawati 2008:113 Gambar di atas menjukkan pemantulan yang terjadi pada cermin cembung. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak, dan lebih kecil diperkecil daripada benda yang sesungguhnya. 3 Cermin cekung Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin. a Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu maya. b Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata sejati dan terbalik. Gambar 2.10 a Cermin cekung, b contoh cermin cekung yang digunakan pada reflektor lampu senter Sumber: Azmiyawati 2008:114 Gambar 2.10 tersebut menunjukkan cermin cekung. Gambar a menunjukkan pemantulan pada cermin cekung, dan gambar b menunjukkan penggunaan cermin cekung pada lampu senter. e. Konsep Pemanfaatan Sifat-sifat Cahaya dalam Karya Sederhana Sulistyanto 2008:139-141 menyatakan beberapa pemanfaatan sifat-sifat cahaya yang dapat dibuat suatu karya atau model menggunakan peralatan yang sederhana antara lain: 1 Periskop Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di atas batas pandang. Alat dan bahan yang digunakan adalah 2 kotak pasta gigi, lem, selotip, cutter, pensil, penggaris dan 2 cermin datar ukuran 3 cm x 3 cm. Cara membuatnya adalah sebagai berikut a Buatlah persegi pada bagian depan atas kotak dengan ukuran 3 cm × 3 cm. b Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter. c Letakkan cermin pada bagian atas tersebut dengan posisi miring dan bagian depan cermin menghadap ke bawah dan rekatkan dengan selotip. d Buatlah persegi pada bagian bawah belakang kotak dengan ukuran 3 cm × 3 cm. e Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter. f Letakkan cermin pada bagian bawah tersebut dengan posisi miring dan bagian depan cermin menghadap ke atas dan rekatkan dengan selotip. g Potong kotak pasta gigi lainnya menjadi tiga bagian yang sama panjang dengan alas dan tutup yang terbuka. h Tutup kedua lubang yang ada pada bagian depan dan belakang periskop dengan potongan kotak yang telah disiapkan. Rekatkan dengan menggunakan lem atau selotip. 2 Kaca pembesar sederhana Kaca pembesar atau lebih dikenal dengan lup merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda atau tulisan yang berukuran kecil. Alat ini biasanya digunakan oleh tukang arlojijam untuk memperbaiki arloji jam tersebut. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain bola lampu yang tidak terpakai, air jernih, obeng, karet balon, tang, dan karet gelang. Cara membuatnya yang pertama lubangi bagian belakang bola lampu dengan menggunakan obeng dan tang. Kedua, bersihkan bagian dalamnya hingga bersih. Yang terakhir, masukkan air bening ke dalam bola lampu, tutup bagian belakangnya dengan menggunakan karet bekas balon mainan dan ikatlah karet tersebut dengan menggunakan karet gelang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f. Konsep Batuan Azmiyawati 2008:125-128 menyatakan bahwa berdasarkan proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku batuan magma atau vulkanik, batuan endapan batuan sedimen, dan batuan malihan batuan metamorf. 1 Batuan beku Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Yang termasuk dalam batuan beku antara lain batu oksidan, batu granit, batu basal, batu andesit, dan batu apung. 2 Batuan endapan Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. Yang termasuk batu endapan adalah batu konglomerat, batu breksi, batu pasir, batu serpih, dan batu kapur. 3 Batuan malihan Batuan malihan metamorf berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan metamorfosis. Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam bumi. Jika mendapat panas terus-menerus, batuan ini akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berubah menjadi batuan malihan. Yang termasuk batu malihan yaitu batu genes, batu marmer, dan batu sabak. g. Konsep Pembentukan Tanah Tanah terbentuk akibat adanya pelapukan batuan. Ada tiga jenis pelapukan, yaitu pelapukan mekanik atau pelapukan fisika, pelapukan kimia, dan pelapukan biologi Hermana, 2009:163-165. 1 Pelapukan fisika Pelapukan fisika disebabkan oleh iklim atau cuaca, suhu, angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam menyebabkan batuan mudah melapuk. Udara pada siang hari sangat panas, pada malam hari sangat dingin. Kejadian semacam ini biasanya terjadi di daerah gurun pasir. Pelapukan fisika juga dapat disebabkan oleh angin dan air. Deburan ombak laut di pantai dapat menghancurkan batuan. Proses hancurnya batuan di tepi pantai akibat hantaman ombak laut disebut abrasi. Sedangkan batuan yang melapuk karena terpaan angin dan gesekan air disebut erosi. 2 Pelapukan kimia Pelapukan batuan juga dapat terjadi karena proses kimia. Air dapat melarutkan berbagai zat termasuk batuan. Ada batuan yang mengandung besi, sehingga batuan tersebut akan cepat berkarat dan mudah melapuk. Unsur besi mudah bereaksi dengan oksigen dan air. Air hujan kadang-kadang juga mengandung zat asam. Air hujan yang bercampur dengan gas-gas sisa buangan industri atau pabrik dapat mengakibatkan hujam asam. Hujan asam ini mengakibatkan kerusakan pada batuan. 3 Pelapukan biologi Pelapukan biologi dapat terjadi karena adanya aktivitas tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan manusia. Biasanya lumut kerak menempel pada batu-batuan yang basah dan lembab. Lumut kerak ini akan mengeluarkan zat asam yang sedikit demi sedikit dapat menghancurkan batuan yang ditempelinya. Akibatnya permukaan batuan menjadi hancur, kemudian melapuk seperti tanah. Akar dari suatu tumbuh-tumbuhan, dapat pula menghancurkan batuan yang kemudian menjadi tanah. Jadi, tanah adalah hasil campuran pelapukan batuan, pembusukan sisa-sisa makhluk hidup, udara, dan air. h. Konsep Struktur Permukaan Bumi Menurut para ahli geologi, struktur bumi kita dari luar sampai dalam adalah atmosfer, kerak bumi lithosfer, selubung mantel bumi, inti bumi luar, dan inti bumi dalam Hermana, 2009:158-159. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Atmosfer Permukaan bumi diselimuti oleh lapisan atmosfer. Atmosfer sebagai pelindung dari pancaran sinar dan panas matahari. Atmosfer terdiri dari beberapa lapisan, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer. 2 Lithosfer Lithosfer disebut juga kulit bumi atau kerak bumi. Lithosfer ini kira-kira memiliki ketebalan 8-40 km. Pada ketebalan 16 km terdiri dari batuan. Pada bagian atas kerak bumi, batuan mengalami pelapukan dan membentuk tanah. 3 Lapisan selubung mantel bumi Mantel bumi memiliki ketebalan sekitar 2.900 km. Mantel ini terdiri dari bahan batuan yang padat. Lapisan ini mengandung bahan mineral dan silikat. 4 Lapisan inti bumi luar Lapisan ini memanjang setebal 2.250 km. Di inti bumi luar, terdapat lava pijar yang super panas. Jadi lapisan ini berupa zat cair, suhunya kurang lebih 2.200 C. Lava ini diyakini terdiri dari unsur besi dan nikel. 5 Lapisan inti bumi dalam Inti bumi bagian dalam memiliki ketebalan sampai pusat bumi setebal 1300 km. Diyakini inti bumi dalam ini berupa bola pejal yang terbuat dari bahan yang sangat padat tersusun dari unsur besi dan nikel. 7. Tingkat Pendidikan Orang tua Ada beberapa pengertian tingkat yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pertama, tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggak-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga jenjang. Tingkat juga berarti tinggi rendah martabat kedudukan, jabatan derajat, taraf, kelas Salim, 1991: 107-108. Sementara itu ada juga yang mengatakan bahwa tingkat dapat diartikan sebagai babak, fase, stadium, tahap, taraf Endarmoko, 2009: 672. Dari beberapa pengertian tentang tingkat dapat disimpulkan bahwa tingkat merupakan jenjang. Pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan cara berpikir atau tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2005: 263. Sementara itu ada juga yang mengatakan bahwa pendidikan adalah menunjukkan bimbingan, didikan, edukasi, kuliah, kursus, pelatihan Endarmoko, 2009:156. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha seseorang atau sekelompok orang yang dengan sadar dan terencana bertujuan untuk mengembangkan potensi diri baik secara intelektual maupun emosional, dan berbagai keterampilan lainnya dengan cara yang mendidik. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan Ihsan, 2001: 22. Tingkat pendidikan merupakan jenjang yang ditempuh peserta didik dalam mengembangkan potensi diri baik secara intelektual maupun emosional dan berbagai keterampilan lainnya. Sehingga, tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang yang ditempuh orang tua dalam mengembangkan potensi diri baik secara intelektual maupun emosional dan berbagai keterampilan lainnya. Pendidikan dilihat dari sudut tingkatannya menurut Hasbullah 1999: 52-53. a. Pendidikan Pra sekolah Pendidikan pra sekolah adalah suatu penyelenggaraan yang diperuntukkan bagi anak-anak sebelum memasuki jenjang pendidikan. b. Pendidikan Dasar 1 Sekolah Dasar SD atau Madrasah Ibtidaiyah MI. 2 Sekolah Menengah Pertama SMP atau Madrasah Tsanawiyah MTs. c. Pendidikan Menengah 1 Sekolah Menengah Umum SMU dan Kejuruan. 2 Madrasah Aliyah MA. d. Pendidikan Tinggi 1 Akademi 2 Institut 3 Sekolah Tinggi 4 Universitas Keluarga merupakan tempat pertama anak memperoleh pendidikan. Hal yang diajarkan di lingkungan rumah, akan membentuk kepribadian anak. Pendidikan di lingkungan keluarga paling banyak diperoleh dari orang tuanya Wulandari, 2014:21. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, ilmu pengetahuan yang dimilikinya pastinya akan semakin bertambah. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, pasti cara membimbing anaknya dalam belajar juga berbeda Wulandari, 2014:21. Sedikit banyak tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh pada potensikepandaian anaknya yang terlihat dari prestasi belajarnya.. Namun tingginya tingkat pendidikan orang tua siswa, tidak sepenuhnya menjamin siswa tersebut tidak akan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan dan dapat terjadi di mana-mana Suparno, 2005: 135. Miskonsepsi yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar Suparno, 2005: 29. Jadi belum tentu siswa yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi, tidak akan mengalami miskonsepsi, dan sebaliknya. Siswa yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi, bisa saja siswa tersebut mengalami miskonsepsi.

B. Penelitian yang Relevan