Persepsi siswa, guru dan orang tua terhadap ujian nasional ditinjau dari status sekolah : studi kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta.
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA
TERHADAP UJIAN NASIONAL DITINJAU DARI STATUS SEKOLAH Studi Kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta
Hantoro Budiarto Universitas Sanata Dharma
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(1) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang bersekolah di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C; (2) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C; (3) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan populasi penelitian yaitu siswa-siswi kelas XII IPS, guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi/Akuntansi yang mengajar kelas XII IPS serta orang tua siswa-siswi kelas XII IPS yang menjadi subjek penelitian pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu cluster sampling dan diperoleh 225 untuk sampel siswa; 38 untuk sampel guru; 136 untuk sampel orang tua. Data dalam penelitian ini, yang meliputi persepsi siswa, guru, dan orang tua dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan Skala Likert yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas; sedangkan data mengenai akreditasi sekolah dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan One Way ANOVA dengan bantuan komputer program SPSS versi 11,5 for Windows.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara yang bersekolah di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C (sign value = 0,073 > α = 0,05); (2) tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C (sign value = 0,558 > α = 0,05); (3) ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C (sign value = 0,024 < α = 0,05).
(2)
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF STUDENTS, TEACHERS AND
STUDENTS’ PARENTS TOWARDS THE NATIONAL EXAMINATION PERCEIVED FROM THE SCHOOL STATUS
A Case Study in the Senior High Schools in Yogyakarta Hantoro Budiarto
The University of Sanata Dharma 2008
The purpose of this research is to understand: (1) whether there are any significant perceptive differences towards National Examination among students who study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C; (2) whether there are any significant perceptive differences towards National Examination among teachers who teach in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C; (3) whether there are any significant perceptive differences towards National Examination among parents whose children study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C.
This research is a case study research with research population namely social studies (IPS) students grade XII; teachers of Indonesian Language, English, and Economics/Accounting who teach social studies (IPS) grade XII students; and the parents of social studies (IPS) grade XII students. They became the subject of the research in senior high schools (SMA) in Yogyakarta. The technique of taking the samples in this research was cluster sampling. The samples were 225 students, 38 teachers, and 136 parents. The data in this research include the perception of the students, teachers, and parents obtained by using questionnaire with Likert Scale to examine its validity and its reliability; whereas the data about the credited schools were obtained by using documentation technique. The technique of analysing this research was One Way ANOVA with the help of SPSS version 11.5 for Windows computer program.
This result of the investigation shows that: (1) there isn’t any significant perceptive difference towards National Examination among students who study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C (sign value = 0.073 > α = 0.05); (2) there isn’t any significant perceptive difference towards National Examination among teachers who teach in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C (sign value = 0.558 > α = 0.05); (3) there is any significant perceptive difference towards National Examination among parents whose children study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C (sign value = 0.024 < α = 0.05).
(3)
PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA
TERHADAP UJIAN NASIONAL DITINJAU DARI STATUS SEKOLAH Studi Kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Hantoro Budiarto
NIM: 031334010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
(4)
(5)
(6)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
Mami dan Papi tercinta
Kakakku yang kukasihi
Keponakanku yang lucu-lucu (Kevin, Nico, Michael, Helen, dan Richie)
(7)
MOTTO
Keinginan untuk belajar akan meningkatkan pengetahuan, Pengetahuan meningkatkan kebijaksanaan, Dengan kebijaksanaan, tujuan dapat diketahui, Mengetahui tujuan akan membawa kebahagiaan (Thera Gāthā 141)
Apalah artinya kerugian karena kehilangan harta benda Kerugian terbesar adalah kehilangan kebijaksanaan
Apalah artinya keuntungan karena mendapatkan harta benda Keuntungan terbesar adalah mendapatkan kebijaksanaan (Buddha Gotama)
Jadikanlah harimu produktif, Apakah sedikit atau banyak. Karena setiap siang dan malam yang berlalu, Kehidupanmu berkurang sebanyak itu. (Thera Gatha 451)
(8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 28 Januari 2008
Penulis,
Hantoro Budiarto
(9)
KATA PENGANTAR
Berkat kesempurnaan Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Tiratana, maka Skripsi yang berjudul “ PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA DITINJAU DARI STATUS SEKOLAH Studi Kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
(10)
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.S. yang telah menyempurnakan abstrak dalam Bahasa Inggris
8. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
9. Kepala SMA Negeri 2, SMA PIRI, SMA BOPKRI 1, SMA Marsudi Luhur, SMA Institut Indonesia, SMA BOPKRI 3, SMA Santo Thomas, SMA Gadjah Mada, SMA 17 “1”, SMA Gotong Royong; yang telah memberikan izin sebagai tempat penelitian untuk penulisan skripsi ini.
10.Mami dan Papi yang selalu memberikan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi serta studi dengan baik.
11.Kakak-kakak ku yang telah memberikan banyak bantuan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi serta studi dengan baik.
12.Bhante Sri Pannyavaro Mahathera yang telah banyak memberikan inspirasi hidup melalui kotbah dan tulisannya.
13.Mas Waluyo yang telah banyak memberikan bantuan demi selesainya skripsi ini. 14.Pak Widiyono yang membantu dalam penyusunan abstrak Bahasa Inggris.
(11)
15.Teman-teman bimbingan Skripsi (Yayik, Henni, Richa) yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
16.Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan.
17.Teman-teman umat Vihara Karangdjati ( Pak Supri, Pak Fonda, Pak Karwan, Om Bing, Pak Herry “ genggong”, Steven Basuki Sasongko) yang telah banyak memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadikan Vihara Karangdjati sebagai tempat untuk melatih kesabaran dan kebijaksanaan.
18.Teman-teman se-kontrakan (Ian “olok-olok”, Andre, Ahau, Sandy, Herman, Robert, Widya, dan Willy) yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan Skripsi ini.
19.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam studi maupun dalam penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak tersebut membuahkan kebahagiaan. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belumlah sempurna, maka dari itu mohon masukan dan saran dari pembaca.
May all beings be well dan happy.
Yogyakarta, 28 Januari 2008 Penulis,
Hantoro Budiarto
(12)
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA
TERHADAP UJIAN NASIONAL DITINJAU DARI STATUS SEKOLAH Studi Kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta
Hantoro Budiarto Universitas Sanata Dharma
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(1) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang bersekolah di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C; (2) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C; (3) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan populasi penelitian yaitu siswa-siswi kelas XII IPS, guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi/Akuntansi yang mengajar kelas XII IPS serta orang tua siswa-siswi kelas XII IPS yang menjadi subjek penelitian pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
cluster sampling dan diperoleh 225 untuk sampel siswa; 38 untuk sampel guru; 136 untuk sampel orang tua. Data dalam penelitian ini, yang meliputi persepsi siswa, guru, dan orang tua dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan Skala Likert yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas; sedangkan data mengenai akreditasi sekolah dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan One Way ANOVA dengan bantuan komputer program SPSS versi 11,5 for Windows.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara yang bersekolah di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C (sign value = 0,073 > α = 0,05); (2) tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C (sign value = 0,558 > α = 0,05); (3) ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, B, dan C (sign value = 0,024 < α = 0,05).
(13)
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF STUDENTS, TEACHERS AND
STUDENTS’ PARENTS TOWARDS THE NATIONAL EXAMINATION PERCEIVED FROM THE SCHOOL STATUS
A Case Study in the Senior High Schools in Yogyakarta Hantoro Budiarto
The University of Sanata Dharma 2008
The purpose of this research is to understand: (1) whether there are any significant perceptive differences towards National Examination among students who study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C; (2) whether there are any significant perceptive differences towards National Examination among teachers who teach in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C; (3) whether there are any significant perceptive differences towards National Examination among parents whose children study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C.
This research is a case study research with research population namely social studies (IPS) students grade XII; teachers of Indonesian Language, English, and Economics/Accounting who teach social studies (IPS) grade XII students; and the parents of social studies (IPS) grade XII students. They became the subject of the research in senior high schools (SMA) in Yogyakarta. The technique of taking the samples in this research was cluster sampling. The samples were 225 students, 38 teachers, and 136 parents. The data in this research include the perception of the students, teachers, and parents obtained by using questionnaire with Likert Scale to examine its validity and its reliability; whereas the data about the credited schools were obtained by using documentation technique. The technique of analysing this research was One Way ANOVA with the help of SPSS version 11.5 for Windows
computer program.
This result of the investigation shows that: (1) there isn’t any significant perceptive difference towards National Examination among students who study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C (sign value = 0.073 > α = 0.05); (2) there isn’t any significant perceptive difference towards National Examination among teachers who teach in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C (sign value = 0.558 > α = 0.05); (3) there is any significant perceptive difference towards National Examination among parents whose children study in senior high schools (SMA) which have been credited A, B, and C (sign value = 0.024 < α = 0.05).
(14)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ……... ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK .………... x
ABSTRACT ……… ... xi
DAFTAR ISI... ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A.Deskripsi Teori... 9
(15)
1. Persepsi ... 9
a. Pengertian Persepsi ... 9
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Persepsi ... 10
c. Syarat Terjadinya Persepsi ... 11
2. Evaluasi ... 12
a. Pengertian Evaluasi ... 12
b. Fungsi Evaluasi ... 14
c. Tujuan Evaluasi... 16
d. Kegunaan Evaluasi... 17
e. Prinsip-prinsip Dasar Evaluasi ... 17
3. Ujian Nasional... 18
a. Pengertian Ujian Nasional... 18
b. Tujuan Pelaksanaan Ujian Nasional... 19
c. Fungsi Ujian Nasional ... 21
4. Akreditasi Sekolah ... 23
a. Pengertian Akreditasi Sekolah ... 23
b. Tujuan Akreditasi Sekolah... 23
c. Fungsi Akreditasi Sekolah ... 27
d. Prinsip-prinsip Akreditasi Sekolah ... 28
e. Kriteria Penilaian Akreditasi Sekolah ... 29
B. Kerangka Berpikir ... 30
(16)
C. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 38
1. Variabel Penelitian ... 38
2. Pengukurannya... 39
F. Teknik Pengumpulan Data... 42
G. Pengujian Instrumen Penelitian... 42
1. Pengujian Validitas ... 42
2. Pengujian Reliabilitas ... 46
H. Teknik Analisis Data... 47
1. Pengujian Prasyarat Analisis... 47
2. Pengujian Hipotesis... 50
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Analisis Data ... 53
1. Deskripsi Data... 53
2. Deskripsi Variabel Penelitian... 55
3. Pengujian Hipotesis... 60
B. Pembahasan ... 66
(17)
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran... 73
C. Keterbatasan... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN... 79
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Interpretasi Penilaian Akreditasi Sekolah …….………... 30
Tabel 3.1 Tabel Skoring Berdasarkan Skala Likert ……….…….………... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Ujian Nasional ... 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional ... 41
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Orang Tua terhadap Ujian Nasional ... 41
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Ujian Nasional dari Aspek Pedagogis, Sosial dan Psikologis, Yuridis serta Ekonomi……….……....………… 44
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional dari Aspek Pedagogis, Sosial dan Psikologis, Yuridis serta Ekonomi……….……....………… 45
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Orang Tua terhadap Ujian Nasional dari Aspek Pedagogis, Sosial dan Psikologis, Yuridis serta Ekonomi……….……....………… 45
Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas……… …….………... 49
Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas…….…….………... 50
Tabel 4.1 Persepsi Siswa terhadap Ujian Nasional……….. 55
Tabel 4.2 Interpretasi Persepsi Siswa terhadap Ujian Nasional………... 55
Tabel 4.3 Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional……….. 57
(19)
Tabel 4.4 Interpretasi Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional………... 57 Tabel 4.5 Persepsi Orang Tua terhadap Ujian Nasional………. 59 Tabel 4.6 Interpretasi Persepsi Orang Tua terhadap Ujian Nasional…... 59 Tabel 4.7 Hasil Pengujian Anova tentang Persepsi Siswa terhadap
Ujian Nasional pada Sekolah Terakreditasi A, B, dan C …… 61 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Anova tentang Persepsi Guru terhadap
Ujian Nasional pada Sekolah Terakreditasi A, B, dan C …… 63 Tabel 4.9 Hasil Pengujian Anova tentang Persepsi Orang Tua terhadap
Ujian Nasional pada Sekolah Terakreditasi A, B, dan C …… 64 Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Pengujian Tukey-HSD ..…….……… 65
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Sebelum Validasi ……… 79
Lampiran 2 Kuesioner Setelah Validasi ………. 94
Lampiran 3 Data Pra Penelitian... ………….. 108
Lampiran 4 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen...….. 112
Lampiran 5 Data Induk Penelitian… ……….…… 127
Lampiran 6 Hasil Pengujian Normalitas.………. . 153
Lampiran 7 Hasil Pengujian Homogenitas.………. 158
Lampiran 8 Deskripsi Variabel Penelitian ………. 159
Lampiran 9 Kategori Kecenderungan Variabel ………. 162
Lampiran 10 Hasil Pengujian Hipotesis ……….. 165
Lampiran 11 Tabel r dan F ………. 171
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian ……….. 177
(21)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan proses untuk membuat manusia Indonesia menjadi cerdas. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 232) pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di dalam pengertian pendidikan di atas, mendewasakan manusia melalui kegiatan pengajaran dan pelatihan. Pengajaran dan pelatihan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non-formal.
Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan itu diuraikan dalam bentuk yang lebih operasional yaitu peserta didik memiliki kemampuan yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pencapaian tujuan pendidikan dilakukan dapat diketahui melalui kegiatan pengukuran. Kegiatan pengukuran yang dimaksudkan adalah evaluasi. Evaluasi
(22)
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) melalui guru untuk mengukur keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran pada penggalan waktu yang telah diprogramkan sehingga hasilnya dapat menjadi bahan tindak lanjut guru dalam meneruskan, mengulang atau memberikan perbaikan baik secara klasikal maupun individual (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/10/teropong/lainnya01.htm).
Salah satu bentuk evaluasi dalam pembelajaran yaitu Ujian Nasional. Ujian Nasional dilakukan setelah peserta didik menempuh proses pembelajaran di jenjang pendidikan tertentu yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ujian Nasional merupakan alat ukur yang terstandar yang dikeluarkan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional. Ujian Nasional merupakan salah satu fakta yang menunjukkan bahwa suatu evaluasi yang bersifat terpusat.
Evaluasi yang terstandar yang dibuat oleh pemerintah pusat tersebut banyak mengundang kontroversi. Kebijakan pemerintah tersebut telah merampas hak guru sebagai pelaksana evaluasi belajar. Dari segi yuridis, Ujian Nasional bertentangan dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 58 ayat 1 dan pasal 59 ayat 1 menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan secara berkesinambungan. Pada kenyataannya, kebijakan pemerintah tersebut telah merampas hak guru sebagai pelaksana
(23)
evaluasi belajar. Selain itu, Ujian Nasional mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses.
Dari segi pedagogis, Ujian Nasional berdampak negatif terhadap pembelajaran di sekolah, karena hanya mengukur aspek kognitif. Sedangkan dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Argumentasi lain adalah kondisi mutu sekolah yang sangat beragam sehingga tidak adil jika harus diukur dengan menggunakan ukuran (standar) yang sama (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/23/0804.htm).
Dari segi sosial dan psikologis, mekanisme penyelenggaraan yang mematok nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2003; 4,01 pada tahun 2004; 4,26 pada tahun 2005. Hal tersebut dirasa membuat peserta didik memiliki beban psikis dan sosial yang berat.
Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan ujian nasional merupakan suatu pemborosan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun 2005 telah disebutkan bahwa pendanaan Ujian Nasional berasal dari pemerintah, tetapi tidak dijelaskan sumber pendanaan tersebut. Walaupun Ujian Nasional dibiayai dari APBN, tetapi sekolah-sekolah penyelenggara tetap memungut biaya untuk Ujian Nasional. Hal tersebut memberatkan para siswa
(24)
yang tidak mampu secara ekonomi. Selain itu, sistem yang belum jelas masih sulit mencegah terjadinya penyimpangan dana Ujian Nasional.
