Dampak pergeseran fungsi parhobas terhadap solidaritas sosial masyarakat Batak Toba

97

4.6 Dampak pergeseran fungsi parhobas terhadap solidaritas sosial masyarakat Batak Toba

Segala bentuk pergeseran senantiasa membawa akibat atau dampak terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu. Begitu juga dengan pergeseran fungsi parhobas yang pastinya akan membawa pengaruh tertentu pula bagi masyarakat Batak Toba tersebut, dimana melalui beberapa makna adat yang sudah bergeser dalam kehidupan sehari-harinya, sudah pasti akan membawa akibat positif maupun negatif. Sejauh apakah dampak pergeseran tersebut, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ikatan sosial masyarakat Batak Toba. Pada awalnya beberapa tradisi adat yang menjadi budaya bagi etnis Batak Toba, memang telah menjadi sarana pengintegrasi masyarakat Batak Toba. Dahulu ketika tradisi-tradisi tersebut masih dipegang erat, ikatan sosial Batak Toba terlihat sangat erat, atau dengan kata lain masyarakat Batak Toba terlihat memiliki solidaritas yang tinggi. Ketika adat dan budaya Batak Toba tersebut dilaksanakan pada saat pesta perkawinan, maka sehari sebelum dan sesudah pesta berlangsung, para dongan saulaon dan gelleng baik laki-laki maupun perempuan berkumpul untuk membantu segala macam persiapan yang diperlukan dalam acara pesta adat dengan segala perlengkapan pendukungnya atau marhobas. Para anggota keluarga yang sengaja diundang jauh-jauh hari sebelum hari pelaksanaan pesta biasanya memberikan bantuan, baik dalam bentuk tenaga maupun materi. Sehari sebelum para anggota keluarga, gelleng dan dongan saulaon akan disibukkan dengan berbagai persiapan pesta. Dari sinilah masyarakat Universitas Sumatera Utara 98 Batak Toba menjalin interaksi yang cukup kuat sehingga hubungan kekeluargan dan persaudaraan terbentuk erat dengan sendirinya. Rasa persaudaraan dan kekeluargaan ini akan sering terlihat ketika para warga dan anggota keluarga lainnya akan melangsungkan pesta adat. Jadi kondisi seperti ini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang, ketika para anggota keluarga yang lainnya akan melangsungkan pesta adat Batak Toba. Dari kondisi hubungan persaudaraan Batak Toba tersebut, maka masyarakat Batak Toba merasa menjadi bagian dari kelompok mereka. Kebersamaan yang mereka bangun ternyata juga menjadi perekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Saling bersilaturahmi, saling bertegur sapa, saling tolong menolong, menjadi kenyataan dalam keseharian masyarakat Batak. Inilah gambaran mengenai hubungan persaudaraan dan kekeluargaan yang cukup erat, yang terjalin dari adanya nilai-nilai yang terkandung dalam adat Bata Toba. Namun sekarang karena kebiasaan marhobas yang menjadi bagian dari berjalannya suatu pesta adat tersebut sudah jarang atau tidak lagi dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba, pastilah hubungan solidaritas tersebut akan mengalami perubahan. Pergeseran yang terjadi pada masyarakat Batak Toba memang pada dasarnya ada dampak yang terlihat khususnya ketika akan berlangsungnya suatu acara adat seperti pada intensitas interaksi yang semakin menurun diantara warga desa Sitinjak sebagai satu kelompok keluarga yang selama ini terjalin dengan erat. Sekarang ini apabila ada anggota keluarga Batak Toba yang akan melangsungkan pesta adat, maka para anggota keluarga, gelleng dan dongan saulaon tetap diundang. Namun kehadirannya tidak sama seperti dahulu sehari Universitas Sumatera Utara 99 sebelum dan sesudah pesta berlangsung. Sekarang hanya pada saaat pesta berlangsung. Intensitas interkasi yang telah mengalami pergeseran tersebut disebabkan oleh kesibukan atau profesi yang harus dijalankan oleh masing-masing anggota masyarakat. Karena banyaknya kesibukan warga masyarakat saat ini baik pekerjaan diladang dan yang lainnya, maka tidak adanya waktu yang banyak menjadi alasan tersendiri. Dan juga alasan untuk menghemat pengeluaran dengan tidak menanggung makan parhobas botari dan sarapan pagi parhobas yang menurut masyarakat membutuhkan dana yang lebih banyak lagi. Universitas Sumatera Utara 100

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Marhobas adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba untuk mengerjakan persiapan pesta. Biasanya yang berperan sebagai parhobas adalah masyarakat setempat atau dongan saulaon atau dongan sahuta dan pihak gelleng atau boru. Kebiaan marhobas ini sudah berlangsung secara turun temurun yang dianggap memiliki makna yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup mereka terutama dalam hal interaksi dengan masyarakat setempat dan keluarga mereka masing-masing. Untuk memupuk sikap saling membantu di dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu untuk tetap menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam adat masyarakat Batak Toba. Adapun yang menjadi makna dari marhobas adalah: 1. Saling membantu sesama yang membutuhkan 2. Sebagai sarana untuk bertemu dengan sesama dan keluarga 3. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Kegiatan parhobas dilakukan untuk membantu pihak keluarga yang akan mengadakan pesta. Sebelum marhobas, pertama dilakukan pertemuan atau rapat yang dihadiri oleh masyarakat setempat yang dipimpin oleh raja adat atau natua- tua ni huta . Didalam rapat ini ditentukan ketua untuk setiap kelompok. Misalnya kelompok yang bertanggung jawab untuk memasak, jambar, nasi, teh, daging, piring, cangkir dan sebagainya. Setelah terpilih ketua untuk setiap kelompok maka Universitas Sumatera Utara