52
Tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa 63 lansia masih dapat mengendalikan kemampuan buang air besar BAB secara teratur terkendali, 97,8 lansia mampu
mengendalikan rangsangan berkemih BAK, 97,8 mampu membersihkan diri secara mandiri, 97,8 lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100 lansia
mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun sebaliknya, berjalan, dan berpakaian, 43,5 lansia mampu mandiri naik turun
tangga, dan 97,8 lansia mandi secara mandiri. Tabel 5.1.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
ketergantungan ringan yaitu 40 orang atau 87 dan responden yang mandiri hanya 6 orang atau 13.
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Hidup Sehari- hari di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan
Frekuensi n Persentase
Ketergantungan Ringan 40 87
Mandiri 6 13
Jumlah 46 100
5.2 Pembahasan
Hasil penelitian, peneliti membahas tentang aktivitas sehari-hari dan gangguan penglihatan lansia di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan.
Berdasarkan data demografi yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan kategori usia sebagian besar responden berumur 60-74 tahun yaitu
87.0. Salah satu keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia
53
harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat. Proses
penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, yaitu sosial, ekonomi dan kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ akan semakin
menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat KESRA melaporkan pada tahun
2010 penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta dan UHH sekitar 67,4 tahun Dinkes Sumut, 2011.
Penelitian ini dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden berjenis kelamin perempuan yaitu 65,2. Hal ini sesuai berdasarkan data Survei Sosial
Ekonomi nasional 2099 Badan Pusat Statistik, jumlah lansia wanita sebanyak 10,4 juta jiwa sedangkan laki-laki 8,8 juta jiwa. Smith 2000 juga berpendapat bahwa
setengah dari lansia adalah wanita sendiri atau janda. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SD
yaitu sebesar 71,7. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari sesuai
dengan pernyataan William dan Wilkins 2001 dalam Napitupulu 2010 yang menyatakan bahwan faktor-faktor yang secara konsisten dilaporkan terkait dengan
peningkatan kecacatan fungsional adalah usia tua, jenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan rendah, kurang olahraga, penyakit kronis dan gangguan
kognisi. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden adalah pegawai
swastawiraswasta sekitar 45,7. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
54
hasil penelitian Yeniar 2009 bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara jenis aktivitas, religiositas, tingkat kemandirian, dan tingkat pendidikan dengan
kepuasan hidup orang lanjut usia Hasil penelitian juga diperoleh bahwa 65,2 responden menggunakan alat
bantu berupa kacamata dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan alat bantu
untuk memenuhi aktivitasnya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Mckenzie 2013 yang menyatakan bahwa lansia memiliki tingkat penggunaan
yang lebih tinggi dalam hal penggunaan alat bantu, perlengkapan dan persiapan medis. Penggunaan alat bantu ini dapat meminimalkan ketergantungan lansia
terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Hasil observasi peneliti terkait dengan gangguan penglihatan lebih dari
setengah responden mengalami low vision yaitu sebesar 56,5 dan sebagian besar adalah lansia wanita. Hal ini sesuai dengan penitian Lusianawaty 2006 bahwa
katarak memiliki hubungan yang positif terhadap umur dan jenis kelamin, katarak pada wanita 1,8 kali lebih tinggi daripada laki-laki. Kebutaan dan gangguan
penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan persentase 0,78.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Rinajumita 2011 yaitu adanya hubungan antara kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, kehidupan
beragama dan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia. Hasil penelitian didapatkan bahwa 63 lansia masih dapat mengendalikan
kemampuan buang air besar BAB secara teratur terkendali, 97,8 lansia mampu
55
mengendalikan rangsangan berkemih BAK, 97,8 mampu membersihkan diri secara mandiri, 97,8 lansia mandiri dalam penggunaan toilet, 100 lansia
mampu makan secara mandiri, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi maupun sebaliknya, mobilitas, dan berpakaian, 43,5 lansia mampu mandiri naik turun
tangga, dan 97,8 lansia mandi secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan gangguan penglihatan
memeliki keterbatasan atau mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari di Kelurahan Ujung Padang Kota Padangsidimpuan ini tergolong kategori
ketergantungan ringan yaitu sekitar 87. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu berkurangnya kemampuan lansia dalam hal penglihatan sekitar 56,5
sehingga menimbulkan sedikit gangguan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari .Berdasarkan hasil penelitian penggunaan alat bantu berupa kacamata
yaitu sekitar 65,2 dapat membantu lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho 2008 bahwa faktor yang
mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari seperti usia, imobilitas, dan mudah jatuh. Hasil penelitian Napitupulu
2010 yaitu tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong tingkat ketergantungan sedang 56,2. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama menderita penyakit.
56
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN