35
estimasi yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :
1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.
2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya
disajikan. 3.
Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif. 4.
Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat misalnya lebih dari 0,9.
f. Evaluasi Model.
Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :
1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan
perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter. 2.
Normalitas dan Linieritas. 3.
Outliers. 4.
Multicolinierity and Singularity.
3.4.5. Uji Hipotesis
Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data
yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.
36
a. χ
2
Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau
memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ
Chi Square Statistic.
2
b. RMSEA The Root Mean Square Error of Approximation
semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar
ρ 0,05 atau ρ 0,10.
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-
of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat
diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom.
c. GFI Goodness of Fit Index.
Indeks keseusaian fit index ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi
yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 poor fit sampai dengan 1.0 perfect fit.
Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit. d.
AGFI Adjusted Goodness-of-Fit Index. GFI adalah analog dari R
2
dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan
yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau
37
lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks
kovarians sampel. e.
CMINDF. The Minimum Sample Discrepancy Function CMIN dibagi dengan degree of
freedomnya akan menghasilkan indeks CMINDF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya
sebuah model. Nilai χ
2
f. TLI Tucker Lewis Indeks
relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang
direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very
good fit. g.
CFI Comparative Fit Index. Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana
semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi a
very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,95.
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan
Pada awal berdirinya PT. Kalista Prima didirikan dengan nama PT. Indofarmayang bergerak dalam bidang obat-obatan. Saat itu PT. Indofarma
hanya melayani toko obat dan apotek saja. Kemudian pada tahun 1979, PT. Indofarma mengalami permasalahan dalam tubuh manajemennya sehingga pada
akhirnya salah seorang pemegang saham PT. Indofarma berminat membelinya. Segala bentukmanajemennya juga diubah oleh pemiliknya.
Sejak berpindah manajemen baru, nama PT. Indofarma berubah menjadi PT. Kalista Prima dan mengalami perkembangan pesat dengan memiliki cabang
dimana-mana serta berkantor pusat di Surabaya. Dengan perkembangan yang semakin pesat maka tahun 1995 PT. Kalista
Prima memutuskan untuk menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan jasanya. Jika dahulu hanya menggunakan mesin ketik manual, sejak saat itu
semua layanannya sudah terkomputerisasi dan bisa terhubung ke seluruh wilayah cabangnya di seluruh Indonesia. Saat ini PT. Kalista prima tidak hanya melayani
toko obat dan apotek saja, tetapi juga melayani rumah sakit, serta klinik-klinik bersama. PT. Kalista Prima mendapatkan barang prinsipalnya dari 15 pabrik
antara lain Kalbe, Interbat, dan sebagainya.