Fislosofi Hidup di Masyarakat

117 yang dibutuhkan, sampai pada keterampilan dalam membuat berbagai cinderamata yang khas dan yang diminati oleh wisatawan. Keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat sangat berkaitan erat dengan kreativitas dan ide-ide atau gagasan yang dimiliki oleh masyarakat, oleh karena itu pembinaan kreativitas harus selalu dipupuk dan dikembangkan. Kelompok Sadar Wisata Dewabejo, telah banyak mengupayakan hal-hal untuk mengembangkan kreativitas masyarakat, salah satunya dengan pelatihan kewirausahaan dan pelatihan membuat cindera mata khas Desa Wisata Bejiharjo dengan bahan baku kayu. Meningkatnya ketrampilan masyarakat di Desa Bejiharjo ini terlihat ketika dengan dibukanya obyek wisata di desa mereka, mereka aktif berkreasi dalam menciptakan cindera mata maupun kesenian daerah mereka yang dulunya hanya menerima tanggapan atau ketika orang membutuhkan jasanya, namun sekarang mempertontonkan untuk wisatawan.

d. Sikap atau tata krama

Sikaptata krama sangat berkaitan dengan filosofi yang dipegang oleh masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu apa bila filosofinya sudah disesuaikan maka sikap dan tata kramanya pun akan sesuai. Masyarakat yang ada di sekitar objek atau tempat wisata ibarat tuan rumah yang sedang menerima tamu. Apabila tuan rumah memiliki sikap dan tata krama yang baik akan menyebabkan tamu menjadi betah dan mau tinggal berlama-lama di tempat wisata. Pada dasarnya pariwisata akan berkembang dengan baik apabila wisatawan memiliki waktu kunjungan yang lama 118 dan mau tinggal di tempat wisata, artinya tamu akan banyak mengeluarkan biaya atau uang di tempat wisata. Memang tidak berarti masyarakat sekitar daerah wisata harus merubah sikaptata krama sesuai dengan sikaptata krama yang dimiliki wisatawan melainkan menunjukkan kemuliaan agar wisatawan menjadi betah dan merasa aman di tempat wisata. Dengan adanya obyek wisata yang dikembangkan oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo dan banyaknya wisatawan yang berkunjung, hal ini berpengaruh pada perubahan sikap warga masyarakat di Desa Bejiharjo, yang dulunya seenaknya dalam berbicara, saat ini mereka bersikap ramah dalam berbicara dan bertindak. Hal ini senada dengan yang Bapak TJ ungkapkan, sebagai berikut : “…. Dulu ya mbak.. di sini ini tempat nongkrong pemuda-pemuda yang pengangguran, suka mabuk-mabukan, kalau tertawa saja keras dan terdengar dari rumah saya, tapi sekarang budaya itu hilang seiring berkembangnya desa kami sebagai desa wisata…”

e. Aturan bermasyarakat

Banyak kalangan yang memandang jika pariwisata berkembang maka aturan bermasyarakat semakin longgar dan rusak. Pandangan semacam ini keliru dan perlu diluruskan, mestinya aturan bermasyarakat dapat dikemas menjadi daya tarik wisata, dan kadang-kadang wisatawan merasa tertarik dan ingin mempelajari aturan bermasyarakat yang dipegang teguh. Tidak berarti memaksa wisatawan untuk mengikuti aturan bermasyarakat yang ada di tempat wisata, tetapi menjadi media pendidikan bagi para wisatawan akan kemuliaan dan keunggulan aturan bermasyarakat yang dikembangkan.