Ujian Nasional juga tidak menguntungkan bagi pengembangan sains dan ilmu sosial karena Ujian Nasional tidak memasukkan mata pelajaran sains dan ilmu sosial seperti Fisika, Kimia, Biologi, Sosiologi, PPKn, Geografi dll. Ketiadaan hubungan antara mata pelajaran sains dan ilmu sosial dengan Ujian Nasional menyebabkan sekolah lebih memilih mengabaikan keberadaan beberapa mata pelajaran tersebut. Kecenderungan demikian didukung oleh anggapan bahwa mutu sekolah seolah-olah ditentukan oleh mata pelajaran yang diUjian-Nasionalkan. Sedangkan masalah penilaian mata pelajaran sains dan ilmu sosial yang diserahkan kepada sekolah mudah untuk diatur. Konsekuensi logis terhadap guru sains dan ilmu-ilmu sosial, secara psikologis merasa dimarjinalkan. Pengaruhnya terhadap proses pembelajaran sangat besar karena guru merasa tidak ada tuntutan akuntabilitas. Tidak ada dukungan motif yang kuat untuk apa sains dan ilmu sosial diajarkan, kecuali hanya sekadar untuk mengisi jadwal kelas. Masalah nilai bisa diatur. Kondisi demikian diperparah oleh perilaku permisif oleh semua warga sekolah lantaran orientasi sekolah pada target kelulusan siswa.
Di sisi lain, pelaksanaan Ujian Nasional juga didukung oleh berbagai pihak. Alasan-alasan yang melatarbelakangi mendukung adanya Ujian Nasional yaitu Ujian Nasional sebagai alat kontrol sekolah pada era otonomi masih
(25)
diperlukan sepanjang tidak digunakan sebagai penentu kelulusan namun berfungsi layaknya instrumen penelitian. Tetapi mata pelajaran Ujian Nasional perlu diperluas. Selain itu Ujian Nasional dianggap sebagai alat untuk mengukur mutu pendidikan secara nasional dan pendorong bagi pendidik, peserta didik, dan penyelenggara pendidikan untuk bekerja lebih keras guna meningkatkan mutu pendidikan (prestasi belajar). Ujian Nasional ini bersifat mendidik agar kita tidak menghasilkan generasi yang tidak kreatif, tidak inovatif, dengan motivasi lemah. Sebab dengan adanya patokan kelulusan, maka siswa akan lebih memiliki motivasi, kreativitas yang tinggi serta inovatif dalam belajar.
Pro dan kontra pelaksanaan Ujian Nasional menimbulkan suatu keprihatinan bagi banyak kalangan. Ujian Nasional sebagai suatu sistem evaluasi bagi berbagai pihak menjadi beban psikologis. Pihak yang paling merasakan dampak dari Ujian Nasional adalah siswa, guru, dan orang tua. Dengan alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan persepsi siswa, guru, dan orang tua tentang Ujian Nasional dari sekolah yang termasuk terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C dengan judul penelitian “Persepsi Siswa, Guru, dan Orang Tua terhadap Ujian Nasional Ditinjau dari Status Sekolah: Studi Kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta”.
(26)
B. Batasan Masalah
Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan persepsi siswa, guru, dan orang tua siswa terhadap Ujian Nasional. Mengingat keterbatasan dalam hal waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini akan memfokuskan pada persepsi siswa, guru, dan orang tua siswa terhadap Ujian Nasional di SMA-SMA Kota Yogyakarta ditinjau dari status sekolah yang meliputi sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
C. Rumusan Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional
antara siswa yang belajar pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C?
2. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C?
3. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C?
(27)
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional
antara siswa yang belajar pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
2. Ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
3. Ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan Nasional. Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan sistem evaluasi, sehingga tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dapat terwujud. Dengan terwujudnya Undang-Undang No. 20 tahun 2003, maka salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dapat tercapai.
(28)
2. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional, baik persiapan materi maupun mental siswa.
3. Orang Tua
Hasil penelitian ini hendaknya dapat menambah wawasan para orang tua sehingga secara proporsional dan realistis dapat melihat bahwa kelulusan bukanlah ukuran atau harga mati untuk keberhasilan seseorang di dalam hidup.
4. Peneliti
Dapat menambah wawasan tentang berbagai masalah pendidikan di Indonesia terutama tentang penentuan akreditasi A, B, dan C yang tentu saja tidak mudah dalam pengukurannya dan dapat mengetahui persepsi siswa, guru, dam orang tua terhadap Ujian Nasional.
5. Peneliti selanjutnya
Dapat memacu munculnya ide-ide baru dalam bentuk penelitian-penelitian pengembangan sehingga akan memberi sumbangan yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
6. Universitas Sanata Dharma
Selain memberikan tambahan referensi di perpustakaan, penelitian ini diharapkan memberikan informasi tambahan yang berhubungan dengan kegiatan evaluasi pendidikan.
(29)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 675) persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan (penerimaan langsung atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindera). Menurut Branca, Woodworth, dan Marquis (Walgito, 1994: 53), persepsi merupakan suatu proses di mana proses tersebut didahului dengan proses penginderaan. Proses penginderaan ini terjadi karena manusia berinteraksi dengan lingkungan, baik secara fisik maupun sosial, sehingga manusia perlu menyerap unsur dari luar yang berupa rangsangan atau stimulus melalui inderanya. Dengan demikian, penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.
Menurut Thoha (2005: 141) persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan bahwa objek tersebut bergerak Jadi, persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan. Dengan kata lain, persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian yang sesungguhnya diinderakan oleh seseorang. Winkel (1986: 161) mendefinisikan persepsi sebagai pengamatan secara
(30)
global, kemampuan untuk membedakan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya berdasarkan ciri-ciri fisik objek itu, misalnya ukuran, warna, dan bentuk.
Irwanto (1988: 55) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses diterimanya rangsang yang berupa objek dan peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Sebelum terjadi persepi didahului oleh proses penginderaan. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Branca, Woodworth, dan Marquis (Walgito, 1994: 53).
Berdasarkan pengertian persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi objek yang dipersepsikan, sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan.
Dalam kenyataannya setiap orang dihadapkan pada sejumlah objek dan peristiwa. Objek dan peristiwa tersebut tidak mempunyai arti apa-apa jika orang tidak menginterpretasikan atau menafsirkannya. Persepsi terhadap suatu objek dan peristiwa antara individu yang satu dengan individu yang lainnya belum tentu sama, walaupun objek dan peristiwanya sama.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Persepsi
Menurut Thoha (2005: 147) ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan persepsi seseorang, antara lain:
(31)
1) Psikologi
Persepsi seseorang dipengaruhi oleh keadaan psikologisnya. Jika keadaan psikologis seseorang normal, maka persepsinya pun akan objektif.
2) Famili
Famili memiliki peranan yang sangat besar dalam membangun sebuah persepsi. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dalam membentuk sebuah persepsi seseorang dan jika bertahan dalam waktu yang lama akan menjadi sebuah karakter seseorang.
3) Kebudayaan
Kebudayaan yang berlaku di tempat seseorang individu tinggal akan membentuk dan mempengaruhi sikap, nilai, dan cara memandang seseorang dalam memahami keadaan dunia ini.
c. Syarat Terjadinya Persepsi
Agar individu dapat menyadari dan dapat mengadakan persepsi, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu:
1) Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat dibedakan menjadi dua yaitu stimulus yang datang dari luar, yang langsung mengenai alat indera atau reseptor. Sedangkan, stimulus yang datang dari dalam langsung mengenai syaraf penerima yang berfungsi sebagai reseptor.
(32)
2) Alat indera atau reseptor
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. 3) Perhatian
Perhatian merupakan langkah pertama dari suatu persepsi. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus.
