menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan.
8. Hubungan kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan- hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari single
relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya
harmonis.
2.2.11. Pelaksanaan Kedisiplinan Kerja
Disiplin yang paling baik adalah disiplin diri. Kecenderungan orang normal adalah melakukan apa yang menjadi kewibawaannya dan menempati aturan
permainan. Suatu waktu orang mengerti apa yang dibutuhkan dari mereka, di mana mereka diharapkan untuk selalu melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien
dengan senang hati. Kini banyak orang yang mengetahui bahwa kemungkinan yang terdapat di balik disiplin adalah meningkatkan diri dari kemalasan.
Organisasi atau perusahaan yang baik harus berupaya menciptakan peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh
pegawai dalam organisasi. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin itu antara lain:
1. Peraturan jam masuk, pulang dan istirahat 2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan
3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lainnya
Universitas Sumatera Utara
4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya Singodimedjo,2000
Disiplin perlu untuk mengatur tindakan kelompok, dimana setiap anggotanya harus mengendalikan dorongan hatinya dan bekerja sama, demi kebaikan bersama.
Dengan kata lain mereka harus secara sadar tunduk pada aturan perilaku yang diadakan oleh kepemimpinan organisasi, yang ditujukan pada tujuan yang hendak
dicapai. Dalam pelaksanaan disiplin kerja, peraturan dan ketetapan perusahaan
hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh pegawai. Selain itu, hendaknya peraturan tersebut juga dikomunikasikan sehingga para karyawan tahu apa yang
menjadi larangan dan apa yang tidak menjadi larangan.
2.2.12. Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja dalam Tika, 2006 telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen antara lain sebagai berikut:
1 Stoner mengemukakan kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan.
2 Bernardin dan Russel mendefenisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun
waktu tertentu. 3 Handoko mendefenisikan kinerja sebagai proses di mana organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. 4 Prawiro Suntoro mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Amstrong dan Baron dalam Suprihanto, 2001 kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Sedarmayanti 2009, menyatakan kinerja merupakan hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Selanjutnya, Menurut Soeprihanto 2001, kinerja adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai standar
targetsasaran atau kriteria yang telah disepakati bersama. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson 2002, kinerja adalah apa yang dilakukan karyawan, sehingga
ada yang mempengaruhi kombinasi karyawan organisasi antara lain: 1. Kuantitas out put
2. Kualitas out put 3.
Jangka waktu out put 4. Kehadiran ditempat kerja
5. Sikap koperatif
2.2.13. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja