11
BAB II LANDASAN TEORI
Bab  II  pada  penelitian  ini  membahas  tentang  empat  sub  bab  yaitu  kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A.  Kajian Pustaka
1. Konsep
Konsep  adalah  satuan  arti  yang  mewakili  sejumlah  objek  yang mempunyai  ciri-ciri  yang  sama.  Orang  yang  memiliki  konsep  mampu
mengadakan  abstraksi  terhadap  objek-objek  yang  dihadapi  Bahri,  2011: 30-31. Sementara itu, menurut Dahar 2011:62 konsep merupakan suatu
abstraksi  mental  yang  mewakili  suatu  stimulus,  yang  menjadi  dasar  bagi proses  mental  yang  lebih  tinggi  untuk  merumuskan  prinsip  dan
generalisasi. Konsep  merupakan  perolehan  makna  yang  penting  dari  belajar.
Makna  atau  arti  konsep  tersebut  diperoleh  dari  kejadian  yang  dialaminya baik  kejadian  positif  maupun  negatif.  Sekali  memperoleh  konsep,  siswa
akan  mampu  mengenal  hal  atau  kejadian  dan  mampu  memberikan penjelasan dari konsep tersebut Blaseman dan Mappa, 2011: 67.
Suatu  konsep  akan  terbentuk  jika  dua  atau  lebih  objek  dapat dibedakan  berdasarkan  ciri-ciri  umum,  bentuk  atau  sifat-sifatnya.  Konsep
sebagai  suatu  ide  atau  gagasan,  tidak  dapat  berdiri  sendiri,  tetapi  saling PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berhubungan  satu  sama  lain.  Suatu  konsep  dikatakan  objektif  apabila konsep  tersebut  dapat  dikonfirmasikan  dengan  kenyataannya,  artinya
simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat ditelusuri keberadaannya di alam nyata. Oleh sebab itu, konsep dapat diartikan sebagai hasil pemikiran
manusia tentang alam nyata yang dinyatakan dengan simbol atau bahasa. Berdasarkan  bentuknya  konsep  dapat  dibedakan  menjadi  3  jenis
menurut  Amien  1987:  18  yaitu  konsep  klasifikasional,  konsep korelasional,  dan  konsep  teoritik.  Konsep  klasifikasional  adalah  suatu
bentuk  konsep  yang  didasarkan  atas  klasifikasi  fakta-fakta  dalam  bagan yang  terorganisir.  Konsep  korelasional  adalah  konsep  yang  mencakup
kejadian-kejadian  khusus  yang  saling  berhubungan,  atau  observasi- observasi  yang  terdiri  dari  dugaan  terutama  bentuk  formulasi  prinsip-
prinsip  umum.  Sementara  itu,  konsep  teoritik  adalah  bentuk  konsep  yang mempermudah  dalam  mempelajari  fakta-fakta  atau  kejadian-kejadian
dalam sistem yang terorganisir. Dari  berbagai  pengertian  tentang  konsep  di  atas,  maka  dapat
disimpulkan  bahwa  konsep  adalah  hasil  atau  perolehan  yang  penting dalam memahami suatu hal terutama yang bersifat abstrak.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah hasil pemikiran atau pemahaman yang berbeda satu sama  lain  tentang  suatu  konsep.  Konsepsi  dapat  pula  diartikan  sebagai
tafsiran  seseorang  atau  individu  terhadap  suatu  konsep  Berg,  1991:  8. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sementara  itu  Budi  1992:  114-115  mengatakan  bahwa  konsepsi merupakan  kemampuan  seseorang  dalam  memahami  konsep,  baik  yang
diperoleh  melalui  alat  indera  maupun  dari  kondisi  lingkungan.  Misalnya konsep  meja,  meja  dapat  ditafsirkan  oleh  seorang  anak  sebagai  tempat
meletakkan benda, terbuat dari kayu dan permukaannya berbentuk persegi. Berdasarkan  pendapat  para  ahli  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa
konsepsi  merupakan  kemampuan  seseorang  dalam  memahami  suatu konsep  yang  diperoleh,  dimana  pemahaman  masing-masing  orang  akan
konsep tersebut berbeda-beda.
3. Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi  merupakan  istilah  yang  digunakan  untuk menunjukkan  adanya  salah  konsep  atau  konsep  yang  tidak  sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diakui para ahli dalam bidang  itu.  Sementara  itu  Novak  dalam  Suparno,  2005:  4,
mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima.
Brown  dalam  Suparno,  2005:  4  menjelaskan  bahwa miskonsepsi  merupakan  suatu  gagasan  yang  tidak  sesuai  dengan
pengertian  ilmiah  yang  sekarang  diterima.  Hal  yang  tidak  jauh berbeda  juga  disampaikan  oleh  Feldsine  dalam  Suparno,  2005:  4,
menurutnya  miskonsepsi  adalah  suatu  kesalahan  dan  hubungan  yang tidak benar antara konsep-konsep.
Dari  pendapat  para  ahli  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa miskonsepsi  adalah  suatu  konsep  yang  tidak  sesuai  dengan  konsep
yang diakui para ahli dalam bidang itu.
b. Cara Mendeteksi Miskonsepsi
Siswa  mengalami  miskonsepsi  dalam  kegiatan  belajar  yang dialaminya.  Tidak  mudah  mengetahui  siapa  saja  siswa  yang
mengalami  miskonsepsi.  Untuk  itu,  diperlukan  cara-cara  yang  dapat digunakan  untuk  mendeteksi  miskonsepsi.  Dengan  demikian,  kita
dapat  mengetahui  lebih  dahulu  miskonsepsi  apa  saja  yang  dipunyai siswa  dan  apa  penyebabnya,  sehingga  kita  dapat  membantu
mengatasinya.  Berikut  ini  adalah  beberapa  alat  deteksi  yang  dapat digunakan  untuk  mendeteksi  ada  tidaknya  miskonsepsi  Suparno,
2005: 121 yaitu: 1
Peta Konsep Peta  konsep  adalah  peta  yang  menggambarkan  hubungan
antara  konsep-konsep  yang  ada  dalam  suatu  materi,  menekankan pada  gagasan-gagasan  pokok  yang  disusun  secara  hirarkis.  Peta
konsep  dapat  digunakan  untuk  mendeteksi  miskonsepsi  siswa, melalui  identifikasi  atau  melihat  apakah  hubungan  antara  konsep-
konsep  yang  telah  digambarkan  siswa  itu  benar  atau  salah.  Agar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat  lebih  mengetahui  tentang  miskonsepsi  yang  dialami  siswa, penggunaan  peta  konsep  ini  dapat  dipadukan  dengan  wawancara
klinis. 2
Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Tes  pilihan  ganda  adalah  suatu  alat  ukur  yang  digunakan
yang  terdiri  atas  satu  kalimat  pernyataan  atau  kalimat  pertanyaan dan  beberapa  pilihan  jawaban.
Amir  dalam  Suparno,  2005:  123 menggunakan  tes  pilihan  ganda  dengan  pertanyaan  terbuka  di
mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu.
3 Tes Esai Tertulis
Tes  esai  adalah  tes  yang  berbentuk  suatu  pertanyaan  atau perintah,  biasanya  dalam  kalimat  pendek,  yang  menuntut  siswa
untuk memberikan jawaban yang terurai Azwar, 1996: 106. Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep
yang memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Melalui tes  tersebut  dapat  diketahui  miskonsepsi  yang  dialami  siswa  dan
dalam bidang apa. 4
Wawancara Diagnosis Wawancara
dilakukan untuk
melihat ada
tidaknya miskonsepsi  siswa.  Guru  memilih  beberapa  konsep  yang
diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau konsep-konsep yang telah diajarkan.  Setelah  itu  guru  bertanya  mengenai  beberapa  konsep
yang  telah  ia  pilih, kemudian  mengajak  siswa  untuk
mengekspresikan  atau  mengungkapkan  gagasan-gagasan  mereka mengenai  konsep-konsep  tersebut.  Dari  wawancara  inilah  dapat
diketahui  miskonsepsi  yang  dialami  siswa  dan  bagaimana  ia mendapatkan konsep tersebut.
