Gambaran Aktivitas Hidup Seharihari dan Gangguan Pengliahatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan

(1)

GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI

DAN GANGGUAN PENGLIHATAN LANSIA

DI KELURAHAN UJUNG PADANG

KOTA PADANGSIDIMPUAN

PROPOSAL

SKRIPSI

OLEH MELI FITRIA

121121049

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

 


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya. Serta salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, menuntun kepada kebenaran dan mengeluarkan mereka dari kegelapan cahaya menuju kejalannya. Sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pengliahatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Proposal Penelitian ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed, CWCCA selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Mula Tarigan, S.kp, Mkes selaku penguji I dan Ismayadi, S.kep,Ns,Mkes selaku penguji II yang telah meluangkan waktu untuk member saran atas skripsi ini.

4. Lurah Kelurahan Ujung Padang, yang telah memberikan informasi mengenai data penduduk yang digunakan untuk kepentingan proposal penelitian ini.


(5)

5. Teristimewa kepada Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan memberikan pengorbanan baik moril maupun materil sampai saat ini, juga untuk kakak, adik dan abang ipar atas segala doa, perhatian, dukungan yang luar biasa kepada saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

6. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi angkatan 2012/2013 khususnya sahabat saya Beby dan Opi yang telah memberikan motivasi, bantuan, dan partisipasinya

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih terdapat kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan peneliti.

Akhir kata kepada-Nya kita berserah diri semoga kelak Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dibidang kesehatan.

Medan, Januari 2014


(6)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK. ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Lanjut usia ... 7

2.1.1 Pengertian usia lanjut………… ... ... 7

2.1.2 Proses menua ... 7

2.1.3 Kasifikasi lansia.. ... 8

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia………….. ... 8

2.1.5 Perubahan umum fungsi pancaindera pada lansia……… ... 10

2.2 Gangguan penglihatan……….. ... 11

2.2.1 Pengertian gangguan penglihatan.. ... 11

2.2.2 Perubahan-perubahan secara fisiologis…… ... 12

2.2.3 Aspek klinik.. ... 13

2.2.4 Ketajaman penglihatan.. ... 14

2.2.5 pemeriksaan visus.... ... 15


(7)

2.3 Aktivitas Hidup Sehari-hari ... 19

2.3.1 Pengertian Aktivitas Hidup Sehari-hari. ... 19

2.3.2 Manfaat Aktivitas Hidup Sehar-hari. ... 20

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi AHS. ... 21

2.3.4 Indeks Barthel.. ... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Definisi Operasional ... 30

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1Jenis Penelitian ... 32

4.2 Populasi dan Sampel ... 32

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ... 33

4.4 Pertimbangan Etik ... 33

4.5 Instrumen Penelitian ... 34

4.6 Validitas Data ... 35

4.7 Pengumpulan Data ... 35

4.8 Analisa Data……… ... 36

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian. ... 37

5.2 Pembahasan. ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. ... 44

6.2 Saran. ... 45


(8)

LAMPIRAN

1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian

3. Rencana Anggaran Penelitian 4. Jadwal Tentatif Penelitian 5. Riwayat Hidup


(9)

TABEL

Tabel 2.1 Indeks Barthel dalam pemenuhan kebutuhan Sehari-hari……….. 26

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian……… 29

Tabel 5.1.1 Tabel Data Demografi………... 38

Tabel 5.1.2 Tabel Gangguan Penglihatan………. 39

Tabel 5.1.3 Tabel Aktivitas Hidup Sehari-hari………. 40

Tabel 5.1.4 Tabel tingkat Ketergantungan AHS………. 41

     

                 


(10)

GAMBAR

Gambar 2.1………. 17

Gambar 3.1………. 28

                 


(11)

Judul : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

Peneliti : Meli Fitria

NIM : 121121049

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Lansia dengan gangguan penglihatan mengalami perubahan fisiologis dan aspek klinis. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas hidup sehari-hari tersebut meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 46 orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai dengan Desember dengan melakukan pemeriksaan visus ketajaman penglihatan dan menggunakan kuisioner yang terdiri dari kuisioner data demografi (KDD) dan kuisioner ADL Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia adalah wanita (65,2%), jenjang pendidikan sekolah dasar (71,7%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), menggunakan alat bantu kacamata (65,2%). Lansia yang mengalami gangguan penglihatan tingkat low vision (56,5%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong kategori ketergantungan ringan (87%). Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan.


(12)

Title : Description of Elderly Activity Daily Living (ADL) and the impaired vision in Ujung Padang District Padangsidimpuan Researcher : Meli Fitria

Student No. : 121121049

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

The impaired vision is a serious problem that usually suffered by the elderly. The elderly with this impaired vision get the physical changes and clinical aspects. The changes can limit the elderly in doing their activity daily living. Activity daily living itself usually including how to control defecation stimulation, to control the urinate stimulation, cleaning body (putting on the dentures, brushing teeth, combing hair, shaving, washing face), enter and out the rest room (put off, put on the pants, and clean, and turn on and turn off the faucet), eating, moving from bed to chair and vice versa, walking, clothing, stepping up and down the ladders and taking bath. This research is done to describe the ability of the elderly to do their activity daily living and the impaired vision in Ujung Padang District, Padangsidimpuan. The design of the research is descriptive with 46 persons as the samples and the technique of taking the data uses purposive sampling. The collecting data is hold in September until Desember by doing medical check up to check the sharpness of vision and using questionnaire that consist of the characteristics of the respondent that show most of the elderly woman (65,2%), Elementary school background (71,7%), entrepreneur (45,7%), using optic tool (65,2%). The elderly who suffer low vision (56, 5%). The elderly ability in doing their activity daily living is categorized as light dependent (87%). It is suggested for the next researcher to observe the description of IUADLs (Instrumental Activity Daily Living) for the elderly who suffer the impaired vision.


(13)

Judul : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

Peneliti : Meli Fitria

NIM : 121121049

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Lansia dengan gangguan penglihatan mengalami perubahan fisiologis dan aspek klinis. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas hidup sehari-hari tersebut meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 46 orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai dengan Desember dengan melakukan pemeriksaan visus ketajaman penglihatan dan menggunakan kuisioner yang terdiri dari kuisioner data demografi (KDD) dan kuisioner ADL Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia adalah wanita (65,2%), jenjang pendidikan sekolah dasar (71,7%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), menggunakan alat bantu kacamata (65,2%). Lansia yang mengalami gangguan penglihatan tingkat low vision (56,5%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong kategori ketergantungan ringan (87%). Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan.


(14)

Title : Description of Elderly Activity Daily Living (ADL) and the impaired vision in Ujung Padang District Padangsidimpuan Researcher : Meli Fitria

Student No. : 121121049

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

The impaired vision is a serious problem that usually suffered by the elderly. The elderly with this impaired vision get the physical changes and clinical aspects. The changes can limit the elderly in doing their activity daily living. Activity daily living itself usually including how to control defecation stimulation, to control the urinate stimulation, cleaning body (putting on the dentures, brushing teeth, combing hair, shaving, washing face), enter and out the rest room (put off, put on the pants, and clean, and turn on and turn off the faucet), eating, moving from bed to chair and vice versa, walking, clothing, stepping up and down the ladders and taking bath. This research is done to describe the ability of the elderly to do their activity daily living and the impaired vision in Ujung Padang District, Padangsidimpuan. The design of the research is descriptive with 46 persons as the samples and the technique of taking the data uses purposive sampling. The collecting data is hold in September until Desember by doing medical check up to check the sharpness of vision and using questionnaire that consist of the characteristics of the respondent that show most of the elderly woman (65,2%), Elementary school background (71,7%), entrepreneur (45,7%), using optic tool (65,2%). The elderly who suffer low vision (56, 5%). The elderly ability in doing their activity daily living is categorized as light dependent (87%). It is suggested for the next researcher to observe the description of IUADLs (Instrumental Activity Daily Living) for the elderly who suffer the impaired vision.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2012 penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Pada Hari Kesehatan Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai sekarang. Rata-rata usia harapan hidup di Negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun (WHO, 1973).

Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia semakin meningkat dimana pada RPJMN KemKes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Kesehatan) tahun 2010 UHH dari 70,6 diharapkan terjadi peningkatan tahun pada 2014 menjadi 72 tahun yang akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur usia penduduk.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 380.730 orang (49,68%) dari seluruh populasi lansia sebanyak 766.422 orang. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu dan memberi dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah (Dinkes Sumut, 2011).


(16)

Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas usia lanut adalah 60 tahun atau lebih (Fatimah, 2010).

Menua bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Prosesnya mulai berlangsung sejak seorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit (Azizah, 2011).

Secara umum perubahan fisik pada masa lanjut usia yaitu menurunnya fungsi pancaindera, minat dan fungsi organ seks dan kemampuan motorik (Pieter dan Lumongga, 2010). Pada Lansia ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensitivitas terhadap warna. Lansia pada umumnya menderita presbiopi atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang (Maryam dkk, 2008).

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia, dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia seringkali kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih aktif atau bergerak kesana kemari, mereka akan kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televisi, semua itu akan menurunkan aspek


(17)

sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka di dunia luar yang pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya (Darmojo dan Martono, 2006).

WHO mengatakan, sebanyak 284 juta orang mengalami kerusakan penglihatan diantaranya 30 juta mengalami kebutaan dan 245 mengalami low vision. Sebanyak 90% penderita kebutaan dan gangguan penglihatan hidup di Negara-negara miskin dan terbelakang seperti di Asia dan Afrika. Dibandingkan dengan angka kebutaan Negara-negara di Regional Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi yaitu 15%, Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3% (Depkes RI, 2005).

Kehilangan penglihatan menempati posisi urutan ketiga setelah arthritis dan penyakit jantung sebagai kondisi-kondisi kronis yang umumnya membutuhkan bantuan di dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penyebab penurunan penglihatan bisa terjadi karena kongenital maupun acquired glaukoma dan Age Related Macular Degeneratif (AMD) terjadi 45% pada penurunan penglihatan retino diabetik merupakan penyebab paling sering setelah Age Related Machular Deegeneratif (AMD) (Hazaria, 2009).

Pada bulan September-Oktober 2010 telah dilakukan penelitian oleh Manurung (2011) di RSUP H Adam Malik Medan terkait pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen pada pasien Diabetes Melitus. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sekitar 30,7% dari jumlah sampel


(18)

yang diukur ketajaman penglihatannya dikategorikan ke dalam penglihatan rendah berdasarkan klasifikasi WHO (2010).

Indera penglihatan merupakan indikator penting bagi lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ketidakmampuan dalam melakukan ADL dapat diukur dengan menggunakan indeks Barthel. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung (2006) kuisioner ADL Barthel merupakan instrumen ukur yang andal dan sahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut Indonesia. Indeks Barthel digunakan untuk mengukur status fungsional dasar lansia, karena kemampuannya menilai ketidakmampuan fisik lansia.

Indeks ini mengkaji kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi.

Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Napitupulu (2010) tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama menderita penyakit. menyebutkan aktivitas dengan persentasi tertinggi dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah


(19)

aktivitas transfer (82,8%) sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah naik turun tangga (9,4%).

Dari data-data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan terdapat jumlah lansia sebesar 153 orang sehingga peneliti tertarik untuk meniti tentang gambaran gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang gambaran aktivitas sehari-hari pada lansia dan gangguan penglihatan sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lansia maupun keluarga untuk lebih memperhatikan aktivitas hidup sehari-hari lansia guna meningkatkan kualitas hidup lansia.


(20)

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan

Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan tentang gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

1.4.3 Bagi Peneliti

Merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga menanamkan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.

1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usia Lanjut

2.1.1 Pengertian Usia Lanjut

Menurut UU RI No. 13 tahun 1998 usia lanjut adalah mereka yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih (Fatimah, 2010).

2.1.2 Proses Menua

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus,dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh,sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam dkk, 2008).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi (Mubarak, 2011).

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.


(22)

Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses sudah mulai berlangsung sejak seorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit (Azizah, 2011).

2.1.3 KlasifikasiLansia

Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah sebagai beikut:

1) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun 2) Lansia (elderly) 60-74 tahun

3) Lansia tua (old) 75-90 tahun

4) Lansiasangattua (very old) di atas 90 tahun

2.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam dkk, 2008):

1) Perubahan Fisik

a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun.

b. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam hidung dan telinga mulai menebal.

c. Perubahan muskuloskeletal cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), kram, tremor, tendon mengerut.


(23)

d. Perubahan pendengaran,membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.

e. Perubahan penglihatan, respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, adaptasi menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.

f. Kulit yang mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.

2) Perubahan Sosial

a. Perubahan peranpost power syndrome, single woman, dan single parent

b. Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal.

c. Kalau menjadi PNS akan ada tabungan(dana pensiun). Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.

d. Terjadinya kepikunan yang mengganggu sosialisasi.

e. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung. 3) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.


(24)

2.1.5 Perubahan Umum Fungsi Pancaindra pada Lansia 1) Sistem Penglihatan

Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbiop atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang.

2) Sistem Pendengaran

Orang berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan sel organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga.

3) Sistem Perasa

Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi.

4) Sistem Pencium

Daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan bertambahnya usia, sebagian karena pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut di lubang hidung. 5) Sistem Peraba

Kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera peraba di kulit semakin peka dan sensitivitas terhadap sakit dapat terjadi akibat penurunan pengetahuan ketahanan terhadap rasa sakit.


(25)

2.2 Gangguan Penglihatan

2.2.1 Pengertian Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia seringkali kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih aktif atau bergerak kesana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televisi. Semua itu akan menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka di dunia luar yang pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya (DarmojodanMartono, 2006).

Perubahan penglihatan merupakan bagian dari penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS (aktivitas kehidupan sehari-hari). Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata (Stanley, 2007).

Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif. Perubahan kemampuan akomodatif ini pada umumnya dimulai pada dekade keempat kehidupan, ketika seseorang memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil (Stanley, 2007).


(26)

2.2.2 Menurut Darmojo dan Martono (2006), perubahan-perubahan gangguan penglihatan secara fisiologis yaitu:

1) Perubahan Struktur Kelopak Mata

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada m.orbicularis, retractor palpebra inferior, tarsus, tendokantus medial/lateral, aponeurosis levator papebra dan kulit.

2) Perubahan Sistem Lakrimal

Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora.

3) Proses Penuaan pada Kornea

Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensitivitas kornea yang ditimbulkan oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih lama menurunnya dibanding dengan bagian lainnya.

4) Perubahan Muskulus Siliaris

Semakin bertambah usia seseorang maka serabut otot dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal, terutama bagian inferior.


(27)

5) Perubahan Refraksi

Dengan bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya cadangan akomodasi,namun bila terjadi sklerosis nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cembung (Darmojo & Martono, 2006).

6) Perubahan Fungsional

Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda.

2.2.3 Aspek Klinik 1. Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umumnya adalah kehilangan penglihatan yang bertahap. Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing mata memburuk sendiri-sendiri. Katarak merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada lansia (katarak senile) terutama orang diatas usia 70 tahun (Fatimah, 2010).


(28)

Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular (Ilyas, 2010).

2. Glaukoma

Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan yang ditandai dengan tingginya tekanan intraokuler yang merusaka saraf optikus dan tersering dialami oleh lansia wanita yang berusia 40 sampai 65 tahun (Fatimah, 2010).

3) Presbiopi

Gangguan penglihatan yang terjadi karena kekakuan lensa. Menurut penelitian lensa manusia mulai terjadi kekakuan pada usia 40 tahun sehingga kemampuan akomodasi menurun. Sinar yang masuk kemata tidak dibiaskan tepat diretina dan dibutuhkan lensa kaca mata yang sesuai dengan usia (Tarwoto, Aryani, Wartonah 2009).

2.2.4 Ketajaman Penglihatan

Tidak semua orang mempunyai ketajaman penglihatan yang sama. Ketajaman penglihatan ini dalam istilah kedokteran disebut visus. Ketajaman penglihatan (visus) dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata.Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhan (Gabriel dikutip oleh Wijayanti, 2005).


(29)

Menurut WHO Study Group on The Prevention of Blindness, kelainan pada penglihatan dibagi atas tiga, yaitu :

1) Normal vision 2) Low Vision 3) Blindness

2.2.10 Pemeriksaan Visus menggunakan Kartu Snellen

1) Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.

2) Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.

3) Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50. 4) Bila tajam penglihatan adalah 6/60 bearti ia hanya dapat terlihat pada

jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.

5) Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.

6) Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60.


(30)

Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. 7) Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam

penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.

8) Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga.

9) Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total.


(31)

(32)

2.2.10.1 Prosedur Pemeriksaan Mata dengan menggunakan Kartu Snellen Menurut Depkes RI (2007) prosedur pemeriksaan sebagai berikut : Tahap I. Pengamatan:

Pemeriksa memegang senter perhatikan: 1. Posisi bola mata: apakah ada juling 2. Konjungtiva: ada pterigium atau tidak 3. Kornea: ada parut atau tidak

4. Lensa: jernih atau keruh/ warna putih

Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole:

1. Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang), responden tidak boleh menentang sinar matahari.

2. Gantungkan kartu Snellen yang sejajar mata responden dengan jarak 6 meter (sesuai pedoman tali).

3. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.

4. Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan bola mata.

5. Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen atau dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20).

6. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf kurang dari setengah baris/ maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya. 7. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf setengah baris


(33)

Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan hitung jari:

1. Bila responden belum dapat melihat huruf terbesar dari kartu Snellen maka mulai hitung pada jarak 3 meter (tulis 3/60).

2. Bila belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 2/60), bila belum terlihat maju 1 meter (tulis 1/60). Bila belum juga terlihat maka lakukan lambaikan tangan pada jarak 1 meter (tulis 1/300).

3. Lambaian tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat melihat sinar senter (tulis 1/-).

4. Bila tidak dapat melihat sinar disebut buta total (tulis 00/000). 2.3 Aktivitas Hidup Sehari-hari

2.3.1 Pengertian Aktivitas Hidup Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan mobilisasi (Luekenotte, 2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari tersebut (Stanley, 2006).


(34)

2.3.2 Manfaat Aktivitas Hidup Sehari-hari pada Lansia

Adapun manfaat aktivitas hidup sehari-hari pada lansia adalah:

a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksualpada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik danjantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon serta sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks (Bandiyah,2009).

b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.

c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah. d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi

kecepatan penurunan kekuatan otot. Pembatasan atas linkup gerak sendi banyak terjadi pada lanjut usia, yang sering terjadi akibat keketatan/kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat kontraktur sendi.

e. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lanjut usia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas atau olah raga (Darmojo, 2006).


(35)

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Hidup Sehari-hari

Kemp dan Mitchel (dalam Blackburn dan Dulmus, 2007) menyebutkan bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi olehdepresi. Kemp dan Mitchel juga menyebutkan kemampuan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan ketakutan, kemarahan, kecemasan, penolakan dan ketidakpastian (Potter, 2005).

a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri 1) Umur

Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal yang paling vital bagi kesehatan total lansia. Perubahan normal muskuloskelatal terkait usia pada lansia termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi-sendi yang menyebabkan perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan (Stanly dan Beare, 2007).

2) Kesehatan Fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous menggumpulkan dan menghantarkan, danmengelola informasi dari lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan.


(36)

3) Fungsi Kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputiperhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.

4) Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengankehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009).


(37)

5) Tingkat Stres

Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari (Miller, 1995). b. Faktor-faktor dari luar meliputi :

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya,kesehatan maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu didukung oleh lingkungan yang konduktif seperti keluarga. Budaya tiga generasi (orang tua, anak dan cucu) di bawahsatu atap makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah didaerah perkotaan yang sempit, sehigga kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama anak (Hardywinoto, 2005).

Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti kehilangan orang yang dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran sosial dalam suatu hubungan keluarga. Selain rasa sakit psikologi mendalam, seseorang yang berduka harus sering belajar


(38)

keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup yangbaru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan, kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang memiliki dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi independent maka proses perasaan kehilangan atau kesepian akan terjadi lebih cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).

