xxix
2.4.1. Early Childhood Caries
Early Childhood Caries atau sering disebut juga nursing caries, nursing bottle caries, rampant caries, baby bottle tooth decay, milk bottle caries, labial caries and
caries of the incisors adalah karies yang mengenai gigi-gigi anterior sulung, molar bawah sulung dan kaninus bawah yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni,
bakteri kariogenik, karbohidrat, host pejamu, dan waktu. Kekurangan energi protein paa saat pembentukan gigi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap
karies, erupsi yang terlambat. Selain itu, berpengaruh juga terhadap kelenjar saliva sehingga resiko terjadinya karies meningkat.
7,8
2.4.2. Gangguan Perkembangan Enamel
Gigi merupakan struktur paling padat dalam tubuh dengan kandungan kalsium terbesar. Defisiensi kalsium saat perkembangan menyebabkan enamel hipoplasia, dan
akhirnya meningkatkan insidensi karies. Defisiensi vitamin A, D dan Kekurangan Energi-Protein dikaitkan dengan hipoplasia enamel dan atropi kelenjar saliva.
Penggunaan floride yang berlebihan saat enamel sedang terbentuk sampai dengan usia 6 tahun dapat menyebabkan flourosis gigi.
4,16
2.4.3. Penyakit Mukosa Oral
Jaringan rongga mulut terdiri dari sel-sel yang selalu mengalami pergantian sehingga memerlukan pasokan nutrisi yang cukup. Kekurangan gizi dapat
menyebabkan atrofi, peradangan dan terbentuknya celah fissure pada mukosa bibir, dan angular cheilitis, yang sebagian besar disebabkan tingginya proses pergantian sel
di labial commisures. Status nutrisi yang suboptimum juga akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi mulut.
17
Recurrent apthous stomatitis, glossitis, serta angular cheilitis merupakan penyakit pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh kekurangan gizi terutama
vitamin B dan defisiensi zat besi.
18
Universitas Sumatera Utara
xxx
2.4.3.1. Recurrent Apthous Stomatitis
Recurrent Apthous Stomatitis RAS kondisi pada mukosa oral yang menyakitkan yang paling sering ditemui pada pasien. Berupa lesi yang muncul
berulang-ulang, berjumlah lebih dari satu, kecil, berbentuk lingkaran atau oval dengan batas jelas dan dasar berwarna kuning atau abu-abu dan dikelilingi oleh
erythematous haloes.
19
Dapat digolongkan menjadi tiga variasi klinis menurut klasifikasi oleh Stanley: 1. RAS minor dikenal juga dengan Miculiz’s aptahe. Merupakan varian yang
paling umum dijumpai, hampir 80 dari RAS tersebut. Berukuran dari 8 hingga 10 mm, dijumpai pada permukaan mukosa non-keratin misalnya, mukosa labial, mukosa
bukkal, dan dasar mulut.
19
2. RAS mayor dikenal juga dengan penyakit Sutton. Ditemukan pada 10-15 pasien. Berukuran lebih dari 1 cm. Lokasi yang paling sering terkena adalah bibir,
palatum lunak. Dorsum lidah dan gingiva sering terlibat. Ulkus menetap selama 6 minggu dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.
19
3. Herpertiform ulceration dicirikan ulkus berulang dan banyak; berjumlah lebih dari 100. Berdiameter kecil 3-4 mm. Lesi-lesi tersebut dapat menyatu
membentuk ulkus besar yang tidak beraturan.
19
2.4.3.2. Glossitis
Glositis adalah suatu kondisi yan dicirikan dengan lidah yang membesar, smooth-looking tongue yang disertai dengan perubahan warna. Gambaran klinisnya
adalah hilangnya papila-papila lidah dan lidah membengkak.
20
2.4.3.3. Angular Cheilitis
Angular cheilosis atau dikenal juga dengan perleche merupakan lesi yang terjadi pada sudut mulut. Pada kebanyakan kasus, disebabkan oleh infeksi bakteri
pada saliva yang berkumpul pada lapisan kulit yang tipis pada sudut mulut. Penyebab
Universitas Sumatera Utara
xxxi
lain dari penyakit ini adalah defisiensi dari vitamin dan mineral tertentu, contohnya zat besi dan vitamin B.
21
Gejala umum dari penyakit ini adalah mulut kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur yan diikuti dengan rasa
terbakar pada sudut mulut. Gambaran klinis yang paling sering adalah berupa daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga atau dapat berupa atropi, ulser, krusta dan
pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang.
22
2.4.4. Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal termasuk inflamasi gingiva dan kehilangan perlekatan jaringan lunak dengan gigi serta resorpsi tulang alveolar yang akhirnya kehilangan
gigi, umumnya dialami oleh orang dewasa, namun dapat juga dialami oleh orang muda.
16
Meskipun bukti ilmiah mendukung fakta bahwa patogenesis dari periodontitis melibatkan bakteri anaerob rongga mulut dan kerusakan jaringan sebagai hasil dari
interaksi kompleks antara bakteri patogen dengan respons pejamu terhadap infeksi, beberapa faktor lokal dan sistemik dikaitkan dengan resiko ataupun tingkat keparahan
penyakit periodontal. Gizi berperan penting dalam menjaga kesehatan jaringan periodontal, dan aspek nutrisi yang lain sebagai faktor pendukung yang lain.
18
Universitas Sumatera Utara
xxxii
Manifestasi Oral
2.5. Kerangka Teori
`
1. Karies 2. Gangguan Perkembangan
Enamel 3. Penyakit Mukosa Oral
- Recurrent Apthous Stomatitis - Glossitis
- Cheilosis 4. Penyakit Periodontal