Jenis-jenis jenjang sekolah Status Sekolah

rendah, serta orang tua yang kurang terlibat dalam kegiatan sekolah mereka, lebih banyak polusi dan ramai, rumah berisik, dan lebih berbahaya memburuknya lingkungan. Dengan adanya pendapat tersebut dapat memungkinkan mereka malas untuk belajar dan menimbulkan perilaku menyimpang di sekolah, seperti menyontek.

F. Penelitian yang Relevan

1. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan perilaku Menyontek

Penelitian ini dilakukan oleh Alvianto, 2008 Universitas Sanata Dharma. Penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Dukun Kecamatan Muntilan yang berjumlah 70 orang, menunjukkan bahwa terdapat hubugan negatif yang signifikan antara variabel motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek r=-0.577, signifikansi 0.000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyonteknya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka semakin tinggi tingkat perilaku menyonteknya.

2. Perbedaan Sikap antara Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan

Terhadap Perilaku Menyontek dalam Ujian di Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dilakukan oleh Meidiana 2005 Universitas Sanata Dharma. Penelitian pada mahasiswa USD yang berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan, menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap antara mahasiswa laki-laki dan perempuan terhadap perilaku menyontek. Perbandingan nilai mean pada mahasiswa laki-laki sebesar 132.07 dan pada perempuan sebesar 110.90. Hal ini menunjukkan bahwa sikap mahasiswa laki-laki lebih permisif daripada perempuan terhadap perilaku menyontek dalam ujian di USD.

G. Kerangka Berpikir

1. Perilaku Siswa Terhadap Menyontek ditinjau dari Status Sekolah.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang digunakan untuk proses belajar mengajar. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang terbagi menjadi dua macam yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non- pemerintah atau masyarakat, penyelenggara sekolah swasta biasanya berupa badan maupun yayasan pendidikan melalui suatu badan atau organisasi tertentu, tanpa mendapat bantuan dari pemerintah. Status sekolah yang baik adalah sekolah yang dianggap berpotensi untuk memberikan masa depan yang baik bagi siswa. Ada dugaan bahwa sekolah swasta memiliki intensitas menyontek yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah negeri, hal ini disebabkan karena sekolah negeri lebih memiliki kelebihan dalam hal fasilitas serta gurupendidik. Sekolah negeri memliki fasilitas yang lengkap. Sehingga akan lebih menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Jika dilihat dari guru pendidik sekolah negeri memiliki banyak guru dengan begitu akan lebih mudah mengawasi siswa nya di sekolah. Sedangkan sekolah swasta hanya memiliki sedikit guru, dengan begitu akan kesulitan dalam mengawasi siswanya di sekolah, ditambah lagi guru-guru di sekolah swasta merupakan guru honorer. Tidak seperti di negeri yang merupakan pegawai tetap. Selain itu perbedaan peraturan yang ditetapkan antara sekolah negeri dan swasta juga berbeda. Sekolah negeri cenderung lebih ketat dalam hal peraturan di sekolah, sehingga siswa di sekolah negeri lebih disiplin dalam proses belajar mengajar di sekolah dengan begitu siswa akan lebih tertib dan juga akan berperilaku baik di sekolah. Status sekolah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap siswa setelah lulus dari bangku sekolah menengah pertama. Dengan kata lain baik-buruknya status sekolah dan iklim sekolah akan mempengaruhi kebiasaan siswa menjadi baik juga. Sehingga peneliti menduga bahwa ada perbedaan perilaku menyontek berdasarkan dan status sekolah.

2. Perilaku Siswa Terhadap Menyontek Ditinjau dari Tingkat Penghasilan

Orang Tua Semakin tinggi tingkat penghasilan orang tua akan dapat memenuhi segala fasilitas yang diperlukan anak dalam belajar misalnya selain dapat menempuh pendidikan formal, si anak juga dapat menempuh pendidikan nonformal seperti mengikuti bimbel atau les privat. Hal tersebut membuat anak lebih semangat dalam belajar dan lebih memahami materi yang diajarkan di sekolah sehingga anak tidak melakukan tindakan menyontek. Sebaliknya, semakin rendah tingkat penghasilan orang tua tidak dapat memenuhi fasilitas yang diperlukan si anak dalam belajar sehingga membuat anak dituntut untuk memikirkan kebutuhan lain yang akhirnya anak tidak ada waktu untuk belajar, kelelahan dan cenderung melakukan tindakan menyontek pada saat ujian. Sebuah tinjauan lingkungan kemiskinan anak menyimpulkan bahwa dibandingkan dengan rekan-rekan yang lebih diuntungkan secara ekonomi, anak-anak miskin mengalami kesengsaraan. Menurut Evans 2004 dalam Santrock 2014 : 163 lebih banyak konflik keluarga, kekerasan, kekacauan dan pemisahan keluarga dari mereka, kurang dukungan sosial, kurang stimulasi intelektual, lebih banyak polusi dan ramai, rumah berisik, dan lebih berbahaya, memburuknya lingkungan. Dengan adanya pendapat tersebut dapat memungkinkan mereka malas untuk belajar dan dapat menimbulkan perilaku penyimpangan di sekolah, seperti menyontek. Teori-teori dan penjelasan yang didapat, sehingga peneliti menduga ada perbedaan sikap terhadap perilaku menyontek berdasarkan tingkat penghasilan orang tua.

H. Paradigma Penelitian

Keterkaitan antara variabel-variabel penelitian dapat disusun dalam suatu paradigma sebagai berikut:

I. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis 1 Ho= Tidak ada perbedaan perilaku siswa terhadap menyontek yang ditinjau dari status sekolah. Ha= Ada perbedaan perilaku siswa terhadap menyontek yang ditinjau dari status sekolah. 2. Hipotesis 2 Ho= Tidak ada perbedaan perilaku siswa terhadap menyontek yang ditinjau dari tingkat penghasilan orang tua. Ha= Ada perbedaan perilaku siswa terhadap menyontek yang ditinjau dari tingkat penghasilan orang tua. Status Sekolah X1 Tingkat Penghasilan Orang Tua