Gambaran Klinis Penderita Kekurangan Gizi Kerangka Teori Kerangka Konsep

xxviii 4. Penyerapan makanan dalam sistem pencernaan yang mengalami gangguan. 2 Contohnya: a. Penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya obat anti kejang defisiensi berbagai zat gizi b. Malabsorpsi defisiensi kalori, vitamin A,D,E,K, protein, Ca, Mg, dan Zn c. Adanya parasitkumandefisiensi Fe 5. Gangguan pengguaan gizi setelah diserap. 2 Contohnya: Adanya kelainan metabolisme dari bawaan faktor keturunan

2.3. Gambaran Klinis Penderita Kekurangan Gizi

Gambaran klinis penderita kekurangan gizi berupa pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah sehingga tubuh kelihatan kurus. Perubahan yang terjadi pada kulit adalah kulit menjadi kering dan kasar. Apabila terjadi luka atau trauma, maka akan terjadi hyperpigmentasi pada kulit. Kuku menjadi rapuh dan mudah retak. Rambut akan kelihatan tipis, sedikit, mudah rontok dan berwarna coklat kemerah-merahan. 18

2.4. Manifestasi Oral akibat Kekurangan Gizi

Manifestasi oral yang sering terjadi oleh karena kekurangan gizi adalah Early Childhood Caries ECC, Gangguan Perkembangan Enamel, Penyakit Mukosa Oral, serta Penyakit periodontal. 4,5,6 Universitas Sumatera Utara xxix

2.4.1. Early Childhood Caries

Early Childhood Caries atau sering disebut juga nursing caries, nursing bottle caries, rampant caries, baby bottle tooth decay, milk bottle caries, labial caries and caries of the incisors adalah karies yang mengenai gigi-gigi anterior sulung, molar bawah sulung dan kaninus bawah yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni, bakteri kariogenik, karbohidrat, host pejamu, dan waktu. Kekurangan energi protein paa saat pembentukan gigi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap karies, erupsi yang terlambat. Selain itu, berpengaruh juga terhadap kelenjar saliva sehingga resiko terjadinya karies meningkat. 7,8

2.4.2. Gangguan Perkembangan Enamel

Gigi merupakan struktur paling padat dalam tubuh dengan kandungan kalsium terbesar. Defisiensi kalsium saat perkembangan menyebabkan enamel hipoplasia, dan akhirnya meningkatkan insidensi karies. Defisiensi vitamin A, D dan Kekurangan Energi-Protein dikaitkan dengan hipoplasia enamel dan atropi kelenjar saliva. Penggunaan floride yang berlebihan saat enamel sedang terbentuk sampai dengan usia 6 tahun dapat menyebabkan flourosis gigi. 4,16

2.4.3. Penyakit Mukosa Oral

Jaringan rongga mulut terdiri dari sel-sel yang selalu mengalami pergantian sehingga memerlukan pasokan nutrisi yang cukup. Kekurangan gizi dapat menyebabkan atrofi, peradangan dan terbentuknya celah fissure pada mukosa bibir, dan angular cheilitis, yang sebagian besar disebabkan tingginya proses pergantian sel di labial commisures. Status nutrisi yang suboptimum juga akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi mulut. 17 Recurrent apthous stomatitis, glossitis, serta angular cheilitis merupakan penyakit pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh kekurangan gizi terutama vitamin B dan defisiensi zat besi. 18 Universitas Sumatera Utara xxx

2.4.3.1. Recurrent Apthous Stomatitis

Recurrent Apthous Stomatitis RAS kondisi pada mukosa oral yang menyakitkan yang paling sering ditemui pada pasien. Berupa lesi yang muncul berulang-ulang, berjumlah lebih dari satu, kecil, berbentuk lingkaran atau oval dengan batas jelas dan dasar berwarna kuning atau abu-abu dan dikelilingi oleh erythematous haloes. 19 Dapat digolongkan menjadi tiga variasi klinis menurut klasifikasi oleh Stanley: 1. RAS minor dikenal juga dengan Miculiz’s aptahe. Merupakan varian yang paling umum dijumpai, hampir 80 dari RAS tersebut. Berukuran dari 8 hingga 10 mm, dijumpai pada permukaan mukosa non-keratin misalnya, mukosa labial, mukosa bukkal, dan dasar mulut. 19 2. RAS mayor dikenal juga dengan penyakit Sutton. Ditemukan pada 10-15 pasien. Berukuran lebih dari 1 cm. Lokasi yang paling sering terkena adalah bibir, palatum lunak. Dorsum lidah dan gingiva sering terlibat. Ulkus menetap selama 6 minggu dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. 19 3. Herpertiform ulceration dicirikan ulkus berulang dan banyak; berjumlah lebih dari 100. Berdiameter kecil 3-4 mm. Lesi-lesi tersebut dapat menyatu membentuk ulkus besar yang tidak beraturan. 19

2.4.3.2. Glossitis

Glositis adalah suatu kondisi yan dicirikan dengan lidah yang membesar, smooth-looking tongue yang disertai dengan perubahan warna. Gambaran klinisnya adalah hilangnya papila-papila lidah dan lidah membengkak. 20

2.4.3.3. Angular Cheilitis

Angular cheilosis atau dikenal juga dengan perleche merupakan lesi yang terjadi pada sudut mulut. Pada kebanyakan kasus, disebabkan oleh infeksi bakteri pada saliva yang berkumpul pada lapisan kulit yang tipis pada sudut mulut. Penyebab Universitas Sumatera Utara xxxi lain dari penyakit ini adalah defisiensi dari vitamin dan mineral tertentu, contohnya zat besi dan vitamin B. 21 Gejala umum dari penyakit ini adalah mulut kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur yan diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Gambaran klinis yang paling sering adalah berupa daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga atau dapat berupa atropi, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. 22

2.4.4. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal termasuk inflamasi gingiva dan kehilangan perlekatan jaringan lunak dengan gigi serta resorpsi tulang alveolar yang akhirnya kehilangan gigi, umumnya dialami oleh orang dewasa, namun dapat juga dialami oleh orang muda. 16 Meskipun bukti ilmiah mendukung fakta bahwa patogenesis dari periodontitis melibatkan bakteri anaerob rongga mulut dan kerusakan jaringan sebagai hasil dari interaksi kompleks antara bakteri patogen dengan respons pejamu terhadap infeksi, beberapa faktor lokal dan sistemik dikaitkan dengan resiko ataupun tingkat keparahan penyakit periodontal. Gizi berperan penting dalam menjaga kesehatan jaringan periodontal, dan aspek nutrisi yang lain sebagai faktor pendukung yang lain. 18 Universitas Sumatera Utara xxxii Manifestasi Oral

2.5. Kerangka Teori

` 1. Karies 2. Gangguan Perkembangan Enamel 3. Penyakit Mukosa Oral - Recurrent Apthous Stomatitis - Glossitis - Cheilosis 4. Penyakit Periodontal Kurang Gizi Penilaian Status Gizi Gambaran Klinis 1. Pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah sehingga tubuh kelihatan kurus 2. Kulit kering dan kasar 3. Hyperpigmentasi pada kulit saat terjadi luka atau trauma 4. Kuku menjadi rapuh dan mudah retak 5. Rambut kelihatan tipis, sedikit, mudah rontok dan berwarna coklat kemerah- merahan Antropometri Pemeriksaan Klinis Biokimia Biofisik Universitas Sumatera Utara xxxiii

2.6. Kerangka Konsep

MANIFESTASI ORAL 1. Karies 2. Gangguan Perkembangan Enamel 3. Penyakit Mukosa Oral - Recurrent Apthous Stomatitis - Glossitis - Cheilosis 4. Penyakit Periodontal Kurang Gizi ANTROPOMETRI Gambaran Klinis Universitas Sumatera Utara xxxiv

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi manifestasi oral yang terdapat pada penderita kekurangan gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan karena tahun 2012 ditemukannya 31 penderita kekurangan gizi dan dirawat di puskesmas ini. Waktu penelitian adalah Agustus 2013. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah pasien balita yang dirawat di Puskesmas Padang Bulan Medan pada bulan Juli 2013 - Agustus 2013.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah para balita penderita kekurangan gizi yang dirawat di Posyandu di lingkungan Puskesmas Padang Bulan Medan. Metode pemilihan sampel adalah dengan accidental non probability sampling dimana pemilihan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria pada waktu yang ditentukan sesuai dengan konteks penelitian. 24 A. Kriteria inklusi kelompok sampel penderita kekurangan gizi : Balita kekurangan gizi laki-laki dan perempuan usia 0-59 bulan Pasien yang dapat membuka mulut dengan baik Universitas Sumatera Utara