2) Lingkungan Tempat Kerja

Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka bekerja, karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman akan membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan senang dan giat.

3) Ritme Biologi

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Misalnya cuaca yang mempengaruhi aktifitas sehar-hari.


(39)

2.3.4. Indeks Barthel

Indeks barthel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah suatu alat/ instrument ukur status fungsional dasar berupa kuisioner yang berisi atas 10 butir pertanyaan terdiri atas mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Dengan skor antara 0 – 20. Skor 20 = mandiri, skor 12 – 19 = ketergantungan ringan, skor 9 – 11 = ketergantungan sedang, skor 5 – 8 = ketergantungan berat, skor 0 – 4 = ketergantungan total.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung (2006) kuisioner ADL Barthel merupakan instrumen ukur yang andal dan sahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut Indonesia. Indeks Barthel digunakan untuk mengukur status fungsional dasar lansia, karena kemampuannya menilai ketidakmampuan fisik lansia.


(40)

Tabel 2.1 Indeks Barthel dalam pemenuhan kebutuhan Sehari-hari

No. Aktivitas Kemampuan Skor

1. Mengendalikan rangsang buang air besar (BAB)

Tidak terkendali/ tidak teratur Kadangkala tidak terkendali (1xseminggu)

Terkendali teratur

0 1 2 2. Mengendalikan rangsang

berkemih (BAK) Tidak terkendali/ menggunakan kateter Kadangkala tidak terkendali(1x24 jam) Terkendali teratur 0 1 2 3. Membersihkan diri (muka,

sisir rambut, sikat gigi, bercukur, cuci muka)

Membutuhkan bantuan orang lain

Mandiri

0 1 4. Penggunaan toilet Tergantung perlu pertolongan

orang lain

Perlu bantuan pada beberapa aktivitas

Mandiri

0 1 2

5. Makan Tidak mampu

Perlu dibantu memotong makanan

Mandiri

0 1 2 6. Berpindah posisi dari

tempat tidur ke kursi dan sebaliknya

Tidak mampu

Perlu bantuan dua orang Perlu bantuan satu orang Mandiri

0 1 2 3 7. Mobilitas/ berjalan Tidak mampu

Mobilitas dengan kursi roda Berjalan dengan bantuan satu orang Mandiri 0 1 2 3

8. Berpakaian Tergantung orang lain

Sebagian dibantu orang lain Mandiri

0 1 2 9. Naik turun tangga Tidak mampu

Perlu pertolongan orang lain Mandiri

0 1 2

10 Mandi Tergantung orang lain

Mandiri

0 1 Skor Total (0–20)


(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia. Untuk menilai kemampuan aktivitas sehari-hari dapat digunakan indeks Barthel.

Indeks Barthel mengkaji kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari meliputi mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet (masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi.

Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dikategorikan ke dalam lima kategori yaitu, ketergantungan total dengan skor 0-4, ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan sedang dengan skor 9-11, ketergantungan ringan 12-19, mandiri dengan skor 20.


(42)

Adapun kerangka konseptual untuk penelitian gambaran kemampuan aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia adalah:

Lansia 1. Normal

vision 2. Low vision

3. blindness

Aktivitas Hidup Sehari-hari:

1. Buang air besar

(BAB)

2. Buang air kecil (BAK)

3. Membersihkan diri 4. Penggunaan toilet 5. Makan

6. Berpindah 7. Berjalan 8. Berpakaian 9. Naik turun tangga 10. Mandi

Aktivitas Hidup Sehari-hari

1. Ketergantungan total 2. Ketergantungan berat 3. Ketergantungan sedang 4. Ketergantungan ringan 5. Mandiri

Gambar 3.1 :Kerangka Penelitian gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Lansia.


(43)

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi AlatUkur HasilUkur Skala

1. Gangguan penglihatan lansia Gangguan penglihatan pada lansia merupakan gangguan yang terjadi secara perlahan-lahan akibat proses penuaan baik fisiologis meliputi perubahan struktur kelopak mata, perubahan systemlakrimal, proses penuaan pada kornea, perubahan muskulus siliaris, perubahan refraksi, perubahan fungsional,

maupun aspek

pemeriksaan dengan

- Snellen chart

bila lansia masih dapat melihat huruf -Hitung jari bila lansia tidak dapat mengenal huruf terbesar -Lambaian tangan belum terlihat maka lakukan proyeksi sinar. Normal vision= 6/6- 6/21 (jarak meter) atau 20/20-20/70 (jarak feet) Low vision = 6/30-6/60 (jarak meter) atau 20/100-20/200 (jarak feet) Blindness = 3/60, 2/60, 1/60, Ordinal


(44)

2. Aktivitas Hidup Sehari-hari klinik yang meliputi katarak, glaukoma dan presbiopi. Aktivitas Hidup Sehari-hari merupakan gambaran kemampuan yang dimiliki oleh lansia dalam melakukan aktivitas hidup Sehari-hari

meliputi mengendalikan rangsang buang air besar,

mengendalikan rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi Kuisioner Indeks Barthel yang terdiri dari 10 pertanyaan 1/300, tidak mengenal rangsang cahaya 0 – 4 = ketergantu ngan total

5 – 8= ketergantu ngan berat

9 – 11= ketergantu ngan sedang

12 – 19= ketergantu ngan ringan


(45)

Tabel. 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian palsu, sikat gigi,

sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet (masuk dan

keluar WC (melepas, memakai

celana,

membersihkan/ menyeka,

menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke

kursi dan sebaliknya,

mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi.

20= mandiri


(46)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa peneitian deskriptif merupakan suatau metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran tentang suatu kedaan secara objektif. penelitian ini bertujuan melihat gambaran aktivitas hidup sehari-hari dengan gangguan penglihatan pada lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005).Populasi dari penelitian ini adalah lansia yang berdomisili di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan sebanyak 153 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dimana pemilihannya menggunakan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili suatu populasi tertentu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2008).


(47)

Adapun kriteria sampel dalam jenis penelitian ini adalah: 1) Lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas

2) Bersedia menjadi responden penelitian

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumusan Arikunto, yaitu jika jumlah subjek lebih dari 100 orang maka jumlah sampel dapat diambil 25-30% dari jumlah subjek (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini diambil sampel sebesar 30% dari populasi yaitu sebesar 153 orang, maka jumlah sampel yang diambil adalah 46 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Ujung Padang, Kota Padangsidimpuan. Lokasi ini dipilih karena peniliti berdomisili di wilayah ini sehingga memudahkan dalam pengambilan responden penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Desember 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan dan izin dari Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan. Setelah diberi ijin selanjutnya peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud, tujuan, manfaat dan efek serta prosedur penelitian. Tindakan selanjutnya peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian instrumen dan apabila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani surat persetujuan. Responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitan ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data. Peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak responden tersebut.


(48)

Selama pengambilan data tidak ada efek yang merugikan terhadap para lansia yang menjadi responden. Penelitian tidak menimbulkan sakit secara fisik dan tekanan psikologi pada responden yang akan diteliti. Kerahasiaan responden, akan dijaga oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama lengkap, tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat izin komisi etik keperawatan USU.

4.5 Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa observasi dan kuesioner untuk memperoleh informasi dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian.

Bagian pertama kuesioner data demografi (KDD). Kuisioner terdiri dari 4 pertanyaan yang meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya , dan alat bantu penglihatan yang digunakan.

Tahap observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan secara langsung untuk mengidentifikasi ganguan penglihatan dengan Normal vision dengan 6/6 - 6/21 (jarak meter) atau 20/20-20/70 (jarak feet), low vision dengan 6/24 - 6/60 (jarak meter) atau 20/80 - 20/200 (jarak feet), blindness


(49)

Kuesioner aktivitas sehari-hari (KAS) meliputi kemampuan transfer (tidur-duduk), mobilisasi dengan mempergunakan kursi roda atau tidak, penggunaan toilet seperti pergi ke atau dari toilet, melepas atau mengenakan celana, menyeka dan menyiram, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan dan naik turun tangga. Kuesioner aktivitas kehidupan sehari-hari diukur dengan menggunakan indeks barthel yaitu, ketergantungan total dengan skor 0-4, ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan sedang dengan skor 9-11, ketergantungan ringan dengan skor 12-19, mandiri dengan skor 20. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 10 butir yang merupakan pertanyaan terstruktur yaitu menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan.

4.6 Validitas Penelitian

Kuesioner ini diadopsi langsung dari indeks barthel dengan menerjemahkan indeks barthel ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini telah diuji validitas oleh Agung (2006) dengan Coefficient Alpha Cronbach 0,938.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara terstuktur berupa kuesioner yang dapat menggambarkan kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia. Peneliti mengumpulkan data dengan menemui responden dari rumah ke rumah. Pengumpulan data akan dilaksanakan mulai September-Desember 2013. Setelah menemukan calon responden pertama-tama peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuisioner. Kemudian Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani Informed


(50)

Concent. Setelah mendapatkan persetujuan responden pengumpulan data dimulai. Sebelum mengisi kuisioner peneliti melakukan pemeriksaan visus mata terlebih dahulu di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang). Dalam pengumpulan data ini observasi dilakukan dengan pengukuran visus mata menggunakan Snellen Chart pada jarak 6 meter apabila lansia masih dapat melihat huruf. Dengan uji hitung jari pada jarak 3 meter bila lansia tidak dapat mengenal huruf terbesar dan uji lambaian tangan dengan jarak 1 meter. Apabila lambaian tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat melihat sinar senter.

Lalu pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti membaca kuesioner dan responden menjawab pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh responden juga disesuaikan peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat pengisian kuesioner berlangsung.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden serta mamastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa data. Ketiga tabulating

yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan analisa yang dibutuhkan dan menampilkan tabel distribusi frekuensi.


(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan selama bulan September sampai bulan Desember 2013. Penyajian hasil data dalam penelitian ini akan meliputi data demografi, gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, sebagian besar responden 60-74 tahun yaitu 40 orang atau 87.0%, dan sisanya berumur 75-90 tahun 6 orang atau 13%. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa responden laki-laki lebih sedikit yaitu 16 orang atau 34,8% dan perempuan lebih banyak yaitu 30 orang atau 65,2%%. Tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu 33 orang atau 71,7% dan sebagian kecil berpendidikan SMA yaitu 1 orang atau 2.2%. Sedangkan jenis pekerjaan, sebagian besar responden adalah pegawai swasta/wiraswasta yaitu 21 orang atau 45,7% dan yang paling sedikit adalah PNS yaitu 3 orang atau 6,5%. Penggunaan alat bantu sebagian besar responden menggunakan alat bantu yaitu 30 orang atau 65,2% dan yang tidak menggunakan alat bantu sebesar 16 orang atau 34,8%.


(52)

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan (n=46)

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

1.Usia 45-59 60-74 75-90 Diatas 90 2.Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3.Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 4.Pekerjaan Tidak bekerja PNS Pegawai swasta/Wiraswasta Buruh Lain-lain

5.Penggunaan Alat Bantu Ya Tidak 0 40 6 0 16 30 5 33 7 1 0 5 3 21 17 0 30 16 0 87.0 13.0 0 34.8 65.2 10.9 71.7 15.2 2.2 0 10.9 6.5 45.7 37.0 0 65.2 34.8

Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa gangguan penglihatan mata responden dengan low vision ada 26 orang atau 56,5% dan responden dengan gangguan

blindness yaitu 20 orang atau 43,5%.

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Penglihatan Lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan (n=46)

Frekuensi (n) Persentase (%) Normal Low Vision 0 26 0 56.5


(53)

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Aktivitas Hidup Sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan (n=46)

Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Mengendalikan rangsang buang air besar (BAB) a. Tidak terkendali/ tidak teratur

b. Kadangkala tidak terkendali c. Terkendali teratur

Mengendalikan rangsang berkemih (BAK) a.Tidakterkendali/menggunakan kateter b.Kadangkala tidak berkemih

c.Terkendali teratur

Membersihkan diri (muka, sisir rambut, sikat gigi, bercukur, cuci muka)

a.Membutuhkan bantuan orang lain b. Mandiri

Penggunaan toilet

a.Tergantung perlu pertolongan orang lain b. Perlu bantuan pada beberapa aktivitas c. Mandiri

Makan a. Tidak mampu

b.Perlu dibantu memotong makanan c. Mandiri

Berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya

a.Tidak mampu

b.Perlu bantuan dua orang c.Perlu bantuan satu orang d.Mandiri

Mobilitas/ berjalan a.Tidak mampu

b.Mobilitas dengan kursi roda c.Berjalan dengan bantuan satu orang d.Mandiri

Berpakaian

a.Tergantung orang lain b.Sebagian dibantu orang lain c.Mandiri

Naik turun tangga a.Tidak mampu

b.Perlu pertolongan orang lain c.Mandiri

Mandi

a.Tergantung orang lain b.Mandiri 29 9 8 0 18 28 1 45 0 1 45 0 0 46 0 0 0 46 0 0 0 46 0 0 46 0 26 20 1 45 63.0 19.6 17.4 0 39.1 60.9 2.2 97.8 0 2.2 97.8 0 0 100 0 0 0 100 0 0 0 100 0 0 100 0 56.5 43.5 2.2 97.8


(54)

Tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa 63% lansia masih dapat mengendalikan kemampuan buang air besar (BAB) secara teratur terkendali, 97,8% lansia mampu mengendalikan rangsangan berkemih (BAK), 97,8% mampu membersihkan diri secara mandiri, 97,8% lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100% lansia mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun sebaliknya, berjalan, dan berpakaian, 43,5% lansia mampu mandiri naik turun tangga, dan 97,8% lansia mandi secara mandiri.

