30
generasi. Marhobas adalah kodrat wanita batak,dan salah satu indikator kongkrit dalam menilai rasa hormat seorang gelleng terhadap adat atau pun hula-hula.
Kompas.com20110813parhobas-388522.html.
Hubungannya gotong-royong sebagai nilai budaya, Nilai itu dalam sistem budaya orang Indonesia mengandung empat konsep, ialah :
1. Manusia itu tidak sendiri di dunia ini tetapi dikelilingi oleh komunitinya,
masyarakatnya dan alam semesta sekitarnya. Di dalam sistem makrokosmos tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai unsur kecil saja, yang ikut
terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang maha besar itu. 2.
Dengan demikian, manusia pada hakekatnya tergantung dalam segala aspek kehidupannya kepada sesamanya.
3. Karena itu, ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara
hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa 4.
Selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong oleh jiwa sama tinggi sama
rendah. Adanya sistem nilai tersebut membuat gotong-royong senantiasa dipertahankan dan diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga
gotong-royong akan selalu ada dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kondisi budaya komunitas yang bersangkutan berada.
2.5. Interaki sosial dalam etnis Batak Toba
Etnis Batak berinteraksi menurut adat istiadat, pada etnis Batak Toba Dalihan Na Tolu merupakan bentuk interaksi yang mengatur hubungan diantara
mereka bahkan ikatan keluarga, dimana garis keturunan diambil dari garis ayah
Universitas Sumatera Utara
31
patrilineal dan diturunkan kepada keturunanya, dengan adanya marga hubungan
antara masyarakat batak semakin dekat.
Secara Harfiah dalihan na tolu berarti, tungku nan tiga”. Seumpama tungku
yang berkaki tiga yang harus menjaga keseimbangan kuali atau periuk yang digunakan untuk menanak nasi diatasnya. tungku mempunyai fungsi yang sama
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Lambang tiga tungku dalam sistem Dalihan na tolu
mengandung unsur hubungan kekeluargaan, kedekatankan
seseorang yang terdiri dari :
1. Dongan sabutuha kawan semarga
2. Hu-hula kelompok pemberi istri
3. Boru kelompok penerima istri
Masing-masing unsur dalihan na tolu ini memiliki peran-peran yang diperankan mereka dengan kedudukan mereka dalam adat. Kelompok dongan
sabutuha kawan
semarga berkedudukan
sebagai kelompok
yang bermusyawarah sebagai pembicara dalam suatu kegiatan adat. Dongan sabutuha
selalu diminta satu prinsip dalam melangkah pada setiap kehidupan masyarakat, karena merupakan satu penyelenggara pesta, kesejahteraan bersama, satu
keturunan, satu perasaan malu. sada hasuhuton, sada hagabeon, sada hailaon.
Dalam konteks pemahaman keagamaan dalihan na tolu, hula-hula itu personifikasi keteladanan TUHAN Yang Maha Esa Debata Mulajadi Na Bolon.
Perilaku, sifat dan keeladanan Tuhan dapat dilihat karena kepercayaan bahwa Debata
adalah oknum yang sangat dihargai dalam kehidupan masyarakat adat.
Universitas Sumatera Utara
32
Hula-la mewakili Debata sebagai penyampaian berkat dan penilaian adil terhadap perkara yang tidak dapat diselesaikan dongan sabutuha dan boru.
Istilah Boru berfungsi sebagai bumbungan alat penyanggah jika ada perselisihan dikalangan hula-hula, boru dapat berfungsi untuk menghindari
perselisihan agar kembali bersatu. Jadi dalam penyelanggaraan peradilan persekutuan masyarakat boru berfungsi sebagai hakimpenghukum baru dapat
menghukum baru dapat menghukum hula-hula yang hanya mau dihormati tetapi tidak tahu menghormati orang lain.
Hubungn boru, hula-hula merupakan kesatuan yang erat dan selalu dibina keharmonisannya. Boru harus bersikap memuliakan hula-hula, ia harus
memperlakukannya dengan hormat, sebab hula-hula dapat memantulkan kemuliaan kepada boru. Hula-hula sumber kekuatan adikodrati, daya hidup bagi
masing-masing boru. Boru memandang hula-hula sebagai orang yang dikaruniai sahala
, yaitu kekuasaan istimewa yang dianggap sebagai suatu daya yang dahsyat. Sahala
ini dapat memancarkan pengaruh yang berfaedah dan menyelamatkan boru
sehingga kekuasaan hula-hula menciptakan rasa takut dan hormat kepada hula-hula
. Marga adalah merupakan simbol bahwa seseorang mempunyai hubungan
yang bagaimana dengan orang lain. Etnis Batak yang tergabung dalam satu marga adalah saudara, atau mempunyai hubungan darah. Menuru sejarah etnis Batak,
bahwa marga itu dulunya adalah nama orang. Nama itu kemudian dijadikan marga untuk mengetahui garis keturunan berikutnya.
