Pengertian Status Sekolah Status Sekolah

2. Besarnya keluarga jumlah anggota keluarga. 3. Tingkat biaya hidup. 4. Taraf pendidikan keluarga dan status sosial. Misalnya pola kebutuhan seorang dokter berbeda dengan pola kebutuhan seorang guru atau seorang tukang kayu. Dengan demikian jumlah dan pola pengeluarannya akan berbeda pula. 5. Lingkungan sosial dan ekonomi keluarga itu misal tinggal di desa, di kota kecil, ataupun di kota besar seperti Jakarta. Dengan penghasilan yang dihasilkan hendaknya orang tua memperhatikan perkembangan anak khususnya pendidikan. Tingkat penghasilan berpengaruh terhadap pemenuhan fasilitas pada si anak. Semakin tinggi tingkat penghasilan orang tua, semakin banyak pula fasilitas yang akan di dapat oleh si anak, misalnya orang tua bisa memberikan komputer, gadget canggih serta bisa memasukkan anaknya di pendidikan non formal bimbingan belajar agar mereka lebih dapat memahami materi yang diajarkan di sekolah. Sebuah tinjauan lingkungan kemiskinan anak menyimpulkan bahwa dibanding dengan rekan-rekan yang lebih diuntungkan secara ekonomi, anak- anak miskin mengalami kesengsaraan. Menurut Evans 2004 dalam Santrock 2014 : 163 lebih banyak konflik keluarga, kekerasan, kekacauan dan pemisahan keluarga dari mereka, kurang dukungan sosial, kurang stimulasi intelektual, lebih banyak menonton TV, fasilitas sekolah dan perawatan anak rendah, serta orang tua yang kurang terlibat dalam kegiatan sekolah mereka, lebih banyak polusi dan ramai, rumah berisik, dan lebih berbahaya memburuknya lingkungan. Dengan adanya pendapat tersebut dapat memungkinkan mereka malas untuk belajar dan menimbulkan perilaku menyimpang di sekolah, seperti menyontek.

F. Penelitian yang Relevan

1. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan perilaku Menyontek

Penelitian ini dilakukan oleh Alvianto, 2008 Universitas Sanata Dharma. Penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Dukun Kecamatan Muntilan yang berjumlah 70 orang, menunjukkan bahwa terdapat hubugan negatif yang signifikan antara variabel motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek r=-0.577, signifikansi 0.000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyonteknya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka semakin tinggi tingkat perilaku menyonteknya.

2. Perbedaan Sikap antara Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan

Terhadap Perilaku Menyontek dalam Ujian di Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dilakukan oleh Meidiana 2005 Universitas Sanata Dharma. Penelitian pada mahasiswa USD yang berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan, menunjukkan bahwa