88
Program KSM merupakan suatu bagian dari upaya pengembangan ekonomi masyarakat yang dilaksanakan secara kolektif dan diupayakan
komprehensif dengan program-program
yang mendukung terciptanya
penguatan perekonomian di masyarakat. Telah terbukti bahwa program- program yang diprakarsai oleh masyarakat dan juga direncanakan atas
kebutuhan masyarakat melalui sebuah wadah yang pas yaitu KSM mampu menciptakan kondisi sosial yang dinamis. Kondisi sosial yang dinamis yang
dimaksud adalah kemauan masyarakat untuk berperan langsung terhadap pembangunan dan kepentingan bersama dalam menciptakan kondisi yang
nyaman. Pembangunan desa merupakan suatu kegiatan yang berlangsung secara
terpadu dan berkesinambungan mebutuhkan adanya penggerak dari dalam masyarakat itu sendiri inner will dalam bentuk partisipasi dan keswadayaan.
Partisipasi dan keswadayaan merupakan dua konsep yang bisa dibedakan, namun tidak bisa dipisahkan. Partisipasi merupakan wujud peran serta
masyarakat pedesaan dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan pembangunan, mulai dari pengkajian potensi dan masalah, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, pemanfaatan hasil, monitoring dan evaluasi, sampai dengan tindak lanjut program.
Sedangkan keswadayaan merupakan potensi dan kemampuan
masyarakat desa dalam mendayagunakan sumber-sumber yang mereka miliki demi
mewujudkan kemandirian
dalam pengelolaan
pembangunan.
89
Keswadayaan bisa dipahami sebagai upaya yang didasarkan atas kepercayaan dan kemampuan sendiri dan berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.
Keswadayaan juga
berarti semangat
untuk membebaskan
diri dari
ketergantungan pada pihak luar, atau kekuatan dari. Namun demikian, peningkatan keswadayaan tidak perlu menempatkan masyarakat desa secara
terisolasi, akan tetapi justru didorong tumbuhnya kerjasama kemitraan dengan berbagai pihak yang saling menguntungkan.
Dalam rangka menumbuhkan pola pengelolaan pembangunan yang berbasis pada partisipasi dan keswadayaan, maka upaya membangkitkan
kemampuan dan rasa percaya diri masyarakat desa agar membangun dengan mengutamakan kemampuan sendiri self confidence sangat dibutuhkan.
Dalam hal ini, perlu diberikan peluang luas bagi masyarakat untuk mengidentifikasi potensi keswadayaan yang berupa sumber daya alam, modal
sosial, tata-nilai dan kelembagaan lokal maupun sumber-sumber lain yang mereka miliki semacam akses dan peluang kerjasama dengan pihak luar.
Strategi pemberdayaan melalui pengalokasian berbagai bantuan yang telah berlangsung selama ini sering kali hanya menghasilkan distorsi, dimana
masyarakat penerima bantuan tidak semakin berdaya dan mandiri melainkan sebaliknya semakin tergantung terhadap bantuan dari luar. Hal ini selain
disebabkan oleh kurang tepatanya strategi pemberdayaan yang diterapkan, juga
disebabkan oleh
kurangnya data
yang secara
akurat mampu
menginformasikan kondisi kemampuan dan perkembangan keswadayaan
90
masyarakat sebagai acuan dalam memutuskan bentuk bantuan yang sesuai sehingga mendukung terwujudnya kemandirian.
Desa Minomartani sudah mampu melaksanakan apa yang dimaksud dengan
menumbuhkan partisipasi
masyarakat dan
juga keswdayaan
masyarakat, hal tersebur terbukti dari banyaknya KSM yang muncul atas inisiatif masyarakat untuk bersama-sama memanfaatkan potensi untuk
menyelesaikan masalah bersama. KSM-KSM di desa Minomartani secara berkelanjutan memberikan kontribusi positif dalam mengerakkan masyarakat.
Dari hasil penelitian yang peneliti mengambil kesimpulan bahwa masyarakat Minomartani dalam pelaksanaan program yang dilakukan mampu
menarik masyarakat untuk turut dalam pembangunan desa. KSM menjadi magnet masyarakat manakala masyarakat melihat dan merasakan manfaat
KSM dalam kehidupan mereka. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa masyarakat awalnya tidak tertarik dengan adanya KSM karena kurangya
informasi yang mereka peroleh. Informasi yang mereka peroleh seringkali hanya dari mulut-kemulut, tetapi setelah mereka mendapatkan informasi
secara utuh tentang KSM serta manfaat nyata dari kegiatan KSM, masyarakat dengan sadar ikut berpartisipasi dalam kegiatan KSM , sehingga bisa
mengerakkan apa yang dinamakan pembangunan desa yang berkelanjutan. Kegiatan KSM di Desa Minomartani sudah mempu mengerakkan dan
menyadarkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembagunan masyarakat
91
desa. KSM
juga mampu
mengerakkan masyarakat
untuk mampu
mengidentifikasi setiap permasalahan dan juga solusi untuk mengatasinya.