Dari syarat-syarat persepsi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi diperlukan faktor fisik yang berupa objek yang dipersepsi, faktor fisiologis yang berupa alat indera, dan faktor psikologis yang berupa perhatian.
2. Evaluasi
a. Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang artinya penilaian. Menurut Edwind Wandt dan Geralt W. (Sudijono, 2005: 1)
“evaluation refer to the act or process to determining the value of something” Menurut definisi di atas evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pembahasan ini difokuskan pada evaluasi pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Sudijono (2005: 2) menyatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
(33)
Evaluasi mencakup dua kegiatan yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan sesuatu atas dasar suatu ukuran tertentu atau standar tertentu. Sedangkan, penilaian mengandung pengertian mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada baik atau buruk, pandai atau bodoh dll. Jadi pengukuran bersifat kuantitatif, sedangkan penilaian bersifat kualitatif.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 58 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan “evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran maka perlu dilakukan penilaian. Penilaian yang dimaksud meliputi semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran seperti guru, siswa, orang tua, kurikulum dan lain-lain.
Ralp Tyler (Arikunto, 2005: 3), menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan Cronbach dan Stufflebeam (Arikunto, 2005: 3) menyebutkan bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Davis (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 176) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan,
(34)
unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Pengertian evaluasi dipertegas lagi oleh Nana Sudjana (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 176) dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah kegiatan atau proses penentuan nilai, yang dapat digunakan untuk menentukan mutu atau keberhasilan pendidikan.
b. Fungsi Evaluasi
Fungsi Evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari tiga segi yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif (Sudijono, 2005: 10). Adapun secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Segi Psikologis
Secara psikologis bagi siswa, evaluasi akan memberikan pedoman batin untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Bagi guru, evaluasi akan memberikan kepastian atau ketetapan hati mengenai sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini membawa hasil atau tidak, sehingga dapat digunakan sebagai acuan yang pasti guna menentukan langkah-langkah berikutnya.
(35)
2) Segi Didaktik
Dari segi didaktik fungsi evaluasi yang dirasakan oleh siswa adalah dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk memperbaiki, meningkatkan, atau mempertahankan prestasinya. Sedangkan bagi guru, evaluasi berfungsi: (a) memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh siswa (fungsi diagnostik), (b) memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing siswa di tengah-tengah kelompoknya (fungsi placement), (c) memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status siswa (fungsi selektif), (d) memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya (fungsi bimbingan), (e) memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dicapai (fungsi instruksional).
3) Segi Administratif
Secara administratif, evaluasi berfungsi sebagai: (a) memberikan laporan, laporan yang dimaksud yaitu laporan perkembangan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Laporan mengenai perkembangan siswa pada umumnya tertuang dalam bentuk buku laporan kemajuan belajar siswa, yang lebih dikenal dengan istilah rapor. (b) Memberikan bahan-bahan keterangan (data). Evaluasi digunakan sebagai acuan yang penting dalam mengambil suatu keputusan,
(36)
contohnya: apakah seorang siswa dinyatakan tamat belajar atau tidak. (c) Memberikan gambaran, mengenai hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran.
c. Tujuan Evaluasi
Secara garis besar evaluasi memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus (Sudijono, 2005: 16). Tujuan umum dan tujuan khusus dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:
1) Tujuan Umum Evaluasi
Secara umum tujuan evaluasi dalam dunia pendidikan ada dua macam yaitu:
a) Evaluasi digunakan sebagai alat untuk menghimpun bahan-bahan atau keterangan yang dapat dijadikan bukti mengenai taraf perkembangan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
b) Evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang terlah digunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
2) Tujuan Khusus Evaluasi
Tujuan khusus dari evaluasi dalam bidang pendidikan, yaitu:
(37)
b) Untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya keberhasilan atau ketidakberhasilan program pendidikan, sehingga dapat dicari sebuah solusi yang menguntungkan semua pihak (win-win solution).
d. Kegunaan Evaluasi
Menurut Sudijono (2005: 17) evaluasi dalam bidang pendidikan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1) Bagi guru evaluasi berguna untuk memperoleh informasi tentang hasil-hasil belajar yang telah dicapai dari siswa setelah mengikuti program pendidikan.
2) Dapat diketahui relevansi antara program pendidikan yang telah rumuskan dengan tujuan yang hendak dicapai.
3) Sebagai sumber untuk melakukan usaha perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program pendidikan.
e. Prinsip-prinsip Dasar Evaluasi
Ada tiga prinsip dasar dalam melakukan kegiatan evaluasi, yaitu prinsip keseluruhan, prinsip kesinambungan, dan prinsip objektivitas (Sudijono, 2005: 31) Secara rinci prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
(38)
1) Prinsip Keseluruhan (comprehensive principle)
Evaluasi dikatakan berhasil dan dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan tertentu apabila dilaksanakan secara bulat, utuh, atau menyeluruh. Evaluasi belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku siswa dari aspek proses berpikir (kognitif), aspek nilai atau sikap (afektif), dan aspek keterampilan (psikomotorik).
2) Prinsip Kesinambungan (continuity principle)
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terus menerus serta dilaksanakan dengan teratur, terencana, dan terjadwal. Hal tersebut dimaksudkan agar guru dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk masa yang akan datang.
3) Prinsip Objektivitas (objectivity principle)
Evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subjektif. Guru harus berpikir, bersikap, dan bertindak wajar, menurut keadaan yang nyata.
3. Ujian Nasional
a. Pengertian Ujian Nasional
Salah satu bentuk evaluasi yang ada dalam sekolah yaitu Ujian Nasional. Ujian Nasional diperuntukkan bagi siswa yang telah menempuh proses
(39)
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 153/U/2003 Pasal 1, Ujian Akhir Nasional yang selanjutnya disebut Ujian Nasional adalah kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan pada jalur sekolah/madrasah yang diselenggarakan secara nasional.
b. Tujuan Pelaksanaan Ujian Nasional
Adapun tujuan pelaksanaan Ujian Nasional menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 153/U/2003 Pasal 2 adalah: 1) Mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
2) Mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah.
3) Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota, sekolah/madrasah, kepada masyarakat.
Ujian Nasional yang bertujuan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik hendaknya sejalan dengan hakikat dan prinsip evaluasi serta landasan hukum evaluasi yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Beberapa aspek yang berkaitan dengan Ujian Nasional antara lain (Tempo, 4 Pebruari 2005):
(40)
1) Aspek pedagogis
Aspek pedagogis berkaitan dengan kemampuan peserta didik yang harus dikembangkan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ujian Nasional hendaknya mengacu pada tiga aspek tersebut.
2) Aspek Sosial-Psikologis
Dalam mekanisme penyelenggaraan Ujian Nasional pemerintah telah mematok standar kelulusan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut membuat kecemasan psikologis bagi setiap peserta didik, guru, dan orang tua.
3) Aspek Yuridis
Hal ini berkaitan dengan landasan hukum penyelenggaraan Ujian Nasional yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Selain itu juga, pemerintah pusat dan daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
(41)
4) Aspek Ekonomi
Biaya dalam pelaksanaan hendaknya ditanggung oleh pemerintah, dengan demikian tidak membebani orang tua siswa.
c. Fungsi Ujian Nasional
Suatu kegiatan ujian, biasanya ditujukan untuk memenuhi fungsi dan mencapai tujuan tertentu. Secara umum, fungsi-fungsi yang diharapkan dari kegiatan ujian dapat dikategorikan sebagai berikut (Furqon, 2004):
1) Akuntabilitas publik (public accountability), yaitu ujian dalam pendidikan diharapkan mampu menyediakan dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kemajuan dan prestasi, sehubungan dengan manfaat dari setiap rupiah yang dibelanjakan dalam kegiatan pendidikan
2) Pengendalian mutu (quality control) pendidikan. Ujian diharapkan dapat menjadi instrumen untuk mengendalikan dan menjamin bahwa setiap keluaran (lulusan) pendidikan telah memenuhi kualifikasi, kompetensi, atau standar tertentu yang ditetapkan.
