BUAH PALEM EKSTRAKSI TINJAUAN PUSTAKA

Bab II . Tinjauan Pustaka 9

D. BUAH PALEM

Licuala grandis Buah palem Licuala yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Licuala ruphii, Licuala grandis dan Licuala spinosa karena tiga jenis palem ini banyak tumbuh di Surabaya dan sekitarnya sebagai tanaman hias dan pohon pelindung Winarti, 2006. Menurut para ahli botani terdapat sekitar 24 spesies palem Licuala, diantaranya adalah Licuala grandis seperti pada gambar 2.1, Licuala lauterbachii, Licuala peltata, Licuala pumila, Licuala ruphii, Licuala grandis, Licuala bacularia, Licuala fordiana, Licuala muellen, Licuala paludosa, Licuala ramsayi, Licuala triphylla dan Licuala spinosa. Tanaman Licuala grandis memiliki buah yang berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 1 - 3 cm dan diameter 1 - 2 cm. Buah bergerombol dalam satu untai, buah muda biasanya berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah cerah. Buah Licuala grandis yang sudah masak biasanya dimakan burung karena rasanya agak manis. Gambar 2.1. Palem Licuala grandis Gambar 2.2. Palem Lauterbachii Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 10 Gambar 2.3. Palem Spinosa Gambar 2.4. Palem Pascoa

E. EKSTRAKSI

Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber dari bahan tersebut, seperti misalnya ekstraksi cairan buah-buahan. Komponen yang dipisahkan dalam ekstraksi dapat berupa padatan dari suatu sistem campuran cair-cair, atau padatan dari suatu sistem padat-padat. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya menggunakan pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Pada ekstraksi tersebut terjadi pemisahan pada komponen yang mempunyai kelarutan yang lebih rendah terhadap pelarut yang digunakan. Komponen yang larut dapat berupa cairan maupun padatan, sedangkan produk utama dalam proses ekstraksi adalah ekstraknya, yaitu pelarut dengan komponen yang larut Fennema, 1985. Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 11 Menurut Hui 1992, ekstraksi terdiri dari 3 tahap, diantaranya : 1. Pencampuran bahan baku dengan pelarut sehingga terjadi kontak dari keduanya. 2. Pemisahan bahan baku. 3. Pengambilan bahan terlarut dari pelarut. Pomeranz and Meloan 1994, mengatakan bahwa dalam melarutkan suatu komponen bahan, hal utama yang harus diperhatikan adalah pemilihan jenis pelarut yang mempunyai polaritas hampir sama dengan bahan yang dilarutkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya menggunakan pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen yang lain dalam campuran Fennema, 1985. Shriner et al 1980, menyatakan bahwa pelarut polar hanya akan melarutkan solute yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar. Pelarut polar misalnya air, sedangkan pelarut non polar misalnya aseton, heksan, etanol dan petroleum ether. Faktor-faktor yang berpengaruh didalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut : 1. Jenis pelarut. Harus dipilih pelarut yang sesuai dengan tingkat polaritasnya dan tidak akan merusak bahansolute. Disamping itu pelarut tidak boleh mempunyai viskositas yang tinggi kental agar sirkulasi bebas dapat terjadi Treyball, 1981. Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 12 2. Perbandingan pelarut. Yang dimaksud perbandingan pelarut disini adalah perbandingan antara berat contoh gram yang diproses dengan pemakaian pelarut ml. Dengan bertambahnya pelarut, maka akan diperoleh hasil yang lebih banyak, tetapi bahan memiliki batas maksimum yang dapat terekstrak sehingga penggunaan pelarut yang berlebihan kurang efisien. Bernasconi et al 1995, menyatakan bahwa pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini : a. Selektifitas. Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen- komponen yang lain dari bahan ekstraksi. b. Kelarutan. Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar kebutuhan pelarut sedikit. c. Kemampuan tidak saling bercampur. Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh terbatas larut dalam bahan ekstraksi. d. Kerapatan. Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. e. Reaktifitas. Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 13 f. Titik didih. Karena ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, suhu penguapan harus melebihi titik didih pelarut heksan, petroleum ether, etanol, dan aseton. Sehingga pelarut dapat menguap, dan dapat diambil ekstrak warnanya. g. Kriteria yang lain. Pelarut sedapat mungkin tersedia dalam jumlah yang besar, tidak beracun, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan stabil secara kimia. Selain itu pelarut ekstraksi non polar juga tidak berpengaruh tehadap makanan, karena fungsi dari pelarut hanya memisahkan warna saja. Setelah proses evaporasi pelarut akan hilang karena menguap Sudarmadji, 1989. Menurut Suyitno 1998, ekstraksi dengan pelarut dilakukan berdasarkan sifat kelarutan komponen didalam pelarut yang digunakan. Komponen yang larut dapat berbentuk padat maupun cair, dipisahkan dari benda padat atau benda cair. Polaritas polarity merupakan tingkat kelarutan bahan dalam air di satu sisi dan pelarut organik di sisi yang berlawanan, yang cenderung larut dalam air disebut memiliki sifat yang polar dan sebaliknya yang cenderung larut dalam pelarut organik disebut non polar Sudarmadji, 1989. Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam bahan yang sama polaritasnya dengan bahan yang akan dilarutkan. Secara fisik, tingkat Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 14 polaritas dapat ditunjukkan dengan lebih pasti melalui pengukuran konstanta dielektrikum suatu bahan pelarut. Semakin tinggi konstanta dielektrikumnya maka kepolarannya semakin tinggi Fennema, 1985. Adapun konstanta dielektrikum bahan-bahan pelarut dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Konstanta Dielektrikum bahan-bahan pelarut. Tingkat Kelarutan Bahan pelarut Konst. Dielek D Tidak larut Sedikit Misibel n-heksan 1,89 Tl Non polar petroleum ether 1,90 Tl n-oktan 1,95 Tl n-dekan 1,99 Tl n-dodekan 2,01 Tl sikloheksan 2,02 Tl 1,4-dioksan 2,21 M benzene 2,28 S toluen 2,38 Tl furan 2,95 Tl asam propanoat 3,30 M dietilether 3,34 S khloroform 4,81 S butilasetat 5,01 S etilasetat 6,02 S asam asetatglasial 6,15 S metilasetat 6,68 S tetrahidrofuran 7,58 S metilenkhlorida 9,08 S t-butanol 10,09 M Piridin 12,30 M 2-butanol 15,80 S n-butanol 17,80 S 2-propanol 18,30 M 1-propanol 20,10 S aseton 20,70 M ethanol 24,30 M metanol 33,60 M asam formiat 58,50 M air 80,40 M polar Misibel artinya dapat bercampur dengan air dalam berbagai proporsi. Sumber : Sudarmadji, 1989. Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 15 Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi warna buah palem Licuala grandis ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Etanol Etanol, merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang khas. Etanol merupakan kelompok alkohol dimana molekulnya mengandung gugus hidroksil -OH yang berkaitan dengan atom karbon, berat spesifik cairan tersebut pada 15⁰C sebesar 0,7937. Etanol mulai mendidih pada suhu 78,32⁰C 760mmHg. Bahan ini mudah larut dalam air dan eter. Sifat-sifat Etanol disajikan pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Sifat-sifat Etanol No. Karakteristik 1. Nama lain Ethil hidroxyde, grain alcohol, dll 2. Rumus bangun C 2 H 2 OH 3. Sifat Bersifat volatile, baunya sangat menyengat, mudah terbakar, mudah menguap. 4. Berat molekul BM 46,7 5. Titik leleh -117,3 – -112⁰C 6. Titik didih 78,32⁰C pada 760 mmHg 7. Berat jenis 6,6 lbsgl pada 20⁰C 8. Kelarutan Dalam air, ester, kloroform, metal alcohol 10. Vpour Density 1,59 Sumber : perry,RH 1999 2. Aseton Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan- 2-on, dimetilformaldehida, dan -ketopropana adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter. Aseton juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 16 membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Sifat- sifat Aseton disajikan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Sifat-sifat Aseton No. Karakteristik 1. Nama lain propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan- 2-on, dimetilformaldehida, dan - ketopropana 2. Rumus bangun CH 3 COCH 3 3. Massa molar 58,08 gmol 4. Titik leleh -94,9⁰C 178,2⁰K 5. Titik didih 56,53⁰C 329,4 K 6. Warna larutan Cairan tidak berwarna 7. Kelarutan dalam air Larut dalam bebagai perbandingan 8. Viskositas 0,32 Cp pada 20⁰C Perry, 1999 3. Heksan Heksana C 6 H 14 - alkana dengan enam atom karbon dalam molekul. Isomer dari heksana sangat reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut dalam reaksi organik karena mereka sangat non-polar. Juga termasuk dalam komposisi bensin. Sifat-sifat heksan disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Sifat-sifat heksan No Karakteristik 1. Nama lain n-heksana 2. Rumus bangun C 6 H 14 3. Massa molar 86,18 gmol 4. Titik didih 65-70⁰C 6. Warna larutan Cairan tidak berwarna Perry, 1999 4. Petroleum eter, Petroleum eter, VM P Nafta, Petroleum Nafta, Nafta ASTM, Petroleum Spirits, X 4 atau Ligroin, adalah sekelompok berbagai volatile, sangat mudah terbakar, cairan hidrokarbon campuran yang digunakan terutama sebagai nonpolar Ekstraksi dan stabilitas warna karotenoid dari buah palem Licuala grandis Bab II . Tinjauan Pustaka 17 pelarut. Petroleum eter diperoleh dari minyak bumi kilang sebagai bagian dari distilat yang adalah penengah antara pemantik nafta dan yang lebih berat minyak tanah. Penyulingan berikut fraksi eter minyak bumi yang biasanya tersedia: 30⁰ hingga 40° C, 40⁰ hingga 60° C, 60⁰-80° C, 80⁰ menjadi 100° C, 80⁰-120° C dan kadang-kadang 100⁰-120° C. The 60⁰-80° C fraksi sering digunakan sebagai pengganti heksana. Petroleum eter banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan farmasi dalam proses pembuatan. Petroleum eter terutama terdiri atas pentana, dan kadang-kadang digunakan sebagai pengganti pentana karena dengan biaya lebih rendah. Petroleum ether secara teknis bukanlah sebuah eter. Sifat-sifat petroleum ether disajikan pada Tabel 2.5 Tabel 2.5. Sifat-sifat Petroleum ether No. Karakteristik 1. Nama lain VM P Nafta, Petroleum Nafta, Nafta ASTM, Petroleum Spirits, X 4 atau Ligroin 2. Titik nyala -40⁰C 3. Titik didih 50-70⁰C 4. Viskositas 0,5mm2s Perry, 1999

F. STABILITAS WARNA KAROTENOID