2. Implementasi program KSM
dalam menumbuhkan Keswadayaan Masyarakat di Desa Minomartani Condong Catur Sleman.
Implementai program KSM sangat erat hubunganya dengan partisipasi serta kemandirian masyarakat, partisipasi diartikan bahwa setiap program
melibatkan masyarakat baik fisik, ide, dan materi. Keterlibatan disini memiliki makna keikutsertaan masyarakat secara fisikal dan mentalitas. Program selalu
berasal dan untuk pemenuhan masyarakat, sehingga yang merencanakan adalah bersama masyarakat. Kemandirian artinya tujuan utama dari program untuk
mengentaskan masyarakat dengan dirinya sendiri, dan hanya sekedar memberi stimulasi gagasan. Keswadayaan artinya bahwa setiap program harus dilakukan
dengan kemampuan diri sendiri, sehingga segala bentuk intervensi hanyalah sebagai insentif saja.
Implementasi program
KSM untuk
menumbuhkan keswadayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan berdasarkan beberapa langkah yang perlu diperhatikan, baik dalam lingkup umum maupun khusus. Pertama, melakukan
analisis kebutuhan. Masyarakat harus dapat mengenali apa sesungguhnya yang menjadi kebutuhan mereka. Ia harus melakukan need assesment. Analisis
kebutuhan dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan di dalam memetakan apa yang mestinya diperbuat untuk pemberdayaan masyarakat.
92
Kedua, melakukan analisis situasi sosial atau social analysis, yaitu melakukan kajian terhadap berbagai hambatan dan potensi, baik fisik maupun
non-fisik yang
mempengaruhi atas
hidup masyarakat,
dan kemudian
menempatkan hasil analisis kebutuhan tersebut di dalam peta hambatan dan potensi yang dimaksud. Ketiga, menemukan berbagai program yang layak
dijadikan sebagai basis keswadayaan masyarkat, mungkin akan ditemui sekian banyak program yang relevan dengan analisis kebutuhan dan analisis situasi
sosialnya. Keempat, menentukan alternatif program yang diprioritaskan. Kelima,
melakukan aksi pemberdayaan masyarakat sesuai dengan program prioritaskan. Keenam, melakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan
program dan
faktor-faktor penyebabnya.
Melalui evaluasi
ini akan
ditindaklanjuti program berikutnya. Masyarakat
merupakan obyek
tetapi juga
sekaligus subyek
pembangunan, oleh karena itu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sejauh mungkin diarahkan kepada terwujudnya masyarakat yang lebih mandiri, yakni
masyarakat yang mampu merencanakan, mengambil keputusan, melaksanakan dan
menilai usaha
dalam memenuhi
kebutuhannya. Seseungguhnya
keswadayaan masyarakat
merupakan siklus
kegiatan yang
bertahap. Implementasi kegiatan KSM di Desa Minomartani sebagaimana yang di utarakan
dalam hasil penelitian dapat diambil tahap-tahap yang secara tidak langsung
93
sudah dilakukan oleh masyarakat dalam menjalankan kegiatan KSM. Adapun tahapan tersebut dapat secara sederhana dijelaskan sebagai berikut.
1
Persiapan sosial
identifikasi potensi,
masalah dan
kebutuhan Need Assessment
Dalam persiapan sosial yang dilakuakan oleh KSM terlihat bahwa adanya komunikasi antara pengurus BKMunit-unit pengelola kepada masyarakat.
Hal-hal yang
kemudian muncul
dalam komunikasi
tersebut adalah
mengumpulkan Informasi mengenai lokasi kegiatan, oleh karena itu perlu diadakan survei lokasi. Setelah gambaran umum lokasi KSM didapat maka
proses selanjutnya yaitu need assement itu merupakan dialog anggota masyarakat untuk memperoleh fakta antara lain kondisi fisik lokasi, sosial
ekonomi, sumber pendapatan dan lingkungan dan hal-hal yang relevan yang dibutuhkan. Pada saat itu juga diungkapkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan masyarakat dan lingkungannya. Selanjutnya dirumuskan alternatif pemecahan masalah secara serta penentuan prioritas-prioritas pemecahan
masalah. 2 Perencanaan program
Perencanaan program merupakan bagian dari pengembangan swadaya masyarakat yang membahas dan memutuskan tentang tujuan, target, waktu,
pembagian peran dan tanggungjawab, sumber dana, sistem monitoring dan evaluasi yang semua dipahami oleh anggota masyarakat. Planning PRA bisa
membantu analisis partisipatif terhadap penyusunan program.
94 3
Pembentukan dan dinamisasi kelompok. Kelompok sebagai sarana untuk menangani masalah masyarakat, dapat dibentuk berdasarkan beberapa
alternatif pendekatan, yaitu:
a.
Pendekatan berdasarkan kesamaan masalah Dalam hal ini masyarakat Minomartani didekati menurut kesamaan
masalah yang dihadapi. Dalam hal ini masyarakat akan terkonsentrasi pada kesamaan masalah yang sama semisalkan tentang kebersihan
wilayahnya, atau
masalah peningkatan
ekonomi. Sehingga
akan membentuk persatuan dan persamaan tujuan.
b.
Pendekatan berdasarkan tempat berkumpulnya Masyarakat didekati berdasarkan tempat mereka berkumpul sehari-
harinya, misalnya para pedagang sektor informal di pasar, petani di pedesaan. Pendekatan ini menguntungkan dari segi pengelompokan
karena sudah berkumpul disuatu tempat tertentu.
c.
Pendekatan berdasarkan tempat tinggal Pembinaan dilakukan dilokasi pemukiman, pendekatan ini mempunyai
kelebihan terutama mudah diketahuinya latar belakang keluarga.
4
Pelaksanaan program masyarakat Koordinasi antara masyarakat dengan pihak-pihak yang terkait dalam
rangka merealisasikan program yang sudah ditentukan dengan sumber dana dan sumber daya yang ada. Dalam pelaksanaan program ini masyarakat akan
terlibat aktif untuk bersama-sama mencapai tujuan.
95 5
Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau sejauh mana
program dilaksanakan, apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Dengan demikian dapat mengetahui penyimpangan dan penyebabnya. Monitoring
adalah pemantauan kegiatan untuk melihat sejauh mana kemajuan pencapaian tujuan,
apakah ada
penyimpangan-penyimpangan. Evaluasi
adalah pemantauan untuk melihat sejauh mana dampak yang diperoleh dalam
kegiatan pengembangan masyarakat. Monitoring ini dilakukan oleh dan untuk masyarakat sendiri. Jadi secara mandiri dilakukan oleh masyarakat.
6
Perencanaan tidak lanjut Apabila dalam monitoring dan evaluasi ditemukan penyimpangan maka
dilakukan perbaikan-perbaikan yang dituangkan dalam perencanaan tidak lanjut atau jika program dirasa bermanfaaat maka akan dilanjutkan secara
berkelanjutan.
3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi kegiatan KSM dalam menumbuhkan keswadayaan masyarakat.
Dalam pelaksanaan program kelompok swadaya masyarakat di Desa Minomartani,
terdapat faktor
pendukung dan
penghambat yang
mempengaruhi keberhasilan di dalam pelaksanaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pengelola, penerima program yang menjadi faktor
pendukung di KSM selama pelaksanaan program berlangsung adalah
96
a. Partisipasi masyarakat antusias untuk ikut sangat besar, setelah mendapatkan informasi yang utuh mengenai kebermanfaatan KSM.
b. Keberhasilan dalam pelaksanaan program hal ini di tunjukan dari masyarakat penerima program yang sudah menerapkan ilmunya yang
mereka dapat dengan membuka lapangan usaha sendiri Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan program kelompok swadaya
masyarakat dari segi partisipasi masyarakat semangat dalam mengikuti program-program serta keberhasilan program-program setelah mengikuti
program. Selain itu adapun kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan program yaitu masalah keterbatasan modal dan Pemilihan kelompok sasaran
penerima program yang kurang tepat sehingga hasilnya tidak sesuai yang diharapkan namun, faktor penghambat yang ada sejauh ini tidak menghambat
keberlangsungan program
97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian mengenai Implementasi program Kelompok Swadaya Masyarakat KSM untuk Menumbuhkan Keswadayaan Masyarakat di
Kelurahan Minomartani, Sleman, Yogyakarta yang terurai dalam dalam bagian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut :
1. Program kegiatan KSM Minomartani di bagi menjadi 3 yaitu unit UPSunit pengelola sosial, UPKunit pengelola keuangan,UPLunit
pengelola keuangan. penanggulangan masalah kemiskinan agar dapat
mendapatkan solusi yang tepat sasaran. Program-program yang ada di KSM Minomartani merupakan kegiatan awal proses pembelajaran di
tingkat masyarakat. Dengan adanya KSM di desa Minomartani dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk memperkuat
kembali ikatan-ikatan pemersatu sebagai media membangun solidaritas sosial sehingga masyarakat mampu memecahkan persoalan-persoalan
bersama secara mandiri.
2.
Implementasi program
KSM dalam
menumbuhkan keswadayaan
masyarakat di
desa Minomartani.