5 Diskusi dalam Kelas
Diskusi  adalah  kegiatan  mengungkapkan  ide,  pendapat  atau gagasan  yang  dimiliki  seseorang  kepada  orang  lain.  Dalam  kelas,
siswa  diminta  untuk  mengungkapkan  gagasan  mereka  tentang konsep  yang  sudah  diajarkan  atau  yang  hendak  diajarkan.  Dari
diskusi  inilah  dapat  dideteksi  apakah  gagasan  yang  mereka sampaikan itu sudah tepat atau tidak.
6 Praktikum dengan Tanya Jawab
Praktikum  yang  disertai  dengan  tanya  jawab  antara  guru dengan  siswa  yang  melakukan  praktikum  dapat  digunakan  untuk
mendeteksi  apakah siswa mempunyai  miskonsepsi  tentang konsep pada praktikum itu atau tidak.
c. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi  yang  dialami  setiap  siswa  dalam  satu  kelas  dapat berbeda  dan  penyebabnya  pun  berbeda-beda  pula.  Miskonsepsi  yang
terjadi  disebabkan  oleh  beberapa  hal,  yaitu  siswa,  guru,  buku  teks, konteks, dan metode mengajar Suparno, 2005: 29.
1 Siswa
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat disebabkan oleh siswa itu  sendiri.  Penyebab  miskonsepsi  yang  berasal  dari  siswa  antara
lain: a
Prakonsepsi atau konsep awal siswa Prakonsepsi atau konsep awal adalah pengetahuan siswa
tentang suatu hal sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di sekolah.  Konsep  awal  biasanya  diperoleh  dari  orang  tua,
teman,  sekolah  awal,  dan  pengalaman  yang  diperolehnya  dari lingkungan.  Konsep  awal  yang  dimiliki  siswa  sering  kali
mengandung  miskonsepsi  atau  salah  konsep.  Adanya miskonsepsi  dalam  konsep  awal  ini  akan  menyebabkan
terjadinya  miskonsepsi  pada  saat  mengikuti  pelajaran berikutnya sampai kesalahan tersebut diperbaiki.
b Pemikiran asosiatif
Asosiasi  siswa  terhadap  istilah-istilah  sehari-hari terkadang  juga  membuat  miskonsepsi.  Kata  dan  istilah  yang
digunakan oleh
guru dalam
proses pembelajaran
diasosiasikandiartikan  lain  oleh  siswa,  karena  dalam kehidupan  mereka  kata  dan  istilah  itu  mempunyai  arti  yang
lain.  Asosiasi  sering  terjadi  karena  siswa  sudah  mempunyai konsep  tertentu  dengan  arti  tertentu  sebelum  mengikuti
pelajaran di kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c Pemikiran humanistik
Siswa  kerap  kali  memandang  semua  benda  dari pandangan  manusiawi.  Tingkah  laku  benda  dipahami  seperti
tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak cocok. d
Reasoning yang tidak lengkapsalah Comins  dalam  Suparno,  2005:  38  mengatakan  bahwa
miskonsepsi  dapat  juga  disebabkan  oleh  reasoning  atau penalaran  yang  tidak  lengkapsalah.  Reasoning  yang  tidak
dapat disebabkan oleh kurang tidak lengkapnya informasi dan data yang didapatkan. Selain itu dapat juga disebabkan karena
logika  yang  salah  dalam  mengambil  kesimpulan  atau  dalam menggeneralisasi.  Penyebab  lain  terjadinya  reasoning  yang
salah  adalah  pengamatan  yang  tidak  lengkap  dan  teliti.  Hal tersebut
dapat menyebabkan
seseorang salah
dalam menyimpulkan  atau  menggeneralisasikan  dan  mengakibatkan
miskonsepsi. e
Intuisi yang salah Intuisi  adalah  suatu  perasaan  dalam  diri  seseorang  yang
secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu  sebelum  secara  obyektif  dan  rasional  diteliti.
Pengertian  atau  pemikiran  intuitif  itu  biasanya  berasal  dari pengamatan  akan  benda  atau  kejadian  yang  terus-menerus.
Akhirnya  bila  seseorang  dihadapkan  pada  persoalan  tertentu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang  muncul  dalam  benak  seseorang  adalah  pengertian spontan itu.
f Tahap perkembangan kognitif siswa
Perkembangan  kognitif  siswa  juga  dapat  menjadi penyebab  terjadinya  miskonsepsi.  Perkembangan  kognitif
siswa  yang  tidak  sesuai  dengan  bahan  yang  digeluti  dapat menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi. Untuk menghindari
hal  tersebut  sebaiknya  konsep-konsep  yang  ada  disajikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
g Kemampuan siswa
Miskonsepsi  yang  dialami  siswa  juga  dapat  disebabkan oleh  kemampuan  yang  mereka  miliki.  Siswa  yang  kurang
berbakat  atau  kurang  mampu  dalam  mempelajari  bidang  ilmu tertentu  akan  kesulitan  menangkap  konsep  yang  benar  dalam
proses  belajar.  Siswa  yang  IQ-nya  rendah  juga  dapat menyebabkan
terjadinya miskonsepsi
karena mereka
mengalami  kesulitan  dalam  mengontruksi  pengetahuan  yang didapat.
h Minat belajar siswa
Minat  belajar  seseorang  juga  berpengaruh  pada terjadinya  miskonsepsi.  Siswa  yang  berminat  dalam  pelajaran
fisika  cenderung  mempunyai  miskonsepsi  lebih  rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak berminat pada fisika.
Siswa  yang  menyukai  fisika  akan  lebih  menaruh  perhatian lebih  saat  guru  menjelaskan,  mempunyai  minat  dalam
membaca  buku-buku  yang  ada  dengan  lebih  teliti  dan mendalam  sehingga  mereka  dapat  menangkap  konsep  dengan
lebih lengkap dan mendalam. Hal yang sebaliknya terjadi pada siswa yang kurang berminat dalam mempelajari fisika.
2 Guru
Miskonsepsi  siswa  terjadi  bukan  hanya  disebabkan  oleh siswa  itu  sendiri,  tetapi  dapat  juga  disebabkan  oleh  guru.  Guru
yang  tidak  menguasai  bahan  atau  memahami  konsep  dengan  baik akan  menyebabkan  siswa  mengalami  miskonsepsi.  Selain  itu  bisa
juga  disebabkan  oleh  guru  bukan  lulusan  dari  bidang  ilmu  yang diajarkan,  tidak  membiarkan  siswa  mengungkapkan  gagasanide,
serta  relasi  yang  kurang  baik  yang  terjadi  antara  guru  dengan siswa. Sebelum mengajarkan konsep kepada siswa, guru sebaiknya
harus  memahami  konsep  tersebut  dengan  benar  dan  menjelaskan konsepnya dengan benar kepada siswa.
3 Buku teks
Buku  teks  juga  dapat  menyebabkan  miskonsepsi.  Hal  itu disebabkan  oleh  penjelasan  yang  kelirusalah,  bahasanya  sulit
dipahami, terjadinya salah tulis terutama dalam hal rumus, tingkat kesulitan penulisan buku yang terlalu tinggi bagi siswa, siswa tidak
tahu  membaca  buku  teks,  buku  fiksi  sains  kadang-kadang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsepnya  menyimpang  demi  menarik  pembaca,  serta  gambar kartun yang sering memuat miskonsepsi.
4 Konteks
Miskonsepsi  juga  disebabkan  oleh  pengalaman  siswa.  Dari pengalaman  yang  dialami  siswa,  mereka  dapat  menyimpulkan
halkonsep  tertentu,  namun  konsep  tersebut  masih  salahkeliru, sehingga terjadilah miskonsepsi. Selain pengalaman, bahasa sehari
hari  yang  digunakan  oleh  siswa  juga  turut  menjadi  penyebab terjadinya  miskonsepsi.  Misalnya  konsep  tentang  suhu  dan  panas.
Dalam  bahasa  sehari-hari  siswa  tidak  pernah  membedakan pengertian  antara  suhu  dan  panas,  mereka  menganggap  keduanya
mempunyai  arti  yang  sama.  Hal  yang  menyebabkan  terjadinya miskonsepsi dari segi konteks yang lainnya adalah teman lain dan
keyakinanajaran agama. Keduanya berpengaruh pada pemahaman mereka, dan sering kali menyebabkan miskonsepsi.
5 Metode mengajar
Beberapa  metode  mengajar  yang  digunakan  guru  dapat memunculkan  miskonsepsi  siswa.  Misalnya  metode  ceramah,
dimana  guru  hanya  menjelaskan  dan  siswa  hanya  mendengarkan, seringkali  meneruskan  dan  menumpuk  miskonsepsi,  terlebih  pada
siswa yang kemampuan kognitifnya kurang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penggunaan  analogi  dalam  mengajarkan  konsep  sebenarnya baik dan membantu memudahkan siswa dalam memahami konsep,
tetapi terkadang juga menimbulkan miskonsepsi yang baru. Metode  praktikum  juga  dapat  menimbulkan  miskonsepsi,
karena siswa hanya menangkap sejauh yang didapatdialami dalam praktikum. Abstraksi yang lebih luas sering sulit ditangkap karena
data-data yang ditemukan dalam praktikum sangat terbatas. Metode  demonstrasi  yang  selalu  menampilkan  yang  benar,
karena  sudah  direkayasa,  dapat  juga  membuat  siswa  salah mengerti.
d. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Ada  banyak  cara  yang  dapat  dilakukan  untuk  membantu  siswa mengatasi  miskonsepsi  dalam  bidang  fisika.  Unsur  yang  penting
sebelum  membantu  mengatasi  miskonsepsi  siswa  adalah  mengetahui penyebab  miskonsepsi,  sehingga  dapat  digunakan  cara  yang  tepat.
Secara  garis  besar  langkah  yang  digunakan  untuk  membantu mengatasi miskonsepsi adalah Suparno, 2005: 55:
1 Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa.
2 Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut.
3 Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi.
Miskonsepsi  dapat  disebabkan  oleh  hal  yang  berbeda-beda. Untuk  itu,  cara  atau  metode  yang  digunakan  untuk  membantu  siswa
juga berbeda-beda, tergantung pada penyebab terjadinya miskonsepsi. Berikut  ini  adalah  cara  yang  dapat  dilakukan  untuk  membantu  siswa
mengatasi miskonsepsi Suparno, 2005: 56, yaitu: 1
Mengungkap, Mencari Penyebab, dan Bertindak Secara  umum,  cara  yang  tepat  untuk  membantu  siswa
mengatasi  miskonsepsi  adalah  mencari  bentuk  kesalahan  yang dimiliki  siswa  itu,  mencari  penyebabnya,  sehingga  dapat
menemukan  cara  yang  sesuai.  Langkah  pertama  yang  dilakukan untuk mengatasi miskonsepsi adalah dengan mengetahui kerangka
berpikir siswa. Langkah kedua adalah mencari tahu penyebab dari miskonsepsi.  Dan  yang  terakhir  adalah  mencari  cara  bagaimana
memperbaiki miskonsepsi siswa. 2
Penyebab Kesalahan dari Siswa Penyebab kesalahan dari siswa dapat disebabkan oleh banyak
hal  yaitu  prakonsepsi  atau  konsep  awal  sampai  dengan  minat belajar  siswa.  Untuk  mengetahui  bagaimana  cara  mengatasi
miskonsepsi  yang  disebabkan  oleh  hal-hal  di  atas,  dapat  dilihat pada tabel di bawah ini Suparno, 2005: 57-64.
Tabel 2.1 Penyebab kesalahan dari siswa
Penyebab Cara Mengatasi
Prakonsepsi Dihadapkan pada kenyataan
Pemikiran asosiatif Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali
Pemikiran humanistik Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali
Reasoning tidak lengkap Dilengkapi, dihadapkan pada kenyataan
Intuisi yang salah Dihadapkan
pada kenyataan,
anomali dan
rasionalitas
Penyebab Cara Mengatasi
Perkembangan kognitif
siswa Diajar  sesuai  dengan  level  perkembangan;  mulai
dengan  yang  konkret  kemudian  menuju  konsep abstrak
Kemampuan siswa Dibantu pelan-pelan, melalui proses yang bertahap.
Minat belajar siswa Motivasi, variasi pembelajaran
Sumber: Suparno 2005: 81-82 Berdasarkan  tabel  di  atas,  dapat  dijelaskan  bahwa  cara
mengatasi miskonsepsi itu berbeda-beda, tergantung dari penyebab miskonsepsi  itu sendiri.  Untuk  yang disebabkan  oleh prakonsepsi,
cara  mengatasinya  adalah  dengan  dihadapkan  dengan  kenyataan. Siswa  yang  konsep  awalnya  tidak  tepat  perlu  dihadapkan  pada
pengalaman  baru  yang  berbeda.  Dengan  melihat  dan  mengalami pengalaman  yang  tidak  sesuai  dengan  prakonsepsi  mereka,  siswa
akan  bingung  dan  diharapkan  akan  mengubah  konsep  awalnya dengan konsep yang tepat.
Miskonsepsi karena
pemikiran asosiatif,
pemikiran humanistik  siswa  dan  intuisi  yang  salah  diatasi  dengan  cara
dihadapkan  pada  kenyataan  dan  peristiwapengalaman  anomali. Pengalaman  anomali  adalah  pengalaman  nyata  yang  dihadapkan
pada  siswa,  yang  berbeda  dengan  konsep  yang  mereka  yakini benar.  Selanjutnya  untuk  reasoning  yang  tidak  tepat,  cara
mengatasinya  adalah  dengan  melengkapi  datainformasi  yang diperlukan  untuk  mengambil  kesimpulan  serta  dihadapkan  pada
kenyataan.  Jika  miskonsepsi  disebabkan  oleh  perkembangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kognitif siswa, maka guru harus mengajarkan materikonsep sesuai dengan  level  perkembangan,  yaitu  dari  hal  yang  konkret  menuju
hal yang bersifat abstrak. Sementara  itu,  bagi  siswa  yang  kemampuan  dan  minat
belajarnya kurang perlu diberi motivasi dan dibantu dengan pelan, melalui  proses  yang  bertahap.  Selain  itu,  dalam  mengajarkan
materi  juga  perlu  dilakukan  variasi  pembelajaran  agar  siswa  lebih tertarik dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.
3 Penyebab Kesalahan dari Guru
Penyebab  miskonsepsi  juga  dapat  berasal  dari  guru  yang mengajar.  Kesalahan  atau  kekurangan  guru  dalam  mengajar
biasanya  ada  dua  yaitu  guru  tidak  menguasai  konsep  yang  benar dari  bahan  fisika  dan  guru  keliru  dalam  menjelaskan,  meskipun
konsep  yang  diajarkan  sudah  dikuasainya.  Guru  yang  tidak menguasai konsep yang benar dapat diatasi dengan cara belajar lagi
dan lebih memahami akan konsep yang benar dari bahan yang akan diajarkan.  Selain  itu,  akan  lebih  baik  jika  guru  yang  mengajar
adalah  guru  yang  kompeten  atau  lulusan  pendidikan  fisikabidang yang diajarkan.
Kekeliruan  guru  dalam  menjelaskan  konsep  juga  dapat menyebabkan  terjadinya  miskonsepsi.  Guru  sebaiknya  dapat
menggunakan  cara  atau  metode  yang  tepat,  agar  siswa  dapat menangkapmemahami  konsep  yang  diajarkan.  Tidak  hanya  dua
hal  yang  telah  disebutkan  tadi,  ternyata  miskonsepsi  juga  dapat disebabkan oleh relasi yang kurang baik antara siswa dengan guru.
Relasi  yang  kurang  baik  dengan  guru  dapat  menyebabkan  siswa takut, grogi, dan tidak dapat berkonsentrasi. Akibatnya siswa akan
sulit menangkap konsep yang telah diajarkan. Untuk mengatasi hal tersebut,  guru  harus  dapat  membangun  relasi  yang  baik,  dengan
melakukan pendekatan dengan siswa Suparno, 2005: 65-70. 4
Penyebab Kesalahan dari Buku Teks Miskonsepsi  siswa  juga  dapat  disebabkan  oleh  buku  teks
yang  digunakan.  Buku  teks  merupakan  salah  satu  sumber  belajar yang  pasti  digunakan  dalam  pembelajaran.  Oleh  karena  itu,
kebenaran  isi  dan  konsep  yang  ada  pada  buku  teks  menjadi  hal yang  sangat  penting.  Beberapa  bentuk  kesalahan  yang  ada  pada
buku teks adalah penjelasan yang keliru, salah tulis, level kesulitan tulisan  yang  kadang  tidak  sesuai  dengan  perkembangan  siswa,
buku  fiksi  sains  keliru  konsep,  kartun  salah  konsep,  serta ketidaktahuan  siswa  dalam  menggunakan  buku  teks.  Penyebab-
penyebab di atas dapat diatasi dengan cara dikoreksi dengan teliti, dibenarkan,  disesuaikan  dengan  tingkat  perkembangan  siswa  dan
guru  hendaknya  melatih  siswa  tentang  cara  menggunakan  buku teks Suparno, 2005: 70-72.