3) Motivator (pressure to achieve), yaitu evaluasi diharapkan menjadi instrumen untuk mendorong dan "memaksa" pengelola, penyelenggara, dan pelaksana (guru dan siswa) pendidikan untuk berusaha lebih keras dalam mencapai hasil yang diharapkan.
(42)
4) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi pendidikan dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk menerima atau menolak seorang pelamar, khususnya jika tempat yang tersedia lebih sedikit dari jumlah yang melamar. Selain itu, hasil evaluasi juga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan ke mana seseorang dianjurkan untuk melanjutkan pendidikannya atau bekerja.
5) Diagnostik, yaitu bahwa evaluasi dapat memberikan umpan balik (feedback) kepada sistem tentang kekuatan dan kelemahannya, sehingga dapat ditentukan kegiatan tindak lanjut yang diperlukan. Fungsi ini sering juga dikaitkan dengan fungsi peningkatan mutu (quality improvement) karena balikan yang tepat dapat mendorong kegiatan dan program pendidikan untuk senantiasa melakukan peningkatan mutu layanan pendidikan dan keluaran yang dihasilkannya.
Adapun fungsi Ujian Nasional menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 153/U/2003 Pasal 3 adalah sebagai berikut:
1) Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional.
2) Pendorong peningkatan mutu pendidikan.
(43)
4) Bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan peserta didik baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Akreditasi Sekolah
a. Pengertian Akreditasi Sekolah
Akreditasi Sekolah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu sekolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan. Penyelenggaraan pendidikan dalam hal ini sekolah sangat mungkin memiliki perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu bisa berwujud kurikulum dan proses belajar mengajar, administrasi dan manajemen, sarana prasarana, ketenagaan, biaya dan lain-lain.
Proses akreditasi harus dengan standar tertentu yang telah dibakukan. Standar ini diharapkan dapat mendorong dan menciptakan suasana yang kondusif bagi kemajuan pendidikan dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan. Akreditasi diharapkan dapat menghasilkan layanan pendidikan yang bermutu dan dari layanan pendidikan yang bermutu ini akan meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Tujuan Akreditasi Sekolah
(44)
1) Memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan.
2) Menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan.
Dari dua rumusan tujuan akreditasi sekolah secara umum di atas dapat diurai lebih lanjut sebagai berikut:
1) Memberi informasi bahwa suatu sekolah atau program telah memenuhi standar kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan.
2) Memberi bantuan kepada sekolah untuk melakukan evaluasi diri dan menentukan kebijakan sendiri dalam upaya peningkatan mutu.
3) Memberikan bimbingan kepada calon peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mengidentifikasi sekolah bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan individual terhadap pendidikan termasuk mengidentifikasikan sekolah yang memiliki prestasi dalam suatu bidang tertentu yang mendapat pengakuan masyarakat.
4) Membantu sekolah dalam menentukan dan mempermudah mutasi peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru, dan kerja sama yang saling menguntungkan.
5) Memberi bantuan untuk mengidentifikasi sekolah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta atau bentuk-bentuk yang lain. Hasil akreditasi bermanfaat juga bagi berbagai
(45)
kelompok kepentingan, antara lain pemerintah, pemerintah daerah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat pada umumnya.
Bagi pemerintah hasil akreditasi sangat dirasakan manfaatnya karena diharapkan menjadi:
1) Sumber informasi tentang tingkat mutu layanan pendidikan yang dapat dipergunakan sebagai acuan untuk pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kinerja pendidikan secara makro.
2) Informasi penting untuk penyusunan anggaran pendidikan secara umum di tingkat nasional, dan khususnya program dan penganggaran pendidikan yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.
3) Acuan dalam rangka pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu di setiap wilayah.
Hasil akreditasi sekolah juga memiliki makna penting bagi sekolah antara lain sebagai berikut:
1) Sebagai referensi dalam rangka meningkatkan mutu sekolah dan pengembangan sekolah.
2) Sebagai umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah terutama dalam mewujudkan visi, misi, program sekolah dan strategi yang digunakan.
3) Sebagai dorongan agar terus meningkatkan mutu sekolah secara bertahap, gradual dan kompetitif di tingkat kabupaten/ kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional.
(46)
4) Sebagai bahan informasi bagi sekolah sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dan dana.
Hasil akreditasi juga mempunyai makna penting bagi kepala sekolah, guru, masyarakat (orang tua), dan peserta didik, antara lain sebagai berikut: 1) Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk pemetaan indikator kinerja warga sekolah , termasuk kinerja Kepala Sekolah selama periode kepemimpinannya. Di samping itu juga dapat sebagai bahan masukan untuk penyusunan program serta anggaran dan pendapatan sekolah.
2) Bagi guru
Hasil akreditasi merupakan dorongan bagi guru untuk selalu meningkatkan diri dan bekerja keras dan selanjutnya dapat memberi layanan terbaik bagi anak didiknya. Secara moral guru akan sangat senang bekerja pada sekolah yang mempunyai peringkat akreditasi yang tinggi sehingga guru tersebut terdorong untuk bekerja secara professional, bekerja keras agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu sekolahnya.
3) Bagi masyarakat (orang tua)
Hasil akreditasi diharapkan menjadi informasi yang akurat tentang layanan pendidikan yang ditawarkan oleh tiap sekolah sehingga secara sadar dan bertanggung jawab masyarakat/orang tua dapat membuat
(47)
keputusan dan pilihan yang tepat dalam kaitannya dengan pendidikan bagi anaknya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
4) Bagi peserta didik
Hasil akreditasi dapat menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka memperoleh pendidikan yang baik dan sertifikat akreditasi yang dimiliki sekolahnya merupakan bukti bahwa peserta didik memperoleh pendidikan yang bermutu.
c. Fungsi Akreditasi Sekolah
Hasil akreditasi sekolah diharapkan dapat memetakan secara utuh profil sekolah jika menggunakan instrumen yang komprehensif dan dikembangkan berdasarkan kepada standar mutu yang ditetapkan. Selanjutnya dapat kita mencermati fungsi dari proses akreditasi sebagai berikut:
1) Untuk pengetahuan, yakni sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu pada standar yang ditetapkan beserta indikator-indikatornya. 2) Untuk akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah
kepada publik, apakah layanan yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah memenuhi harapan dan keinginan masyarakat.
3) Sebagai pembinaan dan pengembangan,yakni sebagai dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu sekolah.
(48)
d. Prinsip-prinsip Akreditasi Sekolah
Dalam melakukan akreditasi sekolah diperlukan adanya prinsip-prinsip yang menjadi pijakan, adalah sebagai berikut:
1) Objektif
Objektif adalah apa yang dilaporkan menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Hal itu dimaksudkan agar dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. 2) Efektif
Hasil akreditasi sekolah diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak-pihak yang terkait seperti: kepala sekolah, pemerintah, dan masyarakat.
3) Komprehensif
Akreditasi sekolah hendaklah tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja, tetapi meliputi seluruh aspek. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kinerja dan kelayakan sekolah tersebut.
4) Profesional
Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah hendaknya benar-benar mempergunakan aturan dan instrumen penilaian yang baku agar dapat dipertanggungjawabkan.
(49)
5) Memandirikan
Hasil dari akreditasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan sekolah. Dengan mengetahui hasilnya sekolah tersebut dapat mengetahui kondisi dirinya selanjutnya berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu kelayakan dan kinerjanya.
6) Keharusan
Akreditasi berlaku untuk setiap sekolah baik sekolah negeri maupun swasta. Bagi sekolah yang merasa belum siap untuk diakreditasi dapat berbenah diri lebih dahulu. Sedangkan yang sudah siap dapat mengajukan pernyataan Kepala Sekolah bahwa sudah siap untuk dinilai dengan disertai rekomendasi dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota.
e. Kriteria Penilaian Akreditasi Sekolah
Dalam melakukan penilaian akreditasi sekolah yang dilakukan oleh tim assesor yang menjadi fokus penilaian adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum/proses belajar mengajar 2) Manajemen sekolah
3) Organisasi/kelembagaan sekolah 4) Sarana dan prasarana
5) Ketenagaan 6) Pembiayaan
(50)
8) Peran serta masyarakat 9) Lingkungan/kultur sekolah
Setelah dilakukan penilaian dari masing-masing aspek, hasil penilaian dari tim assessor dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah. Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga klasifikasi yang tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Tabel Interpretasi Penilaian Akreditasi Sekolah
Skor Peringkat Akreditasi Predikat
85 – 100 A Amat Baik
70 – 85 B Baik
56 – 70 C Cukup
Nilai kurang dari 56 dinyatakan dengan predikat Tidak Terakreditasi.
B. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan Persepsi terhadap Ujian Nasional antara Siswa yang Belajar pada SMA dengan Status Sekolah terakreditasi A, Sekolah terakreditasi B, dan Sekolah terakreditasi C.
Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi objek yang dipersepsikan, sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan.
Setiap objek atau peristiwa yang didengar dan dilihat dapat menimbulkan persepsi. Persepsi antara individu yang satu dengan individu lainnya dapat berbeda walaupun objek yang dipersepsikan sama. Dalam hal
(51)
ini objek yang dipersepsi yaitu Ujian Nasional. Persepsi masyarakat yaitu siswa, guru, dan orang tua terhadap Ujian Nasional dapat berupa persepsi positif atau persepsi negatif. Persepsi positif berarti siswa menginterprestasikan Ujian Nasional sebagai suatu cara untuk pengendali kualitas pendidikan dan dipandang merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Sedangkan persepsi negatif berarti siswa menginterpretasikan Ujian Nasional sebagai suatu cara yang tidak sesuai dengan hakikat evaluasi.
Kebijakan tentang Ujian Nasional mengundang banyak kontroversi dari siswa, guru, dan orang tua. Berdasarkan penilaian dari Badan Akreditasi menyatakan bahwa sekolah terakreditasi A yaitu sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa, serta sarana dan prasarana yang baik. Sekolah yang terakreditasi B yaitu sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa serta sarana dan prasarana yang tergolong sedang. Sedangkan sekolah terakreditasi C adalah sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa, serta sarana dan prasarana yang paling rendah diantara kedua Status sekolah di atas.
Siswa yang bersekolah di sekolah terakreditasi A memiliki persepsi yang positif terhadap Ujian Nasional dibandingkan dengan sekolah terakreditasi B, hal tersebut disebabkan karena adanya sarana dan prasarana belajar yang mendukung, didukung oleh pendanaan yang kuat, memiliki tenaga kependidikan yang sesuai dengan bidangnya, siswa-siswa-nya
(52)
memiliki intelegensi yang tinggi yang salah satu indikatornya dilihat dari nilai rata-rata Ujian Nasional, dan manajemen sekolah yang baik. Sekolah terakreditasi C memiliki persepsi yang negatif terhadap hal tersebut disebabkan karena sekolah terakreditasi C tidak memiliki sarana dan prasarana yang mendukung, tenaga kependidikan yang kurang profesional, siswa-siswanya cenderung memiliki intelegensi rendah, dan tidak tersedianya dana yang cukup untuk mengembangkan sekolah. Berbedanya sarana prasarana, tenaga kependidikan, siswa-siswanya, dan manajemen sekolah mengakibatkan perbedaan persepsi siswa terhadap Ujian Nasional.
2. Perbedaan Persepsi terhadap Ujian Nasional antara Guru yang Mengajar pada SMA dengan Status Sekolah Terakreditasi A, Sekolah Terakreditasi B, dan Sekolah Terakreditasi C.
Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi objek yang dipersepsikan, sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan. Objek yang dilakukan guru terhadap rangsangan dari luar, yakni Ujian Nasional (UN). Persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat berupa persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang baik terhadap suatu objek, sedangkan persepsi negatif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang buruk terhadap suatu
(53)
objek. Demikian juga dengan guru memiliki persepsi positif atau negatif terhadap Ujian Nasional.
Kebijakan tentang Ujian Nasional mengundang banyak kontroversi dari siswa, guru, dan orang tua. Berdasarkan penilaian dari Badan Akreditasi menyatakan bahwa sekolah terakreditasi A yaitu sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa, serta sarana dan prasarana yang baik. Sekolah yang terakreditasi B yaitu sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa serta sarana dan prasarana yang tergolong sedang. Sedangkan Sekolah terakreditasi C adalah sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa, serta sarana dan prasarana yang paling rendah diantara kedua Status sekolah di atas.
Ada dugaan bahwa Guru yang mengajar di sekolah yang memiliki akreditasi A, mempunyai persepsi yang positif terhadap Ujian Nasional dibandingkan dengan sekolah yang memiliki akreditasi B. Hal ini disebabkan karena guru yang mengajar di sekolah yang terakreditasi A memiliki kemampuan profesional dan pedagogis yang cukup tinggi, sehingga guru tersebut lebih siap untuk menyelenggarakan pembelajaran dan melakukan evaluasi, yang salah satunya yaitu Ujian Nasional. Sedangkan, sekolah yang memiliki akreditasi C adalah sekolah yang memiliki tenaga pengajar yang mempunyai kemampuan pedagogis dan profesional yang kurang. Guru yang memiliki kompetensi profesional dan pedagogis kurang akan memiliki persepsi yang negatif, karena guru-guru yang mengajar di sekolah yang
(54)
terakreditasi C kurang siap untuk menghadapi evaluasi yang berskala nasional seperti Ujian Nasional.
3. Perbedaan Persepsi terhadap Ujian Nasional antara Orang Tua yang Menyekolahkan Anaknya pada SMA dengan Status Sekolah Terakreditasi A, Sekolah Terakreditasi B, dan Sekolah Terakreditasi C.
Setiap objek atau peristiwa yang didengar dan dilihat dapat menimbulkan persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi objek yang dipersepsikan, sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan. Objek yang dipersepsikan yaitu Ujian Nasional.
Kebijakan tentang Ujian Nasional mengundang banyak kontroversi dari siswa, guru, dan orang tua. Berdasarkan penilaian dari Badan Akreditasi menyatakan bahwa sekolah terakreditasi A yaitu sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa, serta sarana dan prasarana yang baik. Sekolah yang terakreditasi B yaitu sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa serta sarana dan prasarana yang tergolong sedang. Sedangkan Sekolah terakreditasi C adalah sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional, kualitas siswa, serta sarana dan prasarana yang paling rendah diantara kedua Status sekolah di atas.
Ada dugaan kuat bahwa orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang terakreditasi A memiliki persepsi yang positif terhadap Ujian
(55)
Nasional. Hal itu disebabkan karena orang tua memandang sekolah tersebut lebih siap untuk menghadapi Ujian Nasional, sarana dan prasarana yang tersedia pun mendukung proses pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih siap dalam menghadapi Ujian Nasional dan orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang terakreditasi B memiliki persepsi yang lebih baik daripada orang tua yang menyekolahkan anaknya, di sekolah yang terakreditasi C.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
2. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
3. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
(56)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yang berupa studi kasus yaitu jenis penelitian tentang subjek tertentu yang hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya sekadar mengungkapkan fakta. Dalam penelitian ini kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku terbatas pada siswa, guru, dan orang tua yang menjadi subjek penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa SMA di Kota Yogyakarta yaitu SMA Negeri 2, SMA BOPKRI 1, SMA PIRI, SMA Marsudi Luhur, SMA Santo Thomas, SMA Institut Indonesia 1, SMA BOPKRI 3, SMA Gotong Royong, SMA “17” 1, dan SMA Gadjah Mada. Alasan pemilihan Kota Yogyakarta karena daerah tersebut memiliki keberagaman status sekolah (akreditasi A, B, dan C).
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2007.