Tabel 5.1.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki ketergantungan ringan yaitu 40 orang atau 87% dan responden yang mandiri hanya 6 orang atau 13%.

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Hidup Sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

Frekuensi (n) Persentase (%)

Ketergantungan Ringan 40 87

Mandiri 6 13

Jumlah 46 100

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian, peneliti membahas tentang aktivitas sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan data demografi yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan kategori usia sebagian besar responden berumur 60-74 tahun yaitu 87.0%. Salah satu keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia


(55)

harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat. Proses penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, yaitu sosial, ekonomi dan kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta % dan UHH sekitar 67,4 tahun (Dinkes Sumut, 2011).

Penelitian ini dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden berjenis kelamin perempuan yaitu 65,2%. Hal ini sesuai berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi nasional 2099 Badan Pusat Statistik, jumlah lansia wanita sebanyak 10,4 juta jiwa sedangkan laki-laki 8,8 juta jiwa. Smith (2000) juga berpendapat bahwa setengah dari lansia adalah wanita sendiri atau janda.

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SD yaitu sebesar 71,7%. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari sesuai dengan pernyataan William dan Wilkins (2001) dalam Napitupulu (2010) yang menyatakan bahwan faktor-faktor yang secara konsisten dilaporkan terkait dengan peningkatan kecacatan fungsional adalah usia tua, jenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan rendah, kurang olahraga, penyakit kronis dan gangguan kognisi.

Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden adalah pegawai swasta/wiraswasta sekitar 45,7%. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang


(56)

hasil penelitian Yeniar (2009) bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara jenis aktivitas, religiositas, tingkat kemandirian, dan tingkat pendidikan dengan kepuasan hidup orang lanjut usia

Hasil penelitian juga diperoleh bahwa 65,2% responden menggunakan alat bantu berupa kacamata dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan alat bantu untuk memenuhi aktivitasnya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Mckenzie (2013) yang menyatakan bahwa lansia memiliki tingkat penggunaan yang lebih tinggi dalam hal penggunaan alat bantu, perlengkapan dan persiapan medis. Penggunaan alat bantu ini dapat meminimalkan ketergantungan lansia terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Hasil observasi peneliti terkait dengan gangguan penglihatan lebih dari setengah responden mengalami low vision yaitu sebesar 56,5% dan sebagian besar adalah lansia wanita. Hal ini sesuai dengan penitian Lusianawaty (2006) bahwa katarak memiliki hubungan yang positif terhadap umur dan jenis kelamin, katarak pada wanita 1,8 kali lebih tinggi daripada laki-laki. Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan persentase 0,78%. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Rinajumita (2011) yaitu adanya hubungan antara kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, kehidupan beragama dan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia.

Hasil penelitian didapatkan bahwa 63% lansia masih dapat mengendalikan kemampuan buang air besar (BAB) secara teratur terkendali, 97,8% lansia mampu


(57)

mengendalikan rangsangan berkemih (BAK), 97,8% mampu membersihkan diri secara mandiri, 97,8% lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100% lansia mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun sebaliknya, mobilitas, dan berpakaian, 43,5% lansia mampu mandiri naik turun tangga, dan 97,8% lansia mandi secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan gangguan penglihatan memeliki keterbatasan atau mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan ini tergolong kategori ketergantungan ringan yaitu sekitar 87%. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu berkurangnya kemampuan lansia dalam hal penglihatan sekitar 56,5% sehingga menimbulkan sedikit gangguan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari .Berdasarkan hasil penelitian penggunaan alat bantu berupa kacamata yaitu sekitar 65,2% dapat membantu lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (2008) bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari seperti usia, imobilitas, dan mudah jatuh. Hasil penelitian Napitupulu (2010) yaitu tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama menderita penyakit.


(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan pada lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas lansia adalah wanita (65,2%), mayoritas responden memiliki pendidikan SD (71,1%), sebagian besar pekerjaan lansia yaitu pegawai swasta/wiraswasta (45,7%), dan responden yang menggunakan alat bantu (65,2%).

Gambaran gangguan penglihatan pada lansia dari hasil pemeriksaan visus mata terdapat lebih dari setengah responden low vision (56,5%) dan sebagian besar adalah lansia wanita. Gambaran aktivitas hidup sehari-hari lansia tergolong dalam kategori ketergantungan ringan (87%). Aktivitas dengan persentase tertinggi adalah aktivitas makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun sebaliknya, mobilitas, berpakaian (100%), sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan aktivitas mengendalikan kemampuan buang air besar (BAB) secara teratur terkendali (63%).


(59)

6.1. Saran

6.1.1. Tempat Penelitian

Agar tetap memperhatikan status kesehatan lansia di sehingga lansia tetap bisa sehat dan mandiri dalam melakukanaktivitas hidup sehari-hari.

6.1.2. Bidang Pendidikan

Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada para lansia. Sehingga informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan serta wawasan lansia dalam mempertahankan kesehatannya. 6.1.3. Bagi penelitian selanjutnya

Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang gambaran IADLs (Instrumental Activity Daily living) pada lansia yang mengalami gangguan penglihatan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I (2006). Uji keandalan dan kesahihan indeks activity of daily living Barthel untuk mengukur status fungsional dasar pada usia lanjut di

RSCM. Diambil tanggal 31 Mei 2013 dari

http://www.eprints.lib.ui.ac.id

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Azizah, L. (2011).Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ilmu

Darmojo, R. B dan H.H Hartono. (2006). Geriatric (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Depkes RI. (2007). Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Diambil tanggal 26 Mei 2013 dari http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id

Dinkes Sumut. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2010. Diambil tanggal 17 Mei 2013 dari http://www.depkes.go.id

Ediwati, E. (2012).Gambaran Tingkat Kemandirian dan Resiko Jatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Diambil tanggal 7 Mei 2013 dari http://www.lontar.ui.ac.id Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta: Trans Info Media Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika

Hazaria. (2009). Low vision. Diambil tanggal 7 Mei 2013 dari http://www.repository.usu.ac.id

Ilyas, S. (2011). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1473/Menkes/Sk/x/2005 diambil tanggal 8 Mei 2013 dari http://www.hukor.depkes.go.id


(61)

Luekenotte, A. G. (1997). Pengkajian Gerontologi. Second.Edisi ke-2. Jakarta: EGC

Lusianawaty et al. (2006). Katarak Pada Petani dan Keluarganya di Kecamatan Teluk Jambe Barat. Diambil tanggal 11 Januari 2014 dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id

Manurung, A. M . (2010). Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan. Diambil tanggal 25 Mei 2013 dari http://www.repository.usu.ac.id