5 Penyebab Kesalahan dari Konteks
Miskonsepsi  dapat  disebabkan  oleh  pengalaman  siswa  yang keliru,  bahasa  yang  digunakan  sehari-hari  dan  lain-lain.  Penyebab
miskonsepsi  dan  cara  mengatasinya  secara  umum  dapat  dilihat pada tabel di bawah ini Suparno, 2005: 72-74.
Tabel 2.2 Penyebab kesalahan dari konteks
Penyebab Cara Mengatasi
Pengalaman siswa yang keliru Dihadapkan  pada  pengalaman  baru
yang sesuai konsep fisika Bahasa  yang  digunakan  sehari-hari
yang berbeda Dijelaskan
perbedaannya dengan
contoh Teman diskusi keliru
Mengungkapkan  hasil  dan  dikritisi guru
Keyakinan agama Dijelaskan perbedaannya
Sumber: Suparno 2005: 82 Berdasarkan  tabel  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  untuk
pengalaman  siswa  yang  keliru,  guru  dapat  mengatasinya  dengan memberikan  pengalaman  baru  yang  sesuai  dengan  konsep  fisika,
sehingga  konsep  awal  yang  salah  dapat  diperbaiki  dengan mengetahui  konsep  yang  benar.  Bahasa  sehari-hari  yang  berbeda
dapat  diatasi  dengan  mendefinisikan  istilah-istilah  dan  konsep- konsep dengan jelas dan tidak menggunakan bahasa yang ambigu.
Selain dengan menjelaskan perbedaannya akan lebih baik jika guru melengkapinya dengan contoh sehingga siswa akan lebih paham.
Teman  diskusi  yang  keliru  dapat  menyebabkan  terjadinya miskonsepsi.  Untuk  memperbaiki  kesalahan  yang  berasal  dari
teman  belajar  dapat  dilakukan  dengan  cara  berikut  ini.  Pertama, setelah  berdiskusi  dengan  teman,  konsep  yang  ditemukan
diungkapkan  di  depan  kelas.  Jika  sudah  diungkapkan,  guru mengkritisi  konsep  yang  tidak  benar  dengan  memberikan  alasan
dan  contoh  nyata  untuk  dimengerti  siswa.  Kemudian  guru membetulkan konsep yang keliru. Sementara itu untuk miskonsepsi
yang disebabkan oleh keyakinan agama sebaiknya guru harus dapat menjelaskan  perbedaannya  antara  ajaran  agama  dengan  konsep
nyata yang ada melalui contoh yang diberikan. 6
Penyebab Kesalahan dari Cara Mengajar Ada  beberapa  kesalahan  dan  kelemahan  beberapa  metode
pembelajaran  yang  digunakan  guru  dalam  mengajar.  Hal  itu menyebabkan  terjadinya  miskonsepsi  yang  dialami  siswa.
Penyebab-penyebab terjadinya miskonsepsi dari segi cara mengajar dan  cara  mengatasinya  Suparno,  2005:  74
–80  adalah  sebagai berikut.
Tabel 2.3 Penyebab kesalahan dari cara mengajar
Penyebab Cara Mengatasi
Guru  hanya  dengan  metode  ceramah dan menulis di papan tulis
Pembelajaran  harus  dilakukan  dengan lebih  bervariasi,  siswa  dirangsang
untuk berpikir melalui pertanyaan. Dalam  mengajarkan  langsung  ke
bentuk matematika rumus Dalam
menjelaskan hendaknya
dimulai  dengan  gejala  nyata  baru setelah itu diajarkan rumus.
Tidak  mengungkapkan  miskonsepsi siswa.
Guru  memberi  kesempatan  siswa mengungkapkan gagasan
PR tidak dikoreksi Dikoreksi  cepat  dan  ditunjukkan
salahnya. Model analogi
Ditunjukkan kemungkinan
salah konsep
Model praktikum Dingkapkan hasilnya dan dikomentari
Model diskusi Diungkapkan
hasilnya dan
dikomentari Non multiple intelegences
Multiple intelegences
Sumber: Suparno 2005: 81-82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel di atas menunjukkan berbagai penyebab kesalahan dari cara mengajar dan cara mengatasi penyebab tersebut. Secara umum
setiap  metode  mengajar  mempunyai  kelebihan  dan  kekurangan masing-masing.  Dalam  mengajar  guru  harus  memberikan
kesempatan  kepada  siswa  untuk  mengungkapkan  gagasannya  dan cara mengajar yang digunakan lebih bervariasi.
4. Hakikat Pembelajaran IPA
a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1 Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan  atau  Sains  Trianto,  2012:  136.  Sains  berasal  dari
bahasa  latin  yaitu  scientia  yang  berarti  saya  tahu.  Sains  dapat dibagi  menjadi  2  yaitu  social  science  ilmu  pengetahuan  sosial
dan  natural  science  ilmu  pengetahuan  alam.  Namun,  dalam perkembangannya sains hanya diartikan sebagai IPA saja.
IPA  adalah  pengetahuan  yang  sistematis  dan  dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
pada pengamatan dan deduksi Trianto, 2012: 136. Kardi  dan  Nur  dalam  Trianto  2013:  136  mengatakan
bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. IPA merupakan
suatu  mata  pelajaran  yang  mempelajari  tentang  alam  semesta, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
benda-benda  yang  ada  di  permukaan  bumi,  baik  yang  dapat diamati  dengan  indera  maupun  yang  tidak  dapat  diamati  dengan
alat indera. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Wahyana dalam
Trianto,  2013:  136,  menurut  beliau  IPA  merupakan  suatu kumpulan  pengetahuan  tersusun  secara  sistematik,  dan  dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Berdasarkan  pendapat  para  ahli  di  atas,  dapat  peneliti
simpulkan  bahwa  IPA  adalah  sebuah  ilmu  pengetahuan  yang tersusun  secara  sistematis,  secara  umum  penerapannya  terbatas
pada  gejala-gejala  alam,  yang  lahir  dan  berkembang  melalui metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
jujur, terbuka, dan sebagainya.
2 Hakikat IPA
IPA  pada  hakikatnya  dibangun  atas  dasar  produk  ilmiah, proses  ilmiah,  dan  sikap  ilmiah.  Selain  itu,  IPA  dipandang  juga
sebagai proses, produk, dan prosedur. a
IPA sebagai Proses IPA  sebagai  proses  diartikan  sebagai  semua  kegiatan
ilmiah  untuk  menyempurnakan  pengetahuan  tentang  alam maupun  untuk  menemukan  pengetahuan  baru  Trianto,  2012:
137. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b IPA sebagai Produk
IPA  sebagai  produk  diartikan  sebagai  hasil  proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar
sekolah  ataupun  sebagai  bahan  bacaan  untuk  penyebaran pengetahuan Trianto, 2012: 137.
c IPA sebagai Prosedur
IPA  sebagai  prosedur  artinya  dalam  IPA  terdapat langkah-langkah  dari  suatu  rangkaian  kegiatanproseskerja
yang  dapat  dijadikan  sebagai  panduan  atau  metodologi  untuk mengetahui sesuatu Trianto, 2012: 137.
d IPA sebagai Sikap
IPA sebagai
sikap yaitu
sikap ilmiah
harus dikembangkan  dalam  pembelajaran  sains.  Hal  ini  sesuai
dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan
penelitian dan
mengomunikasikan hasil
penelitiannya Susanto, 2013:167.
