22 Mengetahui tingkat reliabilitas suatu tes dapat melihat patokan sebagai
berikut: a.
Soal memiliki reliabilitas yang tinggi atau reliabel apabila r
11
lebih besar atau sama dengan 0,70.
b. Soal memiliki reliabilitas yang rendah atau tidak reliabel apabila r
11
lebih kecil dari 0,70. Sudijono, 2012: 209
Setelah didapatkan hasil perhitungan menggunakan rumus, maka hasil tersebut dapat diinterpretasikan melalui patokan di atas.
5. Daya Pembeda
Menurut Suharsimi 2013: 226, Daya Pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Menurut Arifin 2013: 273, perhitungan Daya Pembeda adalah
pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum
atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Daya Pembeda menurut Sukiman 2012: 215 adalah kemampuan soal untuk
membedakan antara siswa yang mampu menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang kurang mampu atau belum menguasai materi
yang ditanyakan. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Daya Pembeda menjadi ukuran sebuah soal untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi. Semakin tinggi koefisien Daya Pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal
23 tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi
dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi. Daya Pembeda akan mengkaji soal-soal tes dari segi kemampuan tes
tersebut dalam membedakan siswa yang masuk dalam kategori prestasi yang rendah maupun yang tinggi. Soal yang memiliki Daya Pembeda akan
mampu menunjukkan hasil yang tinggi apabila diberikan kepada siswa yang memiliki prestasi tinggi dan hasil yang rendah apabila diberikan
kepada siswa yang memiliki prestasi rendah. Menghitung Daya Pembeda perlu dibedakan antara kelompok kecil
kurang atau sama dengan 100 dan kelompok besar lebih dari 100. a.
Untuk kelompok kecil Seluruh kelompok testee, dibagi dua sama besar, 50 kelompok
atas JA dan kelompok bawah JB. Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah lalu dibagi dua.
b. Untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil 2 kutubnya saja, yaitu 27
skor teratas sebagai kelompok teratas JA dan 27 skor terbawah sebagai kelompok bawah JB.
Suharsimi, 2013: 227 Untuk menghitung Daya Pembeda digunakan rumus berikut ini:
a. Menghitung Daya Pembeda Soal Objektif
Keterangan: D
= daya pembeda J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab betul
B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab betul
P
A
= proporsi siswa kelompok atas yang menjawab
24 dengan betul
P
B
= proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab dengan betul
Suharsimi, 2013: 228 b.
Menghitung Daya Pembeda Soal Uraian IDP = Mean kelompok atas MA
– Mean kelompok bawah BB Skor maksimun soal
Sukiman, 2012: 220 Selanjutnya Daya Pembeda dapat diketahui klasifikasinya dengan
melihat klasifikasi berikut ini: D =
Negatif = Tidak baik
D = 0,00-0,20
= Kurang baik D =
0,21-0,40 = Cukup
D = 0,41-0,70
= Baik D =
0,71-1,00 = Baik sekali
Suharsimi, 2013: 232 Dari klasifikasi di atas dapat diketahui bahwa butir soal dikatakan baik
jika mempunyai indeks diskriminasi D antara 0,41 sampai 0,70. Butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi negatif sebaiknya dibuang saja.
6. Tingkat Kesukaran