Etnis Batak Toba melihat garis keturunan dari pihak laki-laki atau sistem patrilineal, sehingga anak laki-laki dianggap mempunyai suatu kekhususan
Universitas Sumatera Utara
33
tertentu, terutama dalam merumuskan warisan marga dan penerusan keturunan, dianggap sebagai pelindung nantinya dihari tua bagi kedua orang tua dan
penolong orang tua yang tidak mampu lagi menghidupi diri sendiri. Bagi etnis ini yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai “orang Batak kesasar”
nalilu. Etnis Batak khususnya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal
nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya dongan tubu
. Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya partuturannya dalam suatu klan atau marga. Marga merupakan suatu identitas diri karena dengan
mengetahui marganya maka dengan sendirinya akan mengatur dirinya sendiri, mengatur sikapnya, sikap perilakunya terhadap orang lain apakah dia marhula-
hula, apakah mardongan tubu, atau barboru. Berdasarkan keterangan diatas
jelaslah marga menyangkut segala segi kehihupan etnis Batak Toba. Kesatuan marga dijamin oleh hubungan mereka dengan nenek moyangnya,
karena mempunyai satu nenek moyang merek merasa sebagai satu keluarga in group. Dalam berinteraksi denagn marga lain out group, mereka yang satu
marga lebih mengutamakan kepentingan marga daripada kepentingan pribadi. Dam berinteraksi setiap etnis Batak tidak pernh lepas dari adat karena salah satu
pertanda dari hidup manusia itu adalah adanya disiplin atau tata tertib yang diatur oleh pikiran manusia itu sendiri. Adat dalah suatu cara pikir bangsa Indonesia,
dimana mereka membentuk dunianya. Menurut Kusnu adat yaitu tatanan hidup rakyat Indonesia yang bersumber
pada rasa susilanya. Susila ini dimengerti dalam suatu konteks harmoni spiritual, dimana kedamaian menyeluruh ada karena kesepakatan bersama. Sebagai
Universitas Sumatera Utara
34
kebiasaan adat dijalankan sesuai dengan irama alam, yang kepadanya terikat suku dan huta. Adat yang mengatur dengan kokoh segenap kehidupan serentak sebagai
rangkuman segala hukum. Bentuk-bentuk pergaulan, penggarapan ladang dan sawah, pembangunan
rumah, perawatan orang sakit dan penguburan mayat, peperangan dan perdamaian, permainan dan tari-tarian, perkawinan dan upacara kurban,
dipelihara, dilaksanakan dan diatur menurut adat. Nainggolan,2006 :80 Adat merupakan suatu kewajiban yang sudah ada, adat adalah kuasa
penertib. Adat sumber hidup dan jalan menuju keselamatan. Maka orang yang berbuat dan bertingkah laku tidak sesuai dengan adat tersebut na so mar adat
orang yang hidup tidak sesuai dengan tatanan social dan mereka terkurung sacara social. Pelanggaran terhadap adat, misalnya perkawinan terlarang
membawa kutukan ilahi. Hal ini dipercaya bisa mengakibatkan kerugian ekonomi, penyakit yang parah, mandul, memperoleh keturunan yang cacat bahkan
kematian. Besarnya hukuman tergantung beratnya pelanggaran terhadap adat. Pada prinsipnya adat berakar pada religi purba. Adat datang dari Debata
yang kemudian diturunkan kepada nenek oyang. Adat mengikat orang hidup dengan nenek oyang dan keturunan mereka hidup sesuai aturan adat yann telah
diturunkan kepada nenek moyang. Adriani mengatakan adat bgi orang-orag Indones adalah jalannya dunia itu sendiri seperti yang diatur dan dipelihara nenek
moyang, sehingga setiap orang yang bermaksud mengadakan perubahan- perubahan, melibatkan diri dalam suatu pertentangan dengan para nenek moyang.
Naiggolan, 2006 : 82.
Universitas Sumatera Utara
35
Adat itu menjamin keseimbangan keseimbangan harmonis antara kekuatan dalam mikrokosmos dengan ketertiban makrokosmos. Harmoni kekuatan itu
membawa hasil, yaitu mempertahankan atau menaikkan kekuatan hidup manusia, hidup ternak dan ladangnya sebagaimana diharapkan. Karena adat berpengaruh
sangat kuat, mengandung rahmat dan hukuman serta merupakan sikap hidup etnis Batak Tobauntuk memandang dunianya maka adat bersifat mutlak baiarpun
etnisBatak Toba sudah menjadi Kristen atau islam, terpelajar atau merantau, mereka tetap mengahargai dan melaksanakan adatnya.
2.6. Kelompok Sosial