3 Nilai-nilai IPA
IPA  tidak  hanya  sebagai  proses,  produk  dan  prosedur,  IPA juga  mengandung  nilai-nilai  tertentu  yang  berguna  bagi
masyarakat.  Nilai-nilai  yang  terkandung  dalam  IPA  antara  lain Trianto, 2012: 139.
a Nilai Praktis
Nilai  praktis  adalah  sesuatu  yang  bermanfaat  dan berharga  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Penerapan  dari
penemuan-penemuan IPA telah menciptakan sebuah teknologi baru  yang  dapat  dimanfaatkan  dalam  kehidupan  sehari-hari,
dan dapat membantu mengembangkan penemuan baru. b
Nilai Intelektual Nilai  intelektual  yang  dimaksud  adalah  metode  ilmiah
yang  digunakan  dalam  IPA  dapat  memberikan  kepuasan intelektual.  Kepuasan  intelektual  tesebut  dapat  terjadi  jika
seseorang  berhasil  memecahkan  masalah.  Metode  ilmiah dalam  IPA  dapat  digunakan  untuk  memecahkan  masalah
melalui  berbagai  keterampilan  dan  sikap  ilmiah  yang diajarkan.
c Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti kemajuan  IPA  dan  teknologi  suatu  bangsa  menyebabkan
bangsa  tersebut  memperoleh  kedudukan  yang  kuat  dalam percaturan ekonomi-sosial-politik internasional.
d Nilai Kependidikan
IPA memiliki nilai pendidikan karena IPA dapat menjadi alat  untuk  mencapai  tujuan  pendidikan.  Nilai-nilai  yang
diajarkan  dalam  IPA  antara  lain:  kecakapan  bekerja  dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpikir  secara  teratur  dan  sistematis  menurut  metode  ilmiah; keterampilan
dalam mengadakan
pengamatan dan
mempergunakan  peralatan  untuk  memecahkan  masalah,  serta memiliki  sikap  ilmiah  yang  diperlukan  dalam  memecahkan
masalah.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Hakikat  pembelajaran  IPA  merujuk  pada  hakikat  IPA.  Nilai- nilai  IPA  yang  dapat  ditanamkan  dalam  pembelajaran  IPA  menurut
Trianto 2012: 141: 1
Kecakapan  bekerja  dan  berpikir  secara  teratur  dan  sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.
2 Keterampilan  dan  kecakapan  dalam  mengadakan  pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3
Memiliki sikap  ilmiah  yang  diperlukan  dalam  memecahkan
masalah  baik  dalam  kaitannya  dengan  pelajaran  sains  maupun kehidupan.
Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA Depdiknas; 2003: 2 yaitu: 1
Memberikan kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan YME.
2 Memberikan  pengetahuan  tentang  dasar  dari  prinsip  dan  konsep,
fakta  yang  ada  di  alam,  hubungan  saling  ketergantungan,  dan hubungan antara sains dan teknologi.
3 Keterampilan
dan  kemampuan  untuk  menangani  peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.
4 Sikap  ilmiah  antara  lain  skeptis,  kritis,  sensitif,  obyektif,  jujur,
terbuka, benar, dan dapat bekerja sama. 5
Kebiasaan  mengembangkan  kemampuan  berpikir  analitis  induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk
menjelaskan berbagai peristiwa alam. 6
Apresiatif terhadap  sains  dengan  menikmati  dan  menyadari
keindahan  keteraturan  perilaku  alam  serta  penerapannya  dalam teknologi.
Dari  uraian  di  atas,  semakin  jelas  bahwa  hakikat  pembelajaran IPA lebih ditekankan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat
menemukan  fakta-fakta,  membangun  konsep-konsep,  teori-teori,  dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
IPA  merupakan  salah  satu  mata  pelajaran  yang  sangat  penting  dan sangat  bermanfaat  bagi  siswa  dalam  mempelajari  dirinya  dan  alam
sekitarnya.  Beberapa  kompetensi  yang  harus  dicapai  siswa  kelas  III-VI menurut  Permendikbud  No.  64  Tahun  2013  antara  lain:  1  menunjukkan
sikap  ilmiah:  rasa  ingin  tahu,  jujur,  logis,  kritis,  dan  disiplin;  2 mengajukan  pertanyaan:  apa,  mengapa,  dan  bagaimana;  3  melakukan
pengamatan  obyek  IPA  dengan  menggunakan  panca  indera;  4 menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas.
Pembelajaran  IPA  untuk  tingkat  SD  dilakukan  melalui  pengamatan langsung, sehingga siswa dapat lebih paham dan akan memperkuat ingatan
siswa.  Pembelajaran  IPA  yang  baik  harus  mengaitkan  IPA  dengan kehidupan sehari-hari Samatowa, 2011: 6. Guru memberikan kesempatan
bagi  siswa  agar  mereka  dapat  mengeluarkan  idegagasan  dan  dapat mengajukan  pertanyaan  tentang  hal-hal  yang  belum  mereka  pahami,
membangun  rasa  ingin  tahu  siswa,  membangun  dan  melatih  siswa  agar menguasai  keterampilan  yang  diajarkan.  Selain  itu,  guru  juga  harus
memvariasi  pembelajaran  dengan  menggunakan  metode  yang  cocok  dan menggunakan media yang menarik perhatian siswa.
Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa pembelajaran  IPA  di  SD  harus  dapat  membuka  kesempatan  bagi  siswa
untuk  mengembangkan  rasa  ingin  tahu  siswa  melalui  pembelajaran, observasi,  dan  eksperimen  yang  dilakukan.  Hal  tersebut  dapat  membantu
siswa  dalam  mengembangkan  keterampilan  siswa  terutama  keterampilan proses.
6. Pembelajaran IPA di SD kelas V semester 2
Berikut  ini  merupakan  materi  IPA  yang  dipelajari  pada  kelas  V  SD semester 2:
a. Konsep Gaya
Azmiyawati  2008:82-93  menyatakan  beberapa  macam  gaya
berdasarkan sumbernya antara lain:
1 Gaya Gravitasi
Gaya  gravitasi  adalah  kekuatan  atau  tarikan  yang  dimiliki oleh
benda yang
memiliki massa.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya gravitasi yaitu: a
Gaya gravitasi dapat menimbulkan energi gerak. b
Kekuatan  gaya  gravitasi  bumi  terhadap  benda  tergantung  pada jarak  benda  dari  pusat.  Semakin  jauh  jarak  benda  dari  bumi,
gaya gravitasi yang memengaruhinya semakin kecil. c
Benda  yang  lebih  luas  permukaannya  akan  lebih  lambat  jatuh ke bawah.
d Arah  gaya  gravitasi  berlawanan  dengan  gaya  gesek.  Gaya
gesek  bersifat  menahan  gerak  benda  sehingga  gerak  jatuhnya benda lebih lambat. Arah gaya gesek berlawanan dengan gaya
yang ditahannya. 2
Gaya Gesek Gaya  gesek  adalah  gaya  yang  dihasilkan  oleh  permukaan
kasar  untuk  melawan  gaya  yang  menggerakkan  suatu  benda. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek yaitu:
a Pada  permukaan  licin,  gaya  gesekan  yang  terjadi  juga  kecil.
Akibatnya,  benda  itu  semakin  mudah  bergerak  pada permukaan tersebut.
b Memperhalus
permukaan  benda  yang  bergesekan  dapat memperkecil gaya gesek.
c Benda  yang  lebih  halus  akan  menimbulkan  gaya  gesek  yang
lebih kecil. d
Semakin  kecil  luas  permukaan  benda  yang  bersentuhan,  gaya geseknya semakin kecil.
3 Gaya Magnet
Gaya  magnet  adalah  gaya  yang  ditimbulkan  oleh  magnet. Magnet  adalah  sejenis  logam  yang  dapat  menarik  atau  menempel
pada logam besi atau baja. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya magnet yaitu:
a Magnet hanya menarik benda-benda tertentu,  yaitu benda yang
terbuat dari logam. b
Apabila  magnet  didekatkan  pada  benda  yang  terbuat  dari logam, akan timbul gaya gerak sehingga benda tersebut tertarik
menuju magnet atau tertolak menjauhi magnet. c
Apabila antara  benda  logam  dengan  magnet  terdapat
penghalang, pengaruh gaya magnet dipengaruhi oleh ketebalan penghalang,  jarak  antara  benda  logam  dengan  magnet,  dan
jenis benda penghalang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Konsep Pesawat Sederhana
Pesawat  adalah  alat-alat  yang  dapat  memudahkan  pekerjaan manusia. Pesawat dapat memperkecil gaya yang dikeluarkan. Pesawat
ada  yang  rumit  dan  ada  yang  sederhana.  Pesawat  rumit  tersusun  atas pesawat-pesawat  sederhana.  Pesawat  sederhana  adalah  alat-alat  bantu
sederhana yang membantu meringankan pekerjaan manusia. Pada  prinsipnya,  pesawat  sederhana  terbagi  menjadi  empat
macam,  yaitu  pengungkit,  bidang  miring,  katrol,  dan  roda  berporos. Fungsi  pesawat  sederhana  adalah  untuk  mengubah  energi,  mengubah
arah  gaya,  memindahkan  energi,  menghemat  energi,  menghemat waktu,  serta  memudahkan  pekerjaan  manusia  Hermana,  2009:122-
126. 1
Tuas atau Pengungkit Tuas  disebut  juga  pengungkit.  Pada  pengungkit  terdapat
kuasa,  beban,  dan  titik  tumpu.  Kuasa  adalah  gaya  yang  bekerja pada  pengungkit.  Beban  adalah  berat  benda.  Titik  tumpu  adalah
tempat beban bertumpu. a
Pengungkit Jenis Pertama Pengungkit  jenis  pertama  adalah  pengungkit  dengan  jenis
posisi  titik  tumpu  berada  di  antara  beban  dan  kuasa.  Contoh pengungkit  jenis  pertama  adalah  jungkat-jungkit,  pompa  air
tangan,  gunting,  linggis  pencabut  paku,  pemotong  kuku,  dan tang.
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Pertama Sumber: Azmiyawati 2008:99
Gambar  di  atas  menunjukkan  prinsip  kerja  pengungkit pertama, dimana posisi titik tumpu berada di antara beban dan
kuasa b
Pengungkit Jenis Kedua Pengungkit  jenis  kedua  adalah  pengungkit  dengan  jenis
beban  berada  di  antara  titik  tumpu  dan  kuasa.  Contoh pengungkit  jenis  kedua  adalah  alat  pembuka  tutup  botol,
gerobak  dorong,  pemecah  biji-bijian,  pemotong  kertas,  dan pembuka kaleng.
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Kedua Sumber: Azmiyawati 2008:99
Gambar  di  atas  menunjukkan  prinsip  kerja  pengungkit pertama, dimana posisi beban diantara titik tumpu dan kuasa.
c Pengungkit Jenis Ketiga
Pengungkit  jenis  ketiga  adalah  pengungkit  dengan  kuasa berada  di  antara  titik  tumpu  dan  beban.  Contoh  pengungkit
jenis  ketiga  antara  lain  sekop,  pinset,  sapu,  gagang  pancing, pemukul bola, dan stapler.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Ketiga Sumber: Azmiyawati 2008:100
Gambar  2.3  menunjukkan  prinsip  kerja  pengungkit  jenis ketiga,  dimana  posisi  kuasa  terletak  di  antara  titik  tumpu  dan
beban. 2
Katrol Katrol  adalah  roda  yang  berputar  pada  porosnya.  Pada  tepi
roda  dikaitkan  tali.  Katrol  digunakan  untuk  mengangkat  atau menarik benda. Ada tiga macam katrol yang biasa digunakan, yaitu
katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Katrol Tetap
Katrol  tetap  adalah  katrol  yang  tidak  berubah  posisinya
ketika digunakan
untuk memindahkan
benda. Katrol
ditambatkan  pada  tempat  tertentu  dan  posisi  katrol  tidak berubah.  Tali  atau  rantai  dililitkan  pada  lingkaran  berlekuk.
Pada  ujung  tali  ditarik  kuasa  ke  bawah.  Contoh  katrol  tetap adalah  kerekan  pada  sumur  timba  atau  katrol  pengangkat
barang.
Gambar 2.4 Contoh penggunaan katrol tetap a katrol pada tiang bendera, b katrol pada sumur timba
Sumber: Sulistyanto 2008:117 Gambar  di  atas  menunjukkan  katrol  tetap.  Gambar  a
menunjukkan  katrol  pada  tiang  bendera  dan  katrol  b menunjukkan katrol pada sumur timba.
b Katrol Bebas
Katrol  bebas  adalah  katrol  yang  berubah  posisinya  ketika digunakan  untuk  memindahkan  benda.  Pada  katrol  bebas,
a b
beban  digantungkan  di  tengah-tengah  katrol.  Salah  satu  ujung talinya terikat, sedangkan pada ujung tali lainnya dapat ditarik
ke  atas.  Katrol  jenis  ini  bisa  kita  temukan  pada  alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.
Gambar 2.5 Katrol Bebas Sumber: Sulistyanto 2008:118
Gambar  di  atas  menunjukkan  katrol  bebas,  dengan  beban digantungkan  di  tengah-tengah  katrol  dan  salah  satu  ujung
talinya terikat. c
Katrol Majemuk Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan
katrol  bebas.  Kedua  katrol  ini  dihubungkan  dengan  tali.  Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu
ujung  tali  dikaitkan  pada  penampang  katrol  tetap.  Jika  ujung tali  yang  lainnya  ditarik  maka  beban  akan  terangkat  beserta
bergeraknya katrol bebas ke atas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2.6 Katrol Majemuk Sumber: Sulistyanto 2008:118
Gambar di atas menunjukkan prinsip kerja katrol majemuk 3
Bidang Miring Bidang  miring  digunakan  untuk  memudahkan  memindahkan
benda.  Dengan  bantuan  bidang  miring  gaya  yang  dikeluarkan untuk  mendorong  benda  menjadi  lebih  kecil  daripada  diangkat,
walaupun lintasan yang ditempuh menjadi lebih panjang. Prinsip  kerja  bidang  miring  juga  dapat  ditemukan  pada
beberapa  perkakas,  contohnya  kampak,  pisau,  pahat,  obeng, sekrup, paku ulir, baut, dan mata gergaji.
4 Roda Berporos
Roda  berporos  adalah  roda  berbentuk  silinder  yang dihubungkan  dengan  sebuah  poros.  Roda  dan  poros  berputar
bersama-sama.  Contoh  penggunaan  roda  berporos  terdapat  pada roda sepeda, roda gerobak, setir mobil, setir kapal, dan gerinda.
c. Konsep Cahaya
Cahaya  berasal  dari  sumber  cahaya.  Semua  benda  yang  dapat memancarkan  cahaya  disebut  sumber  cahaya.  Contoh  sumber  cahaya
adalah  matahari,  lampu,  senter,  dan  bintang.  Cahaya  memiliki  sifat merambat  lurus,  menembus  benda  bening,  dapat  dipantulkan,  dan
dapat dibiaskan Azmiyawati 2008:110-116. 1
Cahaya merambat lurus Jika  posisi  matahari  berada  di  sebelah  timur  atau  di  sebelah
barat,  sering  tampak  seberkas  cahaya  matahari  menerobos  celah- celah  dedaunan.  Berkas  cahaya  matahari  akan  tampak  terlihat
merambat  lurus.  Begitu  pula  jika  melihat  permainan  sinar  laser, akan tampak sinar lurus.
2 Cahaya dapat menembus benda bening
Benda  yang  disimpan  di  dalam  kotak  kaca  dapat  dilihat dengan  jelas.  Akan  tetapi,  benda  yang  disimpan  di  dalam  kotak
kayu  atau  besi  tidak  dapat  dilihat.  Alasannya  bahan  kaca  dapat dilalui cahaya, sedangkan bahan kayu atau besi tidak dapat dilalui
cahaya.  Ini  menunjukkan  bahwa  cahaya  dapat  menembus  benda bening.
3 Cahaya dapat dipantulkan
Pemantulan  cahaya  ada  dua  jenis  yaitu  pemantulan  baur pemantulan  difus  dan  pemantulan  teratur.  Pemantulan  baur
terjadi  apabila  cahaya  mengenai  permukaan  yang  kasar  atau  tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rata.  Pada  pemantulan  ini,  sinar  pantul  arahnya  tidak  beraturan. Sementara  itu,  pemantulan  teratur  terjadi  jika  cahaya  mengenai
permukaan  yang  rata,  licin,  dan  mengilap.  Permukaan  yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini
sinar pantul memiliki arah yang teratur.
Gambar 2.7 Pemantulan cahaya a pemantulan baur difusi, b pemantulan teratur
Sumber: Azmiyawati 2008:112 Gambar di atas menunjukkan pemantulan cahaya. Gambar a
merupakan  pemantulan  baur,  dan  gambar  b  merupakan pemantulan teratur.
4 Cahaya dapat dibiaskan
Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium  rambatan  yang  berbeda  disebut  pembiasan.  Apabila
cahaya  merambat  dari  zat  yang  kurang  rapat  ke  zat  yang  lebih rapat,  cahaya  akan  dibiaskan  mendekati  garis  normal.  Misalnya
cahaya  merambat  dari  udara  ke  air.  Sebaliknya,  apabila  cahaya merambat  dari  zat  yang  lebih  rapat  ke  zat  yang  kurang  rapat,
a b
cahaya  akan  dibiaskan  menjauhi  garis  normal.  Misalnya  cahaya merambat dari air ke udara.
d. Konsep Cermin
Cermin  merupakan  salah  satu  benda  yang  memantulkan  cahaya. Berdasarkan  bentuk  permukaannya  ada  cermin  datar  dan  cermin
lengkung.  Cermin  lengkung  ada  dua  macam,  yaitu  cermin  cembung dan cermin cekung.
1 Cermin datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar  dan  tidak  melengkung.  Cermin  datar  biasa  digunakan  untuk
bercermin.
Gambar 2.8 Cermin Datar Sumber: Azmiyawati 2008:112
Gambar  di  atas  menunjukkan  pemantulan  pada  cermin datar.  Bayangan  pada  cermin  datar  mempunyai  sifat-sifat
berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Ukuran  besar  dan  tinggi  bayangan  sama  dengan  ukuran
benda. b
Jarak  bayangan  ke  cermin  sama  dengan  jarak  benda  ke cermin.
c Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya
tangan kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu. d
Bayangan tegak seperti bendanya. e
Bayangan  bersifat  semu  atau  maya.  Artinya,  bayangan dapat  dilihat  dalam  cermin,  tetapi  tidak  dapat  ditangkap
oleh layar. 2
Cermin cembung Cermin  cembung  yaitu  cermin  yang  permukaan  bidang
pantulnya  melengkung  ke  arah  luar.  Cermin  cembung  biasa digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor.
Gambar 2.9 Cermin Cembung Sumber: Azmiyawati 2008:113
Gambar  di  atas  menjukkan  pemantulan  yang  terjadi  pada cermin  cembung.  Bayangan  pada  cermin  cembung  bersifat  maya,
tegak,  dan  lebih  kecil  diperkecil  daripada  benda  yang sesungguhnya.
3 Cermin cekung
Cermin  cekung  yaitu  cermin  yang  bidang  pantulnya melengkung  ke  arah  dalam.  Cermin  cekung  biasanya  digunakan
sebagai  reflektor  pada  lampu  mobil  dan  lampu  senter.  Sifat bayangan  benda  yang  dibentuk  oleh  cermin  cekung  sangat
bergantung pada letak benda terhadap cermin. a
Jika  benda  dekat  dengan  cermin  cekung,  bayangan  benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu maya.
b Jika  benda  jauh  dari  cermin  cekung,  bayangan  benda
bersifat nyata sejati dan terbalik.
Gambar 2.10 a Cermin cekung, b contoh cermin cekung yang digunakan pada reflektor lampu senter
Sumber: Azmiyawati 2008:114 Gambar  2.10  tersebut  menunjukkan  cermin  cekung.  Gambar
a menunjukkan pemantulan pada cermin cekung, dan gambar b menunjukkan penggunaan cermin cekung pada lampu senter.
e. Konsep Pemanfaatan Sifat-sifat Cahaya dalam Karya Sederhana
Sulistyanto  2008:139-141  menyatakan  beberapa  pemanfaatan sifat-sifat  cahaya  yang  dapat  dibuat  suatu  karya  atau  model
menggunakan peralatan yang sederhana antara lain: 1
Periskop
Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada
kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop dapat  digunakan  untuk  melihat  benda  yang  berada  di  atas  batas
pandang. Alat  dan  bahan  yang  digunakan  adalah  2  kotak  pasta  gigi,  lem,
selotip, cutter, pensil, penggaris dan 2 cermin datar ukuran 3 cm x 3 cm. Cara membuatnya adalah sebagai berikut
a Buatlah persegi pada bagian depan atas kotak dengan ukuran 3
cm × 3 cm. b
Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter. c
Letakkan  cermin  pada  bagian  atas  tersebut  dengan  posisi miring  dan  bagian  depan  cermin  menghadap  ke  bawah  dan
rekatkan dengan selotip. d
Buatlah  persegi  pada  bagian  bawah  belakang  kotak  dengan ukuran 3 cm × 3 cm.
e Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter.
f Letakkan  cermin  pada  bagian  bawah  tersebut  dengan  posisi
miring  dan  bagian  depan  cermin  menghadap  ke  atas  dan rekatkan dengan selotip.
g Potong kotak pasta gigi lainnya menjadi tiga bagian yang sama
panjang dengan alas dan tutup yang terbuka. h
Tutup kedua lubang  yang ada pada bagian depan dan belakang periskop  dengan  potongan  kotak  yang  telah  disiapkan.
Rekatkan dengan menggunakan lem atau selotip. 2
Kaca pembesar sederhana Kaca pembesar atau lebih dikenal dengan lup merupakan alat
yang  digunakan  untuk  melihat  benda-benda  atau  tulisan  yang berukuran kecil. Alat ini biasanya digunakan oleh tukang arlojijam
untuk memperbaiki arloji jam tersebut. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain bola lampu yang
tidak  terpakai,  air  jernih,  obeng,  karet  balon,  tang,  dan  karet gelang.  Cara  membuatnya  yang  pertama  lubangi  bagian  belakang
bola  lampu  dengan  menggunakan  obeng  dan  tang.  Kedua, bersihkan  bagian  dalamnya  hingga  bersih.  Yang  terakhir,
masukkan  air  bening  ke  dalam  bola  lampu,  tutup  bagian belakangnya  dengan  menggunakan  karet  bekas  balon  mainan  dan
ikatlah karet tersebut dengan menggunakan karet gelang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Konsep Batuan
Azmiyawati  2008:125-128  menyatakan  bahwa  berdasarkan
proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak  bumi.  Tiga  jenis  batuan  tersebut  yaitu  batuan  beku  batuan
magma  atau  vulkanik,  batuan  endapan  batuan  sedimen,  dan  batuan
malihan batuan metamorf. 1
Batuan beku Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang
membeku.  Magma  merupakan  benda  cair  yang  sangat  panas  dan terdapat  di  perut  bumi.  Magma  yang  mencapai  permukaan  bumi
disebut  lava.  Yang  termasuk  dalam  batuan  beku  antara  lain  batu oksidan, batu granit, batu basal, batu andesit, dan batu apung.
2 Batuan endapan
Batuan  endapan  adalah  batuan  yang  terbentuk  dari  endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan
yang  terkikis  atau  dari  endapan  sisa-sisa  binatang  dan  tumbuhan. Yang termasuk batu endapan adalah batu konglomerat, batu breksi,
batu pasir, batu serpih, dan batu kapur. 3
Batuan malihan
Batuan malihan metamorf berasal dari batuan sedimen yang
mengalami  perubahan  metamorfosis.  Batuan  sedimen  ini mengalami  perubahan  karena  mendapat  panas  dan  tekanan  dari
dalam  bumi.  Jika  mendapat  panas  terus-menerus,  batuan  ini  akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berubah  menjadi  batuan  malihan.  Yang  termasuk  batu  malihan yaitu batu genes, batu marmer, dan batu sabak.
g. Konsep Pembentukan Tanah
Tanah terbentuk akibat adanya pelapukan batuan. Ada tiga jenis pelapukan,  yaitu pelapukan mekanik atau pelapukan fisika, pelapukan
kimia, dan pelapukan biologi Hermana, 2009:163-165. 1
Pelapukan fisika Pelapukan  fisika  disebabkan  oleh  iklim  atau  cuaca,  suhu,
angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam  menyebabkan  batuan  mudah  melapuk.  Udara  pada  siang
hari  sangat  panas,  pada  malam  hari  sangat  dingin.  Kejadian semacam ini biasanya terjadi di daerah gurun pasir.
Pelapukan  fisika  juga  dapat  disebabkan  oleh  angin  dan  air. Deburan ombak laut di pantai dapat menghancurkan batuan. Proses
hancurnya  batuan  di  tepi  pantai  akibat  hantaman  ombak  laut disebut  abrasi.  Sedangkan  batuan  yang  melapuk  karena  terpaan
angin dan gesekan air disebut erosi. 2
Pelapukan kimia Pelapukan batuan juga dapat terjadi karena proses kimia. Air
dapat  melarutkan  berbagai  zat  termasuk  batuan.  Ada  batuan  yang mengandung  besi,  sehingga  batuan  tersebut  akan  cepat  berkarat
dan  mudah  melapuk.  Unsur  besi  mudah  bereaksi  dengan  oksigen dan air.
