Sikap atau tata krama

120 atau aktivitas wisata. Warga masyarakat yang dulunya berpenampilan asal-asalan, sekarang mereka sangat memperhatikan penampilan. Hal ini senada yang dikatakn Mas AS sebagai berikut : “….mbak tau sendiri kan, dulu awal 2010 mbak datang kesini bagaimana kondisi kami disini, kalau ada wisatawan atau tamu yang datang, tidak peduli dari sawah atau manjat pohon, bahkan cari rumput, tidak peduli keringat bercucuran, kami langsung bergegas datang untuk melayani tamu. Tapi setelah 2tahun berlalu, hasilnya ya seperti ini mbak, kami mulai mendisiplinkan diri dengan seragam..”

4. Faktor Penghambat dan Pendukung

Proses pemberdayaan dapat dikatakan berhasil ketika tujuan dari program pemberdayaan yang diadakan tepat guna bagi sasaran program. Keberhasilan suatu program pemberdayaan dipengaruhi oleh berbagai aspek, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dalam pengembangan suatu objek wisata yang berada dikawasan desa wisata, yang dilakukan oleh kelompok sadar wisata tentunya ada saja kendala maupun hambatanya, misalnya saja dari aspek lingkungan internal yang datang dari dalam atau kultur masyarakatnya, sampai saat ini kelompok sadar wisata masih merasa kuwalahan dalam melayani banyaknya pengunjung, dan merasa perlu menambah anggota, kurangnya kesadaran warga masyarakat terhadap perubahan yang ada di lingkungan mereka, masyarakat masih meragukan tentang keberlangsungan Kelompok Sadar Wisata Dewabejo dan mereka enggan membantu. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi Kelompok Sadar Wisata Dewabejo untuk terus mengembangkan objek wisata yang ada dan menunjukkan prestasinya. Hal ini sesuai dengan apa ya ng dikatakan oleh Bp. “AY” sebagai berikut, 121 “…..kalau ditanya masalah kendala yang dihadapi, banyak mbak, dari awal berdiri sampai sekarang, masyarakat disini susah diberi pengertian mbak, banyak yang memandang sebelah mata dengan kehadiran kami, namun, kalau sudah tau enaknya, apalagi masalah uang, banyak yang nimbrung dan hanya mengganggu, yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pengunjung”. Untuk meredam kecemburuan sosial yang ada di tengah masyarakat, Kelompok Sadar Wisata Dewabejo selalu berusaha melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan yang di rasa penting, dan memberikan dana kemasyarakatn di setiap bulanya. Hal ini sebagai wujud kepedulian dari kelompok sadar wisata terhadap keberlangsungan masyarakat di sekitar yang sekiranya tidak bisa terlibat langsung dalam kegiatan wisata. Selain faktor internal, hambatan atau faktor-faktor penghambat juga timbul dari faktor eksternal atau hal-hal di luar kelompok sadar wisata, misalnya pemerintah atau luar masyarakat. Salah satunya ialah, kurangnya perhatian pemerintah terhadap konflik-konflik yang ada di masyarakat. Minimnya dana dari pemerintah, meskipun ada dana dari pemerintah, pemotonganya pun terlalu besar, dari dinas terkait jarang menanyakan perkembangan yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, kelompok sadar wisata tidak pernah menggantungkan harapan dari pemerintah untuk melakukan kegiatan. Dari pendapatan yang mereka dapatkan, dijadikan uang kas yang terbagi atas tiga bagian, yaitu kas pemandu untuk keperluan gaji pemandu, kas pengurus untuk keperluan gaji pengurus, dan kas kelompok untuk keperluan kelompok baik fisik maupun lainya.