Pembentukan KSM
di desa
Minomartani melalui beberapa langkah atau tahap sesuai dengan data
98
dilapangan yang peneliti himpun, sehingga terbentuklah KSM, Langkah- langkah yang ditempuh adalah melakukan analisis kebutuhan Masyarakat
harus dapat mengenali apa sesungguhnya yang menjadi kebutuhan maereka. Ia harus melakukan need assesment. Pertama Analisis kebutuhan
dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan di dalam memetakan apa yang mestinya diperbuat untuk pemberdayaan masyarakat, kedua melakukan
analisis situasi sosial atau social analysis, yaitu melakukan kajian terhadap berbagai hambatan dan potensi, baik fisik maupun non-fisik yang
mempengaruhi atas hidup masyarakat, dan kemudian menempatkan hasil analisis kebutuhan tersebut di dalam peta hambatan dan potensi yang
dimaksud, ketiga menemukan berbagai program yang layak dijadikan sebagai basis keswadayaan masyarkat, mungkin akan ditemui sekian
banyak program yang relevan dengan analisis kebutuhan dan analisis situasi
sosialnya, keempat
menentukan alternatif
program yang
diprioritaskan, Kelima, melakukan aksi pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
program prioritaskan,
keenam melakukan
evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan atau kegagalan program dan faktor-faktor penyebabnya.
Melalui evaluasi
ini akan
ditindaklanjuti program
berikutnya. 3. Dari
hasil penelitian
muncul beberapa
faktor pendukung
dalam implementasi program KSM a antusias masyarakat untuk ikut sangat
besar setelah mendapatkan informasi yang utuh mengenai kebermanfaatan
99
KSM. b Berdirinya KSM ditengah-tengah masyarakat tidak lain adalah untuk menyelsaikan permasalahan yang ada. selanjutnya adalah kerjasama
antara pengurus KSM satu dengan yang lain menjadi faktor pendukung dalam menumbuhkan keswadayaan masyarakat dengan kerjasama yang
baik dan komunikasi yang secara continue mampu menujukkan hasil atau keberhasilan dalam setiap kegiatan KSM. Keberhasilan tersebut yang
kemudian menjadi
salah satu
motivasi masyarakat
untuk ikut
berpartisipasi dalam KSM. 4. Faktor penghambat implementasi program KSM adalah a sering muncul
dari dalam kurangnya sosialisasi kebermanfaatan KSM kepada masyarakat menjadi penyebab kurangnya respon masyarakat terhadap kegiatan KSM,
masyarakat seringkali hanya memperoleh informasi secara sepengal atau sepotong sepotong saja, tidak secara menyeluruh. Kemudian faktor
penghambat dari internal yang lain adalah kurang disiplinya pengurus BKM dalam merekrut masyarakat sebagai pengurus KSM. Ini menjadi
penting manakala KSM bergerak dari dan untuk masyarakat itu sendiri. Sehingga ketika perekrutan pengurus KSM sendiri dalam hal kriteria tidak
terlalu diperhatikan. Itu menyebabkan potensi matinya KSM karena pengurus
yang direktur
tidak aktif
bergerak. Konsep
partisipasi masyarakat adalah harus ada yang motor pengerak untuk mengerakkan
partisipasi masyarakat secara luas.
100
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Masih sangat perlu diberikan sosialisai tentang kebermanfaatan KSM
kepada masyarakat karena kurangnya sosialisasi menjadi penyebab kurangnya respon masyarakat terhadap kegiatan KSM.
2. Hendaknya dalam penyampaian informasi
lebih detail karena
Masyarakat seringkali hanya memperoleh informasi secara sepengal atau sepotong-potong saja tidak secara menyeluruh.
3. Pemilihan kelompok sasaran penerima program yang kurang tepat sehingga hasilnya tidak sesuai yang diharapkan
101
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Teguh
Sulistyani, 2004
Kemitraan dan
Model-Model Pemberdayaan
.Yogyakarta : Gava Media Anwar, 2007 Manajemen Pemberdayaan Perempuan.Bandung: Alfabeta
Grindle, Dalam Wibawa. 1994. Implementability. Jakarta:Grafindo Jaya Isbandi
Rukminto Adi.
2007. Perencanaan Partisipatoris
Berbasis Aset
Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan . Depok: FISIP UI Press.
Kementrian Pekerjaan Umum, 2012. Modul Tugas dan Fungsi Unit Pengelola. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya
Lexy J Moleong, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan
. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasution S, 1998 Metode Penelitian Naturalistik kualitatif, Bandung : Tarsito Nurul Zuriah, 2006 Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori- Aplikasi,
Jakarta : PT Bumi Aksara Nurdin Usman 2002 implementasi berbasis kurikulum,Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada. Soetomo, 2011 Pembangunan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Pelajar