Air  hujan  kadang-kadang  juga  mengandung  zat  asam.  Air hujan  yang  bercampur  dengan  gas-gas  sisa  buangan  industri  atau
pabrik  dapat  mengakibatkan  hujam  asam.  Hujan  asam  ini mengakibatkan kerusakan pada batuan.
3 Pelapukan biologi
Pelapukan  biologi  dapat  terjadi  karena  adanya  aktivitas tumbuhan-tumbuhan,  hewan,  dan  manusia.  Biasanya  lumut  kerak
menempel pada batu-batuan yang basah dan lembab. Lumut kerak ini  akan  mengeluarkan  zat  asam  yang  sedikit  demi  sedikit  dapat
menghancurkan  batuan  yang  ditempelinya.  Akibatnya  permukaan batuan menjadi hancur, kemudian melapuk seperti tanah.
Akar dari
suatu tumbuh-tumbuhan,
dapat pula
menghancurkan  batuan  yang  kemudian  menjadi  tanah.  Jadi,  tanah adalah  hasil  campuran  pelapukan  batuan,  pembusukan  sisa-sisa
makhluk hidup, udara, dan air.
h. Konsep Struktur Permukaan Bumi
Menurut  para  ahli  geologi,  struktur  bumi  kita  dari  luar  sampai dalam  adalah  atmosfer,  kerak  bumi  lithosfer,  selubung  mantel
bumi, inti bumi luar, dan inti bumi dalam Hermana, 2009:158-159. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Atmosfer
Permukaan  bumi  diselimuti  oleh  lapisan  atmosfer.  Atmosfer sebagai  pelindung  dari  pancaran  sinar  dan  panas  matahari.
Atmosfer  terdiri  dari  beberapa  lapisan,  yaitu  troposfer,  stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer.
2 Lithosfer
Lithosfer  disebut  juga  kulit  bumi  atau  kerak  bumi.  Lithosfer ini  kira-kira  memiliki  ketebalan  8-40  km.  Pada  ketebalan  16  km
terdiri dari batuan. Pada bagian atas kerak bumi, batuan mengalami pelapukan dan membentuk tanah.
3 Lapisan selubung mantel bumi
Mantel bumi memiliki ketebalan sekitar 2.900 km. Mantel ini terdiri  dari  bahan  batuan  yang  padat.  Lapisan  ini  mengandung
bahan mineral dan silikat. 4
Lapisan inti bumi luar Lapisan  ini  memanjang  setebal  2.250  km.  Di  inti  bumi  luar,
terdapat  lava  pijar  yang  super  panas.  Jadi  lapisan  ini  berupa  zat cair,  suhunya  kurang  lebih  2.200
C.  Lava  ini  diyakini  terdiri  dari unsur besi dan nikel.
5 Lapisan inti bumi dalam
Inti  bumi  bagian  dalam  memiliki  ketebalan  sampai  pusat bumi  setebal  1300  km.  Diyakini  inti  bumi  dalam  ini  berupa  bola
pejal yang terbuat dari bahan yang sangat padat tersusun dari unsur besi dan nikel.
7. Tingkat Pendidikan Orang tua
Ada  beberapa  pengertian  tingkat  yang  ada  dalam  Kamus  Besar Bahasa  Indonesia.  Pertama,  tingkat  adalah  susunan  yang  berlapis-lapis
atau  berlenggak-lenggek  seperti  lenggek  rumah,  tumpuan  pada  tangga jenjang.  Tingkat  juga  berarti  tinggi  rendah  martabat  kedudukan,
jabatan  derajat,  taraf,  kelas  Salim,  1991:  107-108.  Sementara  itu  ada juga yang mengatakan bahwa tingkat dapat diartikan sebagai babak, fase,
stadium, tahap, taraf Endarmoko, 2009: 672. Dari beberapa pengertian tentang tingkat dapat disimpulkan bahwa
tingkat merupakan jenjang. Pengertian  pendidikan  dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia
adalah  proses  pengubahan  cara  berpikir  atau  tata  laku  seseorang  atau sekelompok  orang  dalam  usaha  mendewasakan  manusia  melalui  upaya
pengajaran  dan  latihan,  proses  perbuatan,  dan  cara  mendidik  Tim penyusun  kamus  pusat  bahasa,  2005:  263.  Sementara  itu  ada  juga  yang
mengatakan  bahwa  pendidikan  adalah  menunjukkan  bimbingan,  didikan, edukasi,  kuliah,  kursus,  pelatihan  Endarmoko,  2009:156.  Menurut  UU
No.  20  Tahun  2003,  tentang  sistem  pendidikan  nasional,  pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
potensi  dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan, pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari  berbagai  pendapat  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa
pendidikan  adalah  usaha  seseorang  atau  sekelompok  orang  yang  dengan sadar  dan  terencana  bertujuan  untuk  mengembangkan  potensi  diri  baik
secara  intelektual  maupun  emosional,  dan  berbagai  keterampilan  lainnya dengan cara yang mendidik.
Tingkat  pendidikan  adalah  tahapan  pendidikan  yang  ditetapkan berdasarkan  tingkat  perkembangan  peserta  didik,  tujuan  yang  akan
dicapai  dan  kemampuan  yang  akan  dikembangkan  Ihsan,  2001:  22. Tingkat  pendidikan  merupakan  jenjang  yang  ditempuh  peserta  didik
dalam  mengembangkan  potensi  diri  baik  secara  intelektual  maupun emosional  dan  berbagai  keterampilan  lainnya.  Sehingga,  tingkat
pendidikan  orang  tua  adalah  jenjang  yang  ditempuh  orang  tua  dalam mengembangkan  potensi  diri  baik  secara  intelektual  maupun  emosional
dan  berbagai  keterampilan  lainnya.  Pendidikan  dilihat  dari  sudut tingkatannya menurut Hasbullah 1999: 52-53.
a. Pendidikan Pra sekolah
Pendidikan  pra  sekolah  adalah  suatu  penyelenggaraan  yang diperuntukkan
bagi anak-anak
sebelum memasuki
jenjang pendidikan.
b. Pendidikan Dasar
1 Sekolah Dasar SD atau Madrasah Ibtidaiyah MI.
2 Sekolah  Menengah  Pertama  SMP  atau  Madrasah  Tsanawiyah
MTs. c.
Pendidikan Menengah 1
Sekolah Menengah Umum SMU dan Kejuruan. 2
Madrasah Aliyah MA. d.
Pendidikan Tinggi 1
Akademi 2
Institut 3
Sekolah Tinggi 4
Universitas Keluarga  merupakan  tempat  pertama  anak  memperoleh  pendidikan.
Hal yang diajarkan di lingkungan rumah, akan membentuk kepribadian anak. Pendidikan di lingkungan keluarga paling banyak diperoleh dari orang tuanya
Wulandari, 2014:21. Semakin  tinggi  tingkat  pendidikan  seseorang,  ilmu  pengetahuan  yang
dimilikinya  pastinya  akan  semakin  bertambah.  Orang  tua  yang  mempunyai latar  belakang  pendidikan  yang  berbeda,  pasti  cara  membimbing  anaknya
dalam  belajar  juga  berbeda  Wulandari,  2014:21.  Sedikit  banyak  tingkat pendidikan  orang  tua  akan  berpengaruh  pada  potensikepandaian  anaknya
yang  terlihat  dari  prestasi  belajarnya..  Namun  tingginya  tingkat  pendidikan orang  tua  siswa,  tidak  sepenuhnya  menjamin  siswa  tersebut  tidak  akan
mengalami  miskonsepsi.  Miskonsepsi  terjadi  di  semua  jenjang  pendidikan dan  dapat  terjadi  di  mana-mana  Suparno,  2005:  135.  Miskonsepsi  yang
terjadi  disebabkan  oleh  beberapa  hal,  yaitu  siswa,  guru,  buku  teks,  konteks, dan  metode  mengajar  Suparno,  2005:  29.  Jadi  belum  tentu  siswa  yang
mempunyai  orang  tua  dengan  tingkat  pendidikan  yang  tinggi,  tidak  akan mengalami  miskonsepsi,  dan  sebaliknya.  Siswa  yang  mempunyai  orang  tua
dengan  tingkat  pendidikan  yang  tinggi,  bisa  saja  siswa  tersebut  mengalami miskonsepsi.
B.  Penelitian yang Relevan