Martika, A. (2012).Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Aktivitas Dasar Lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Diambil tanggal 20 Mei 2013 dari http://www.digilib.unimus.ac.id

Maryam, S et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Mckenzie, James F et al. (2007). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Mubarak. Chayatin. Santoso.(2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Napitulu. Desyi, P. (2010). Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan. Diambil tanggal 7 Mei 2013 darihttp://www.repository.usu.ac.id 

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Pieter, H. Z. dan Lumongga N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana


(62)

Smith, Claudi M. dan Frances A. Maurer. (2000). Communitu Health Nursing Theory and Practice Second Edition. United States: Saunders

Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC Suhartini, R. (2005). Tingkat Kemandirian Lansia. Diambil tanggal 9 Mei 2013

dari http://www.damandiri.or.id

Tamher, S dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

UU RI NO 13. (1998). Kesejahteraan Lanjut Usia. Diambil tanggal 23 Juni 2013 dari http://www.dpr.go.id

World Health Organization. (1973). The Prevention of Blindness. Diambil tanggal 25 Mei 2013 dari http://www.whqlibdoc.who.int 

Yeniar, I. (2009). Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia dalam Hubungannya dengan Jenis aktivitas, Jenis Kelamin, Religiositas, Status Perkawinan, Tingkat Kemandirian, Tingkat Pendidikan dan Daerah Tempat Tinggal. Diambil tanggal 8 Januari 2014 dari http://core.kmi.open.ac.uk


(63)

LAMPIRAN 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Gambaran ADL (Activity Daily Living) Lansia dan Gangguan Penglihatan di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan

Oleh Meli Fitria

Saya adalah mahasiswa Ekstensi B Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelasaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran ADL (Activity Daily Living) yang mengalami gangguan penglihatan pada lansia. Untuk keperluan tersebut saya mengharap kesediaan bapak/ ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud- maksud lain.

Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak / Ibu bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/ Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan Bapak/ Ibu menandatangani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini.


(64)

Peneliti Responden


(65)

Lampiran 2

Kode :

Tanggal/waktu :

Petunjuk umum pengisian

1. Responden diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis dilembar kuesioner ini. 2. Berilah tanda check list (√ ) pada tempat yang tersedia sesuai dengan

kondisi anda.

3. Jika pertanyaan kurang jelas atau kurang dimengerti maka silahkan bertanya kepada peneliti :

Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD) Inisial responden :

Umur :

1. Jenis kelamin ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

2. Pendidikan terakhir ( ) Tidak sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA

( ) Perguruan tinggi 3. Pekerjaan sebelumnya

( ) Tidak bekerja ( ) PNS

( ) Pegawai swasta/ Wiraswasta ( ) Buruh


(66)

( ) Lain-lain, ………

4. Menggunakan alat bantu : ( ) Ya, ………..


(67)

Kode : Tanggal/waktu : Bagian 2. Kuesioner Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari

Berilah tanda chek list (√) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi anda !

N o

Aktivitas Kemampuan Check

list(√ ) 1 Bagaimana kemampuan transfer

(perpindahan posisi) Bapak/ Ibu dari posisi tidur ke posisi duduk ?

Mandiri Dibantu satu orang

Dibantu dua orang Tidak mampu 2 Bagaimana kemampuan berjalan

(mobilisasi) Bapak/ Ibu ?

mandiri Dibantu satu orang

Dibantu dua orang Tidak mampu 3 Bagaimana penggunaan toilet (pergike/dari

WC, melepas/mengenakan celana, menyeka, menyiram) Bapak/ Ibu ?

Mandiri

Perlu pertolongan orang lain

Tergantung orang lain 4 Bagaimana kemampuan Bapak/ Ibu dalam

membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi) ?

mandiri Perlu pertolongan

orang lain 5 Bagaimana kemampuan Bapak/ Ibu

mengontrol BAB?

Kontinen teratur Kadang-kadang inkontinen Inkontinen 6 Bagaimana kemampuan Bapak/ Ibu

mengontrol BAK?

Mandiri


(68)

inkontinen

Inkontinen/kateter 7 Bagaimana kemampuan Bapak/ Ibu dalam

membersihkan diri (mandi) ?

Mandiri

Tergantung orang lain

8 Bagaimana kemampuan Bapak/ Ibu dalam berpakaian (mengenakan baju)?

mandiri sebagian dibantu

Tergantung orang lain

9 Bagaimana kemampuan makan Bapak/ Ibu? Mandiri

Perlu pertolongan Tergantung

pertolongan orang lain 10 Bagaimana kemampuan Bapak/ Ibu untuk

naik turun tangga?

Mandiri

Perlu pertolongan Tidak mampu Skor total


(69)

Lampiran 2 : Observasi Hasil Pengukuran Visus Mata di Kelurahan Ujung Padang

Kota Padangsidimpuan

No Responden

Mata Kanan Mata Kiri

Snellen Chart

Uji Hitung Jari

Uji Lambaian Tangan

Uji Proyeksi Sinar

Kategori Snellen Chart

Uji hitung Jari

Uji Lambain Tangan

Uji Proyeksi Sinar


(70)

LAMPIRAN 3 RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

1. PROPOSAL

a. Print proposal Rp. 100.000

b. Biaya internet Rp. 50.000

c. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000 d. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

2. PENGUMPULAN DATA

a. Izin Penelitian Rp. 100.000

b. Transportasi Rp. 50.000

c. Fotocopy kuisioner dan persetujuan penelitian Rp. 85.000 3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya rental dan print Rp. 100.000

b. CD Rp. 10.000

c. Penjilidan Rp. 150.000

d. Fotocopy laporan penelitian Rp. 50.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 200.000

___________

Total Rp. 1.065.000

     


(71)

No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian

3 Menyusun Bab 1

4 Menyusun Bab 2

5 Menyusun Bab 3

6 Menyusun Bab 4

7 Menyerahkan proposal penelitian 8 Mengajukan sidang proposal

9 Sidang proposal

10 Revisi proposal penelitian

11 Mengajukan izin penelitian

12 Pengumpulan data

13 Analisa data

14 Penyusunan laporan/skripsi

15 Pengajuan sidang skripsi

16 Ujian sidang

17 Revisi

18 Mengumpulkan skripsi


(72)

LAMPIRAN 5

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Meli Fitria

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 6 Februari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tanjung No.12 Kota Padangsidimpuan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 21 Padangsidimpuan 2. SMP Negeri 2 Padangsidimpuan 3. SMA Negeri 2 Padangsidimpuan 4. D-III Fakultas Keperawatan USU Pengalaman Lainnya : -


(73)

DATA DEMOGRAFI

usia responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 60-74 tahun 40 87.0 87.0 87.0

75-90 tahun 6 13.0 13.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

 