(57)
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi/Akuntansi kelas XII IPS; siswa-siswi SMA kelas XII IPS; serta para orang tua siswa-siswi SMA kelas XII IPS.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah persepsi guru, persepsi siswa, dan persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2006: 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi/Akuntansi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA); siswa-siswi kelas XII IPS; serta orang tua siswa-siswi kelas XII IPS di Kota Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 109) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan orang tua siswa. Siswa yaitu kelas XII IPS untuk dijadikan sampel. Jika dalam
(58)
satu kelas terdapat kurang dari 30 siswa maka diambil dua kelas dengan catatan di sekolah tersebut terdapat lebih dari 1 kelas XII IPS, tetapi jika satu kelas lebih dari 30 siswa diambil satu kelas. Namun, jika dalam satu sekolah hanya terdapat satu kelas XII IPS dan jumlahnya kurang dari 30 siswa, maka diambil semuanya (satu kelas). Sampel guru yang diambil yaitu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi/Akuntansi yang mengajar di kelas XII IPS. Sampel orang tua siswa diambil dari orang tua siswa kelas XII IPS yang menjadi sampel. Orang tua yang dimaksud adalah ayah/ibu/wali.
3. Teknik Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2006: 60). Jenis probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara memilih kelompok secara acak sebagai sampel penelitian.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian
(59)
Variabeldalam penelitian ini adalah persepsi siswa, guru, dan orang tua siswa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terhadap Ujian Nasional. Variabel tersebut secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Variabel persepsi siswa adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi objek yang dipersepsikan yaitu Ujian Nasional, sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan.
b. Variabel persepsi guru adalah suatu proses yang terjadi dalam diri guru untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi objek yang dipersepsikan yaitu Ujian Nasional, sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan.
c. Variabel persepsi orang tua adalah suatu proses yang terjadi dalam diri orang tua siswa untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi objek yang dipersepsikan yaitu Ujian Nasional, sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan.
d. Variabel status (akreditasi) sekolah ditentukan berdasarkan penggolongan menurut Dinas Pendidikan yang meliputi sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
2. Pengukurannya
Data mengenai variabel persepsi siswa, guru, dan orang tua siswa terhadap Ujian Nasional melalui kuesioner dengan menggunakan Skala Likert empat opsi, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S
(60)
(Setuju), SS (Sangat Setuju). Jawaban yang diperoleh dari kuesioner tersebut akan diberi skor dengan menggunakan penguatan positif dan penguatan negatif. Dalam pemberian skor skala Likert menggunakan empat kategori:
Tabel 3.1
Tabel Skoring Berdasarkan Skala Likert Skor Kriteria Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Adapun kisi-kisi kuesioner yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa, guru, dan orang tua siswa terhadap Ujian Nasional dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Ujian Nasional
No Aspek Indikator Pernyataan
Positif (Nomor Item dalam Kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor Item dalam Kuesioner) 1. Aspek Pedagogis
a. Kesesuaian materi b. Aspek kognitif c. Aspek afektif d. Aspek psikomotorik e. Sarana dan prasarana
1, 5 2
3 4 6 2. Aspek Sosial
dan Psikologis
a. Dampak Psikologis b. Dampak sosial
9 10
7, 8 3. Aspek Yuridis a. Ketentuan kelulusan
b. Sistem penilaian
11 12, 13, 14
4. Aspek Ekonomi a. Finansial orang tua b. Finansial sekolah c. Finansial Negara d. Transparansi dana UN
17, 19
15 18 16
(61)
Tabel 3.3
Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional
No Aspek Indikator Pernyataan
Positif (Nomor Item dalam Kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor Item dalam Kuesioner 1. Aspek Pedagogis
a. Kesesuaian materi b. Aspek kognitif c. Aspek afektif d. Aspek psikomotorik e. Sarana dan prasarana
1,5 2
3 4 6 2. Aspek Sosial
dan Psikologis
a. Dampak Psikologis b. Dampak sosial
9 10
7, 8 3. Aspek Yuridis a. Ketentuan kelulusan
b. Sistem penilaian
11 12, 13, 14
4. Aspek Ekonomi a. Finansial orang tua b. Finansial sekolah c. Finansial negara d. Transparansi dana UN
17, 19
15 18 16
Tabel 3.4
Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Orang Tua terhadap Ujian Nasional
No Aspek Indikator Pernyataan
Positif (Nomor Item dalam Kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor Item dalam Kuesioner
1. Aspek Pedagogis a. Aspek kognitif b. Aspek afektif c. Aspek psikomotorik d. Sarana dan prasarana
1
2 3 4 2. Aspek Sosial dan
Psikologis
a. Dampak Psikologis b. Dampak sosial
6 7
5 3. Aspek Yuridis a. Ketentuan kelulusan
b. Sistem penilaian
8 9, 10, 11
4. Aspek Ekonomi a. Finansial orang tua b. Finansial sekolah c. Finansial negara d. Transparansi dana UN
14, 16
12 15 13
(62)
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat dan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa daftar nama-nama Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Yogyakarta berdasarkan jenjang akreditasi. 2. Kuesioner
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi siswa, guru, dan orang tua di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Yogyakarta.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
−−( X) ][(N. Y ) ( Y) ] ) X (N. [ Y X. -XY N. 2 2 2 2
1. Pengujian Validitas
Instrumen yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas. Validitas suatu tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002: 145). Menurut Arikunto (2002: 146) untuk menguji validitas setiap butir kuesioner dalam penelitian digunakan teknik korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut:
(63)
Keterangan:
N = total responden X = total dari setiap item Y = total dari item
rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil penghitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya, harga koefisien korelasi (rxy) ini dibandingkan dengan harga r tabel. Jika r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel, maka butir soal tersebut valid. Sebaliknya, apabila harga r hitung lebih kecil dari r tabel, berarti butir soal tersebut tidak valid.
Uji validitas ini didasarkan pada jawaban responden siswa sebanyak 69 orang, responden guru sebanyak 33 orang, serta responden orang tua sebanyak 35 orang yang semuanya di luar sampel penelitian. Kesimpulan hasil pengujian validitas untuk kelompok siswa diperoleh dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk = 67 (69 – 2) sebesar
0,2404 dengan taraf signifikansi 5%. Kesimpulan hasil pengujian validitas untuk kelompok guru diperoleh dengan membandingkan
df
r hitung dengan r tabel untuk = 31 (33 – 2) sebesar 0,355 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan kesimpulan hasil pengujian validitas untuk kelompok orang tua diperoleh dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk = 33 (35 – 2)
sebesar 0,344 pada taraf signifikansi 5%.
(64)
Dari keseluruhan item pernyataan yang diuji, yakni 19 item untuk persepsi siswa terhadap Ujian Nasional, 19 item untuk persepsi guru terhadap Ujian Nasional, dan 16 item untuk persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas
Persepsi Siswa Terhadap Ujian Nasional Validitas
No.
Item r hitung r tabel
(Taraf Signifikansi 5%)
Keterangan
1 0,2802 0,2404 Valid
2 0,3071 0,2404 Valid
3 0,5879 0,2404 Valid
4 0,4168 0,2404 Valid
5 -0,2016 0,2404 Tidak valid
6 0,3505 0,2404 Valid
7 0,3158 0,2404 Valid
8 0,3087 0,2404 Valid
9 0,3407 0,2404 Valid
10 0,1439 0,2404 Tidak valid
11 -0,0250 0,2404 Tidak valid
12 0,2449 0,2404 Valid
13 0,4654 0,2404 Valid
14 0,4571 0,2404 Valid
15 0,6700 0,2404 Valid
16 0,7102 0,2404 Valid
17 -0,1218 0,2404 Tidak valid
18 0,4431 0,2404 Valid
(65)
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas
Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional Validitas
No.
Item r hitung r tabel
(Taraf Signifikansi 5%)
Keterangan
1 0,0342 0,355 Tidak valid
2 0,1433 0,355 Tidak valid
3 0,3590 0,355 Valid
4 0,3221 0,355 Tidak valid
5 0,0037 0,355 Tidak valid
6 -0,2613 0,355 Tidak valid
7 0,4331 0,355 Valid
8 0,4814 0,355 Valid
9 0,3039 0,355 Tidak valid
10 0,0549 0,355 Tidak valid
11 0,1815 0,355 Tidak valid
12 0,4972 0,355 Valid
13 0,1328 0,355 Tidak valid
14 0,5571 0,355 Valid
15 0,3872 0,355 Valid
16 0,3557 0,355 Valid
17 -0,0517 0,355 Tidak valid
18 0,6002 0,355 Valid
19 -0,0119 0,355 Tidak valid
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas
Persepsi Orang Tua Terhadap Ujian Nasional Validitas
No.
Item r hitung r tabel
(Taraf Signifikansi 5%)
Keterangan
1 0,1260 0,344 Tidak valid
2 0,5239 0,344 Valid
3 0,6400 0,344 Valid
4 0,5145 0,344 Valid
5 0,3591 0,344 Valid
(66)
7 0,4142 0,344 Valid
8 0,2067 0,344 Tidak valid
9 0,5987 0,344 Valid
10 0,6030 0,344 Valid
11 0,5355 0,344 Valid
12 0,3941 0,344 Valid
13 0,4375 0,344 Valid
14 0,0836 0,344 Tidak valid
15 0,2194 0,344 Tidak valid
16 0,3500 0,344 Valid
Beberapa item pernyataan di atas dinyatakan tidak valid karena r tabel lebih besar dari r hitung, sehingga item-item tersebut dihilangkan atau dihapus. Dengan demikian, item-item pernyataan dalam kuesioner yang dinyatakan valid adalah 15 item untuk persepsi siswa terhadap Ujian Nasional, 8 item untuk persepsi guru terhadap Ujian Nasional, dan 11 item untuk persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabiltas suatu tes menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002: 154). Dengan kata lain, reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan keajegan hasil pengukuran. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas. Menurut Arikunto (2002: 171) untuk menguji reliabilitas butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus
(67)
rii =
⎭
⎬
⎫
⎩
⎨
⎧
−
1
k
k
⎭
⎬
⎫
⎩
⎨
⎧
−
∑
2 1 2 bσ
σ
1
Keterangan:rtt = reliabilitas
k = banyaknya butir pertanyaan
∑σb2 = jumlah varians butir
σ1 2 = varians total
Hasil pengujian reliabilitas dinyatakan reliabel atau handal bila koefisien alpha lebih besar dari kriteria yang telah ditetapkan yaitu 0,6 (Sekaran, 2006: 182).
Setelah dilakukan pengujian reliabilitas masing-masing kelompok untuk n sebanyak 69 siswa, 33 guru, dan 35 orang tua; diperoleh hasil 0,8142 untuk persepsi siswa terhadap Ujian Nasional; 0,7473 untuk persepsi guru terhadap Ujian Nasional; dan 0,8195 untuk persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional yang berarti lebih besar dari 0,6. Dengan demikian, instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap Ujian Nasional dinayatakan reliabel (handal).
H. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu:
(68)
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas data. Tujuan pengujian normalitas ini untuk mengetahui apakah kondisi masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji satu sampel
Kolmogorov-Smirnov dengan rumus sebagai berikut: D = Maksimum [ Fo (x) – Sn (x)] Keterangan:
D = Deviasi atau penyimpangan
Fo (x) = Distribusi frekuensi kumulatif teoritis Sn (x) = Distribusi frekuensi yang diobservasi
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, pada program SPSS 11.5 for windows. Kriteria pengujian normalitas yaitu jika harga asymp.sig.
(2-tailed) lebih besar dari alpha (α) = 0,05 berarti distribusi data tidak menyimpang dari distribusi normal (data berdistribusi normal), sedangkan
jika harga asymp.sig. (2-tailed) lebih kecil dari alpha (α) = 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.
Pengujian normalitas dilakukan terhadap data persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap Ujian Nasional pada masing-masing kategori akreditasi sekolah. Hasil analisis dengan program SPSS 11,5 for windows
dapat dilihat pada lampiran 6 Secara ringkas hasil pengujian normalitas tampak pada tabel 3.8, berikut ini:
(69)
Tabel 3.8
Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Akreditasi Data
Persepsi
N Asymp. Sig.
(2-tailed)
Keterangan
Siswa 99 0,613 Normal
Guru 11 0,693 Normal
A
Orang Tua 57 0,595 Normal
Siswa 92 0,463 Normal
Guru 15 0,705 Normal
B
Orang Tua 56 0,255 Normal
Siswa 34 0,201 Normal
Guru 12 0,987 Normal
C
Orang Tua 23 0,722 Normal
Berdasarkan tabel 3.8 di atas tampak bahwa harga asymp.sig. (2-tailed) pada seluruh data persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap Ujian Nasional pada masing-masing kategori akreditasi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kesimpulan ini memberikan implikasi bahwa analisis statistik parametrik dapat digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas digunakan untuk memeriksa apakah data yang diperoleh memenuhi syarat yaitu data masing-masing kelompok yang diuji perbedaannya memiliki varians homogen. Untuk pengujian homogenitas digunakan alat bantu komputer dengan program SPSS 11,5 for windows.
(70)
besar dari 0,05; maka datanya homogen, jika taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05; maka datanya tidak homogen.
Pengujian normalitas dilakukan terhadap data persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap Ujian Nasional pada masing-masing kategori akreditasi sekolah. Hasil analisis dengan program SPSS 11.5 for windows
dapat dilihat pada lampiran 7. Secara ringkas hasil pengujian normalitas tampak pada tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9
Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas
Data Persepsi Probabilitas Keterangan
Siswa 0,413 Homogen
Guru 0,406 Homogen
Orang Tua 0,195 Homogen
Berdasarkan tabel 3.9 di atas tampak bahwa harga asymp.sig. (2-tailed) pada seluruh data persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap Ujian Nasional pada masing-masing kategori akreditasi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketiga kelompok akreditasi (A, B, dan C) berasal dari populasi yang homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini, langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
(71)
a. Perumusan Hipotesis
Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang belajar di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
Ha1: Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang belajar di SMA dengan status sekolah
terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C. Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian
Nasional antara guru yang mengajar di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
Ha2: Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar di SMA dengan status sekolah
terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C. Ho3: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian
Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
Ha3: Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan
(72)
status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
b. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas ternyata bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau homogen maka untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga digunakan One Way ANOVA dengan bantuan SPSS versi 11.5 for Windows. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas adalah sebagai berikut: jika probabilitas lebih dari 0,05; maka Ha ditolak, sebaliknya jika probabilitas kurang dari 0,05; maka Ha diterima Pengambilan keputusan juga dapat didasarkan pada harga perbandingan F hitung dan F tabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (k-1, N-k). Jika F hitung lebih besar dari F tabel (Fhitung > Ftabel), maka Ha diterima, sebaliknya jika F hitung lebih kecil F tabel (Fhitung < Ftabel) maka Ha ditolak.
Jika dari pengujian One Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan, untuk menentukan status sekolah mana yang berbeda, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey-HSD.
(73)
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data 1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan September sampai dengan awal bulan Oktober 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Penyebaran kuesioner untuk siswa, guru, dan orang tua tidak dapat dilakukan secara langsung melainkan dengan meninggalkan kuesioner pada pihak sekolah, yang kemudian dalam jangka waktu tertentu diambil oleh peneliti.
Penyebaran kuesioner dilakukan di beberapa SMA yang memiliki akreditasi A, B, maupun C. Data mengenai sekolah yang tergolong akreditasi A, B, maupun C diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Kota Yogyakarta terdapat 50 SMA, terdiri dari 29 sekolah yang terakreditasi A, 8 sekolah yang terakreditasi B, 4 sekolah yang terakreditasi C, dan 9 sekolah belum terakreditasi. Pada awalnya, dari 50 SMA yang terdapat di Kota Yogyakarta, peneliti mengambil 12 SMA yang dijadikan sampel penelitian, tetapi setelah peneliti mendatangi SMA-SMA tersebut ada satu SMA yang menyatakan tidak bersedia untuk dijadikan tempat penelitian, dan satu SMA lagi tidak dapat dijadikan tempat penelitian dikarenakan di SMA tersebut tidak terdapat kelas XII IPS. Dari 12 SMA,
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)