C. Kerangka Berpikir
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam
Trianto, 2013: 136. IPA mengajarkan berbagai keterampilan dan sikap ilmiah yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. IPA menjadi mata
pelajaran yang diajarkan sejak tingkat Sekolah Dasar. IPA memuat banyak konsep dan materi. Untuk tingkat SD sendiri materi yang diajarkan adalah
tentang makhluk hidup dan proses kehidupan, benda dan sifat-sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Dari sekian banyak materi yang diajarkan ada beberapa siswa yang salah konsep dalam memahami materi. Kesalahan konsep yang dialami ini
disebut miskonsepsi. Hal yang sama juga dialami beberapa siswa kelas V SD. Masing-masing siswa mengalami miskonsepsi yang berbeda, dengan tingkat
pemahaman konsep yang berbeda-beda pula. Miskonsepsi yang terjadi bisa disebabkan oleh beberapa hal.
Miskonsepsi dapat terjadi di mana-mana Suparno, 2005: 135. Miskonsepsi dapat terjadi di dalam pendidikan formal maupun di luar
pendidikan formal. Apabila miskonsepsi terjadi saat anak menempuh pendidikan formalsekolah, maka miskonsepsi dapat disebabkan guru, metode
mengajar dan buku bahan ajar yang digunakan. Sebenarnya tidak hanya guru, metode mengajar dan bahan ajar yang menyebabkan miskonsepsi, tetapi
juga dapat disebabkan oleh konteks dan siswa itu sendiri, misalnya konsep PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
awal yang dimiliki siswa, tingkat perkembangan siswa, serta minat belajar siswa Suparno, 2005: 29.
Miskonsepsi juga terjadi di luar pendidikan formal yaitu di lingkungan rumah. Siswa biasanya saat ada tugas yang tidak dapat dikerjakan maka akan
bertanya pada orang tua. Dalam hal ini, miskonsepsi yang dialami oleh siswa bisa disebabkan oleh pengetahuan orang tua. Misalnya jika orang tua tidak
paham akan materi yang ditanyakan anak, bisa saja orang tua membuat anak tersebut mengalami miskonsepsi, jadi hal yang diajarkan tidak sesuai dengan
konsep yang sebenarnya. Pengetahuan orang tua dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, ilmu
pengetahuan yang dimilikinya pastinya akan semakin bertambah Wulandari, 2014: 21. Namun tingginya tingkat pendidikan orang tua siswa, tidak
sepenuhnya menjamin siswa tersebut tidak akan mengalami miskonsepsi. Siswa bisa mengalami miskonsepsi dikarenakan hal lain misalnya
kemampuan dan minat belajar yang kurang Suparno, 2005: 40-41. Miskonsepsi
yang dialami
siswa sebaiknya
harus segera
diatasidibenarkan karena jika siswa mengalami miskonsepsi secara berkelanjutan, maka sampai dewasa ia akan mengalami miskonsepsi dan
mungkin akan menurunkan konsep yang salah pada generasi penerusnya. Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui ada tidaknya
miskonsepsi IPA Fisika kelas V SD semester 2 dan profil miskonsepsi IPA Fisika digunakanlah tes sebagai instrumen penelitian. Tes yang digunakan
berupa pilihan ganda dan esai. Menggunakan tes pilihan ganda karena dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hasil tes tersebut dapat diketahui jawaban siswa dan dianalisis siswa tersebut mengalami miskonsepsi pada materikonsep apa. Sedangkan menggunakan
tes esai karena melalui tes esai dapat dilihat sejauh mana tingkat pemahaman siswa pada konsep. Dari hasil tes esai, kemudian jawaban siswa dianalisis
untuk menemukan miskonsepsi yang dialami siswa. Untuk memperkuat data yang sudah diperoleh maka perlu melakukan wawancara dengan beberapa
guru kelas V SD dan beberapa siswa kelas V.
D. Hipotesis Penelitian