BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kecernaan Bahan Kering
Pada Tabel 2 disajikan data koefisien cerna bahwa kering ransum selama 10 minggu percobaan. bila diamati data kecernaan bahan kering pemberian 4,5
zeolit dalam ransum kencernaan bahan kering meningkat dari 79,2 menjadi 80,7, namun dengan pemberian zeolit 9,0 ternyata kecernaan bahan kering
menurun dari 75,2 menjadi 76,6 dibandingkan pemberian ransum kontrol. Hal ini mungkin pada taraf pemberian 4,5 lingkungan
Tabel 2. Rataan koefisien cerna bahan kering
Z e o l i t
a
4,5 9,0
Halus Kasar
Halus Kasar
Ula- ngan
kontrol AP
b
AU
c
AP AU
AP AU
AP AU
1 80,50
82,78 80,11
78,33 82,61
75,03 78,73
75,52 74,60
2 79,11
78,70 79,45
79,70 82,39
79,70 75,58
76,87 79,98
3 79,09
78,84 80,33
82,04 82,59
78,74 72,57
75,28 75,95
Rata rata
79,57 80,11
80,02 79,94
82,53 77,82
75,63 75,89
76,85
Keterangan :
a
Taraf zeolite berpengaruh sangat nyata P0,01
b
AP = Aktifitas pabrik
C
AU = Aktivasi ulang koefisien keragaman = 3,66
mikrobial lebih stabil melakukan fermentasi di saluran pencernaan White dan Ohlrogge, 1974; tetapi pada taraf pemberian 9,0 diduga tidak sebanding
ransum yang dikonsumsi dengan mineral-mineral tak tercerna yang berasal dari bantuan zeolit Sweeney dan Cervantes, 1984.
Kecernaan bahan kering sangat nyata P0,01 lebih tinggi dengan pemberian 4,5 zeolit dari pada taraf pemberian 9,0 80,70 VS 76,60. Keadaan ini
mungkin berkaitan dengan mineral-mineral yang sulit dicerna yang lebih banyak ditemukan dengan taraf pemberian zeolit yang lebih tinggi dalam ransum. Hasil
yang mirip dilaporkan Aritonang dan Silalahi 1990 bahwa pemberian 6,0 zeolit dalam ransum babi kecernaan bahan kering nyata berbeda lebih rendah
dibandingkan taraf pemberian yang lebih rendah yaitu 3,0, meskipun tidak nyata berbeda dengan taraf pemberian 1,5 dan 4,5. Tsitsishvili et al 1984 juga
menemukan bahwa penggunaan 5,0 dan 8,0 clinoptiloit dalam ransum babi kecernaan bahan kering tidak berbeda nyata, tetapi kecernaan bahan kering
cenderung lebih tinggi dengan pemberian 8,0.
Ukuran partikel zeolit baik partikel kasar maupun partikel halus, dan aktivasi pemanasan zeolit baik aktivasi pabrik maupun aktivasi ulang tidak berpengaruh
nyata terhadap kecernaan bahan kering, tetapi memberikan koefisien cerna yang sama masing-masing sebesar 78,4 baik partikel halus maupun kasar;
demikian pula aktivasi zeolit masing-masing menghasilkan koefisien sebesar 78,8 baik aktivasi pabrik maupun aktivasi ulang. Hal ini mungkin dapat
dihubungkan dengan konsumsi ransum yang tidak berbeda nyata, tetapi dengan pemberian zeolit partikel kemungkinan partikel bahan makanan lebih banyak
tercerna; sedangkan zeolit yang diaktivasi ulang aktivitas zeolit dalam proses pertukaran kation dan penyerapan bahan kering kemungkinan lebih tinggi
dibandingkan yang diaktivasi pabrik.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian zeolit taraf 4.5 partikel kasar yang diaktivasi ulang kecernaan bahan kering lebih tinggi,
sedangkan pemberian taraf 9,0 partikel halus yang diaktivasi pabrik kecernaan bahan organik lebih rendah dibandingkan perlakuan zeolit lainnya dalam ransum.
4.2. Kecernaan bahan organik