2.2.1.4 Unsur-Unsur Pengendalian Intern
Untuk mendapatkan sistem pengendalian intern yang efektif, kita harus memperhatikan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Unsur-unsur inilah
yang merupakan dasar bagi terlaksananya suatu sistem pengendalian intern. Menurut Baridwan 1991: 14-16 unsur-unsur tersebut adalah:
1. Struktur organisasi memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Suatu dasar yang berguna dalam menyusun struktur organisasi perusahaan adalah pertimbangan bahwa organisasi itu harus fleksibel dalam artian
memungkinkan adanya penyesuaian tanpa harus mengadakan perubahan total. Selain itu organisasi yang disusun harus dapat menunjukkan garis-
garis wewenang dan fungsi masing-masing bagian. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu pengendalian yang baik hendaknya struktur
organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional. Pemisahan fungsi-fungsi ini diharapkan dapat mencegah timbulnya kecurangan dan
penyimpangan dalam perusahaan. 2.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari
yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur
pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam
formulir dan dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi, sehingga prosedur pencatatan yang baik akan dihasilkan dan
dapat menghasilkan informasi yang lebih teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi.
Memiliki pengertian bahwa
setiap pegawai dalam perusahaan
melaksanakan setiap tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Misalnya bagian akuntansi baru mencatat utang setelah
menerima dan memeriksa dokumen pendukung transaksi pembelian seperti surat permintaan pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur
dari penjual. Praktek yang sehat ini harus berlaku untuk seluruh prosedur yang ada, sehingga pekerjaan suatu bagian akan langsung dicek oleh
bagian lainnya. 4.
Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Karyawan yang cakap mempengaruhi sukses tidaknya suatu sistem
pengendalian intern, apabla disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur-prosedur yang baik tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak
memenuhi syarat-syarat yang diminta, bisa diharapkan bahwa sistem pengendalian intern juga tidak akan berhasil dengan baik. Untuk
mendapatkan pegawai yang tingkat kecapakannya cukup, langkah-langkah harus dimulai sejak penerimaan pegawai baru, hendaknya dilakukan
seleksi dan test-test agar dapat ditentukan apakah calon pegawai dapat diterima bekerja dalam perusahaan, dan perlu diadakan pelatihan-pelatihan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
agar dapat meningkatkan kecakapan pegawai tersebut. Hal ini dilakukan agar pegawai dapat selalu mengikuti perkembangan perusahaan. Pegawai
yang cukup cakap untuk suatu pekerjaan bukan berarti pegawai yang tingkat pendidikannya paling tinggi, sehingga gaji juga besar, tetapi
mungkin dengan pendidikan menengah sudah cukup tapi dia memiliki keahlian yang cakap dibidangnya.
Sedangkan lima unsur pengendalian internal elements of internal control untuk mencapai empat tujuan pengendalian internal menurut Reeve 1999:184
adalah sebagai berikut : 1.
Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap
manajemen dan karyawan mengenai pentingnya pengendalian. Salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah falsafah
manajemen dan siklus operasi. Manajemen harus menekankan pentingnya pengendalian dan mendorong dipatuhinya kebijakan pengendalian akan
menciptakan lingkungan pengendalian yang efektif. 2.
Penilaian Resiko Semua organisasi menghadapi resiko. Contoh-contoh resiko meliputi
perubahan-perubahan tuntutan pelanggan, ancaman persaingan, perubahan peraturan, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti suku bunga, dan
pelanggaran karyawan atas kebijakan dan prosedur perusahaan. Manajemen harus memperhitungakn resiko ini dan mengambil langkah
penting untuk mengendalikannya sehingga tujuan dari pengendalian
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
internal dapat dicapai. Setelah resiko diidentifikasi, maka dapat dilakukan analisis untuk memperkirakan besarnya pengaruh dari resiko tersebut serta
tingkat kemungkinan terjadinya, dan untuk menentukan tindakan-tindakan yang akan meminimumkannya.
3. Prosedur pengendalian
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa sasaran bisnis akan dicapai, termasuk pencegahan penggelapan,
kita akan membahas secara singkat prosedur pengendalian yang dapat dipadukan dengan sistem akuntansi. Prosedur-prosedur tersebut adalah :
a. Pegawai yang kompeten, perputaran tugas dan cuti wajib
Sistem akuntansi yang baik memerlukan prosedur untuk memastikan bahwa para karyawan mampu melaksanakan tugas yang diembannya.
Karena itu, para karyawan bagian akuntansi harus mendapat pelatihan yang memadai dan diawasi dalam melaksanakan tugasnya. Ada
baiknya juga bila dilakukan perputaran atau rotasi tugas di antara karyawan klerikal dan mengharuskan para karyawan nonklerikal untuk
mengambil cuti. Kebijakan ini mendorong para karyawan untuk menaati prosedur yang digariskan. Disamping itu, kesalahan atau
penggelapan dapat dideteksi. b.
Pemisahan tanggung jawab untuk operasi yang berkaitan Untuk
mengurangi kemungkinan
terjadinya ketidakefisienan,
kesalahan dan penggelapan, maka tanggungjawab untuk operasi yang berkaitan harus dibagi kepada dua orang atau lebih. Misalnya,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tanggungjawab untuk pembelian, penerimaan dan pembayaran atas perlengakpan komputer harus dibagi kepada tiga orang atau
departemen. Jika orang yang sama melakukan pemesanan, memeriksa penerimaan atas barang yang dipesan dan melakukan pembayaran
kepada pemasok, maka penyelewengan bisa terjadi. c.
Pemisahan operasi, pengamanan aktiva dan akuntansi Kebijakan pengendalian harus menetapkan pihak-pihak yang
bertanggungjawab atas berbagai aktifitas usaha. Untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya kesalahan
dan penggelapan,
maka tanggungjawab atas operasi, pengamanan aktiva dan akuntansi harus
dipisahkan. Selanjutnya, catatan akuntansi akan digunakan sebagai alat pengecekan independen terhadap mereka yang bertugas mengamankan
aktiva dan mereka yang berkecimpung dalam operasi usaha. d.
Prosedur pembuktian dan pengamanan Prosedur pembuktian dan pengamanan harus digunakan utnuk
melindungi aktiva dan memastikan bahwa data akuntansi dapat dipercaya. Hal ini dapat diterapkan pada banyak hal seperti prosedur
otorisasi, persetujuan dan rekonsiliasi. 4.
Pemantauan atau monitoring Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan mengidentifikasi di
mana letak kelemahannya dan memperaiki efektifitas pengendalian tersebut. Sistem pengendalian intern dapat dipantau secara rutin atau
melalui evaluasi khusus. Pemantauan rutin bisa dilakukan dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mengamati perilaku karyawan dan tanda-tanda peringatan dari sistem akuntansi tersebut.
5. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan unsur dasar dari pengendalian intern. Informasi mengenai lingkungan pengendalian, penilaian resiko,
prosedur pengendalian dan pemantauan diperlukan oleh manajemen untuk mengarahkan operasi dan memastikan terpenuhinya tuntutan-tuntutan
pelaporan serta peraturan yang berlaku.
2.2.1.5 Kegiatan Pengendalian Intern