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 16 34.8 34.8 34.8

perempuan 30 65.2 65.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

 

pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 5 10.9 10.9 10.9

SD 33 71.7 71.7 82.6

SMP 7 15.2 15.2 97.8

SMA 1 2.2 2.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

     


(74)

pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak bekerja 5 10.9 10.9 10.9

PNS 3 6.5 6.5 17.4

pegawai swasta/wiraswasta 21 45.7 45.7 63.0

buruh 17 37.0 37.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

alat bantu responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 30 65.2 65.2 65.2

tidak 16 34.8 34.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

PEMERIKSAAN VISUS MATA

visus mata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid low vision 6/24-6/60 26 56.5 56.5 56.5

blindness 20 43.5 43.5 100.0


(75)

PERTANYAAN BERDASARKAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI

Pertanyaan1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak terkendali 29 63.0 63.0 63.0

kadangkala tidak terkendali 9 19.6 19.6 82.6

terkendali teratur 8 17.4 17.4 100.0

Total 46 100.0 100.0

Pertanyaan2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang kali tdk terkendali 18 39.1 39.1 39.1

terkendali teratur 28 60.9 60.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

pertanyaan3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid membutuhkan orang lain 1 2.2 2.2 2.2

mandiri 45 97.8 97.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

pertanyaan4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid perlu bantuan pada 1 2.2 2.2 2.2

mandiri 45 97.8 97.8 100.0


(76)

pertanyaan5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mandiri 46 100.0 100.0 100.0

pertanyaan6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mandiri 46 100.0 100.0 100.0

pertanyaan7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mandiiri 46 100.0 100.0 100.0

pertanyaan8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mandiri 46 100.0 100.0 100.0

pertanyaan9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buuh bantuan orang lain 26 56.5 56.5 56.5

mandiri 20 43.5 43.5 100.0


(77)

pertanyaan10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tergantung orang lain 1 2.2 2.2 2.2

mandiri 45 97.8 97.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

KATEGORI TINGKAT KEMAMPUAN 

kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 12-19 ketergantungan ringan 40 87.0 87.0 87.0

20 mandiri 6 13.0 13.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

   


(78)

No Usia Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan Alat bantu

visus P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Skor kategori 1 60-74 laki-laki SD PS/Wiraswasta Tidak 20/200 1 1 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan

2 60-74 laki-laki SD Buruh Tidak 20/100 1 1 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan

3 60-74 perempuan SD Tidak bekerja YA 3/60 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 mandiri

4 60-74 laki-laki SMA PNS YA 3/60 1 2 1 2 2 3 3 2 2 1 19 ringan

5 60-74 perempuan SD Tidak bekerja YA 2/60 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 mandiri

6 60-74 laki-laki SD Buruh Tidak 20/200 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 mandiri

7 60-74 laki-laki tdk sekolah Buruh YA 1/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan 8 60-74 perempuan tdk sekolah Buruh YA 20/100 1 2 1 2 2 3 3 2 2 1 19 ringan 9 60-74 perempuan SD Tidak bekerja YA 20/200 1 2 1 2 2 3 3 2 1 1 18 ringan

10 60-74 perempuan SD Buruh YA 20/200 1 2 1 2 2 3 3 2 2 1 19 ringan

11 75-90 perempuan SD PS/Wiraswasta YA 3/60 0 1 0 1 2 3 3 2 1 0 13 ringan

12 75-90 laki-laki SD Buruh Tidak 2/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan

13 60-74 laki-laki SMP PS/Wiraswasta Tidak 20/100 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 mandiri 14 60-74 perempuan tdk sekolah Buruh YA 20/200 1 2 1 2 2 3 3 2 1 1 18 ringan

15 60-74 perempuan SD Buruh YA 20/100 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 mandiri

16 60-74 laki-laki SD PS/Wiraswasta Tidak 20/200 1 2 1 2 2 3 3 2 1 1 18 ringan

17 60-74 laki-laki SD Buruh Tidak 20/200 1 1 1 2 2 3 3 2 1 1 17 ringan

18 75-90 laki-laki SD PS/Wiraswasta YA 1/300 0 1 1 2 2 3 3 2 2 1 17 ringan

19 60-74 laki-laki SD Buruh Tidak 20/200 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 Ringan

20 60-74 perempuan tdk sekolah PS/Wiraswasta YA 3/60 0 1 1 2 2 3 3 2 2 1 17 Ringan

21 60-74 perempuan SD PS/Wiraswasta YA 2/60 0 2 1 2 2 3 3 2 1 1 17 Ringan

22 60-74 perempuan SMP PS/Wiraswasta Tidak 1/60 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 Mandiri 23 75-90 laki-laki SMP PS/Wiraswasta Tidak 1/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 Ringan


(79)

25 60-74 laki-laki tdk sekolah Buruh Tidak 3/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan

26 60-74 laki-laki SMP PNS Tidak 20/200 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan

27 60-74 perempuan SD Tidak bekerja YA 2/60 0 2 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan 28 60-74 laki-laki SD PS/Wiraswasta YA 3/60 0 2 1 2 2 3 3 2 1 1 17 ringan

29 60-74 perempuan SD Buruh YA 3/60 0 2 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan

30 60-74 perempuan SD Tidak bekerja YA 20/200 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19 ringan 31 60-74 laki-laki SMP PS/Wiraswasta Tidak 20/100 0 2 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan 32 60-74 perempuan SD PS/Wiraswasta YA 20/100 0 2 1 2 2 3 3 2 1 1 17 ringan

33 60-74 perempuan SD Buruh YA 20/200 0 2 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan

34 60-74 perempuan SMP PS/Wiraswasta YA 20/200 0 2 1 2 2 3 3 2 1 1 17 ringan 35 60-74 perempuan SD PS/Wiraswasta Tidak 20/200 0 2 1 2 2 3 3 2 1 1 17 ringan

36 60-74 perempuan SD Buruh YA 20/200 0 2 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan

37 60-74 perempuan SD Buruh YA 20/200 0 2 1 2 2 3 3 2 1 1 17 ringan

38 75-90 perempuan SD PS/Wiraswasta YA 2/60 0 2 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan

39 60-74 perempuan SMP PNS YA 2/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan

40 60-74 perempuan SD PS/Wiraswasta Tidak 1/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan 41 60-74 perempuan SD PS/Wiraswasta YA 20/200 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan

42 60-74 perempuan SD Buruh YA 3/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan

43 75-90 perempuan SD PS/Wiraswasta YA 3/60 0 1 1 2 2 3 3 2 1 1 16 ringan 44 60-74 perempuan SD PS/Wiraswasta YA 20/200 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19 ringan

45 60-74 perempuan SD Buruh YA 20/200 0 2 1 2 2 3 3 2 2 1 18 ringan


(80)

(81)

(82)

(83)

(84)

(85)

(86)

(1)

79   


(2)

80   


(3)

81   


(4)

82   


(5)

83   


(6)

84