40 Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsnawaiyah, atau bentuk lain
yang sederajat.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Purnamasari 2014 dengan judul “
Peran Gugus Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah Dasar di Kecamatan Danureja Kota Yogyakarta
” Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta menyimpulkan bahwa gugus sekolah memiliki beberapa peran dalam meningkatkan mutu sekolah yang terbagi menjadi tiga pokok besar
diantaranya, yaitu : 1 terkait dengan proses pembelajaran yang meliputi 3 aspek yaitu : perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran. Peran dalam aspek perencanaan pembelajaran yaitu membentuk organisasi KKKS dan KKG yang memiliki beberapa program
untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peran dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu membekali guru agar mampu melaksanakan
pembelajaran dengan baik melalui workshop atau diklat. Peran dalam aspek evaluasi pembelajaran yaitu menyusun soal bersama dalam evaluasi formatif
dan sumatif, 2 terkait dengan peningkatan mutu manajemen sekolah di Kecamatan Danurejan. Peran gugus sekolah dalam meningkatkan mutu
manajemen sekolah dasar di Kecamatan ini telah memenuhi lima dari delapan komponen yang telah ditetapkan. Lima komponen itu, yaitu
manajemen kurikulum, manajemen tenaga pendidik, manajemen peserta didik, manajemen sarana dan prasarana dan manajemen keuangan. Gugus
sekolah tidak memiliki peran dalam meningkatkan komponen manajemen
41 hubungan sekolah dengan masyarakat, manajemen ketatalaksanaan
pendidikan dan manajemen layanan khusus, 3 terkait dalam meningkatkan mutu kultur sekolah. Peran gugus telah memenuhi dua komponen dari tiga
komponen yang telah ditetapkan yaitu nilai atau keyakinan sekolah dan norma
–norma sekolah. Satu komponen yang belum terpenuhi yaitu keadaan
fisik sekolah. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Jensanaris Soska Farhanti 2014 dengan judul : “ Kebijakan Mutu di Sekolah SD Muhammadiyah Suronatan
Yogyakarta” Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta menyimpulkan bahwa
dalam mewujudkan sekolah dasar yang unggul dan terbaik, pihak sekolah membuat kebijakan
–kebijakan yang mencakup tiga segi, diantaranya: 1 kebijakan pendidikan yang terkait dengan input pendidikan yang meliputi
siswa, sarana dan prasarana, profesionalisme dan kompetensi guru, dan bahan ajar, 2 kebijakan pendidikan untuk peningkatan mutu sekolah pada
proses belajar mengajar seperti kebijakan yang terkait dengan gaya belajar anak, metode belajar mengajar,dan penguasaan materi guru, 3 kebijakan
pendidikan untuk peningkatan mutu sekolah pada aspek output seperti hasil proses belajar mengajar baik akademik maupun non akademik, pelayanan
sekolah, dan kepuasan terhadap sekolah. Dalam pelaksanaan proses pendidikan dan proses pembalajaran sebagai lembaga pendidikan terdapat
faktor pendukung dan penghambat yang menunjang proses pendidikan dan proses pembelajaran. Faktor pendukung tersebut diantaranya kualitas guru
dan tenaga kependidikan, kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana
42 proses pembelajaran, lingkungan yang kondusif, tingkat kedisiplinan yang
tingi, dan faktor yang lain yang mendukung. Dalam faktor penghambat terdapat dua fokus yang dinilai menjadi kendala pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran yaitu: 1 kebijakan pendidikan Proses Belajar Mengajar yang mencakup kondisi siswa yang heterogen, guru yang kurang
menguasai media pembelajaran, kondisi fisik sekolah dan 2faktor penghambat peningkatan kebijakan mutu sekolah yaitu adanya pihak yang
kontra kebijakan sekolah. Adapun beberapa solusi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta melalui sosialisasi
kebijakan sekolah, optimalisasi pemenuhan Standar Nasional Pendidikan,
dan penguatan komitmen guru dan sekolah. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh S. Adi Suparto 2007 yang berjudul “ Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Konsep dan
Implikasinya Terhadap Peningkatan Mutu Guru ” Jurnal menyimpulkan
bahwa mutu pendidikan meliputi tiga aspek yaitu input, proses, dan output. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Dalam input pihak yang dimaskud antara lain berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan
sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan
input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh
terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil
43 proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro ditingkat
sekolah, proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses
belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya. Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja
sekolah yakni prestasi sekolah yang dihasilkan dari prosesperilaku sekolah. Kinerja
sekolah dapat
diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat
dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitasbermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian
yang tinggi. Salah satu upaya yang sangat mendesakdilakukan adalah peningkatan
mutu gurumelalui
profesionalisasi jabatan
guru,yang memungkinkan
guru mampumemberikan
layanan ahli
sesuai denganprofesinya, dan karena itulah, maka gurulayak mendapat
penghargaan yang lebih.Sehubungan dengan upaya ini diperlukan perangkat undang-undang sebagai rujukan dasar dan tentu saja lembaga penyelenggara
yang memiliki kapasitas pendukung yang memadai. Dari sisi perundangan, sudah ada PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
44
C. Kerangka Berpikir