Selanjutnya Sianturi 1988 menjelaskan bahwa pemberian zeolit enam persen dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi ransum 18,04, pertambahan
berat badan harian 13,36 dan pendapatan 7,40 tetapi konversi ransum lebih jelek 2,74 dan lemak punggung yang lebih tebal 7,69 dibandingkan
dengan ransum kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan zeolit melebihi 6 persen dalam ransum masih dapat dilakukan sejauh masih dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar.
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nommensen Desa Simalingkar selama 4 minggu.
3.2. Bahan penelitian 3.2.1. Zeolite
Zeolite yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT Wonder yang merupakan produk dengan bahan dasar zeolite yang telah mengalami aktivasi
sebelumnya. Melalui ayakan goyang dengan tangan “shaking screen”, zeofeed dibagi atas dua ukuran, yaitu ukuran partikel -28+48 mesh dan -48+60 mesh.
Selanjutnya zeofeed diaktivasi ulang melalui alat disebut “exhauster” pada suhu 350
C selama 3 jam.
3.2.2. Ternak 27 ekor babi hasil persilangan dengan rataan berat badan ± 35 kg digunakan
sebagai ternak percobaan dan setiap kombinasi perlakuan digunakan 3 ekor babi 2 ekor jantan kastrasi dan satu ekor betina sebagai ulangan.
3.2.3. Ransum
Sebagai bahan penyusun ransum terdiri dari : jagung kuning, dedak kasar, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kelapa, minyak nabati, tepung tulang dan premix.
Ransum yang menjadi perlakuan disusun berdasarkan pedoman NRC 1979 yaitu berdasarkan kebutuhan protein dan energi sesuai dengan berat badan.
Persentase pemakaian zeolite dalam ransum dilakukan dengan subsitusi dedak kasar, sementara porsi bahan makanan lain dalam porsi yang tetap. Pada tabel 1
disarikan susunan ransum percobaan selama penelitian.
3.2.4. Peralatan
Penelitian ini menggunakan kandang setengah terbuka dengan lantai dan dinding kandang terbuat dari semen berukuran 2 meter persegi. Penempatan
ternak dalam kandang dibuat secara individual dengan 27 petakan kandang.
3.3. Metode penelitian 3.3.1. Rancangan penelitian
Penelitian ini dibuat secara faktorial 2 x 2 x 2 dengan rancangan acak lengkap Steel dan Torrie, 1980. Faktor pertama ialah taraf zeolite dalam ransum 4,5
dan 9, faktor kedua adalah ukuran partikel zeolite partikel kasar -28+48 mesh dan partikel halus -48+60 mesh, dan faktor ketiga ialah aktivasi pemanasan
pemanasan ulang dan tanpa pemanasan. Setiap kombinasi perlakuan ada tiga ekor ternak sebagai ulangan, dan sebagai pembanding tanpa perlakuan
diberikan ransum kontrol. Dengan demikian hanya ternak yang menerima perlakuan yang diuji keragamannya dan ransum kontrol hanya sebagai
pembanding.
3.3.2. Prosedur percobaan 3.3.2.1. Ukuran partikel zeolite
Ukuran partikel zeofeed yang diambil dari pabrik tidak diketahui ukurannya. Melalui ayakan goyang dengan tangan, ukuran partikel zeolite dikelompokan
menjadi dua bagian, yaitu 1 partikel kasar ukuran -28+48 mesh, dan 2 partikel halus ukuran -48+60 mesh.
3.3.2.2. Aktivasi zeolite
Pemanasan ulang zeolite dilakukan dalam oven pada suhu 300
o
C selama 2,5 jam kemudian zeolite dimasukkan ke dalam kantong kedap udara, dan zeolite
tanpa pemanasan disimpan dalam plastik. Kemudian dari tiap ukuran dibagi dua bagian, yaitu 1 kelompok yang dipanaskan aktivasi ulang, dan 2 kelompok
tanpa dipanaskan.
3.3.2.3. Penyusunan ransum
Penyusunan bahan pakan dimulai dari persentase bahan terkecil sampai terbesar. Tahap pertama, bahan berbentuk halus dedak halus, bungkil kelapa,
tepung tulang, tepung ikan dan premix-D, ditimbang dan dicampur hingga tercampur merata. Kemudian zeolite disatukan dan diaduk sampai merata.
Tahap kedua, bahan berbentuk kasar jagung kuning, bungkil kedelai dan dedak kasar, dicampur dan diaduk sampai merata. Tahap ketiga, disatukan bahan
halus dan kasar kemudian diaduk dengan tangan sampai kelihatan menyatu dan merata. Penyusunan ransum dilakukan sekali seminggu, dan setiap kali
penyusunan diambil 100 gram untuk dianalisa secara laboratorium.
3.3.2.4. Penempatan ternak
Semua ternak dipelihara dalam kandang secara individual. Untuk menjaga kebersihan dan kesehaatan ternak, setiap minggu sekali ternak dimandikan.
Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Untuk menghilangkan pengaruh ransum sebelumnya dilakukan masa penyesuaian selama seminggu.
3.3.2.5. Koleksi feses
Untuk menentukan kecernaan bahan kering dan bahan organik protein, lemak, serat kasr, beta-n, energi dan abu digunakan metode koleksi feses menurut
pedoman Cramton dan Harris 1969 dengan perhitungan sebagai berikut:
KACBK = x 100
KCBO = x 100
KCBK = Koefisien cerna bahan kering BKK
= Bahan Kering Konsumsi BKF
= Bahan Kering Dalam Feses KCBO = Koefisien Cerna Bahan Organik
KBO = Konsumsi Bahan Organik
BOF = Bahan Organik Dalam Feses
Feses dikumpulkan pada setiap kandang, dan disimpan di dalam kantong plastik. Koleksi feses dilakukan setiap minggu sampai minggu keempat. Setiap
pengumpulan feses dikeringkan dibawah sinar matahari sampai betul-betul kering dan diambil 100 gram untuk dianalisa di laboratorium. Sampel yang telah
terkumpul dikompositkan kemudian diambil 100 gram untuk dianalisis di laboratorium secara proksimat. Medode analisa proksimat adalah menurut
pedoman A.O.A.C 1975.
3.4. Analisa data
Data hasil percobaan dianalisa menurut pedoman steel dan Torrie 1980, sedangkan interpretasi data menurut Little 1981. Model matematis yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Y
i j k l
= M + T
i
+ U
j
+ TU
ij
+ A
k
+ TA
ik
+ UA
jk
+ TUA
ijk
+ E
ijk l
i = 1, 2 taraf zeolite j = 1, 2 ukuran partikel zeolite
k = 1, 2 aktivasi pemanasan l = 1, 2, 3 ulangan setiap perlakuan
Y
ijk
= pengaruh taraf ke-i, partikel zeolit ke-j dan aktivasi ke-k M = rataan umum
T
i
= pegaruh taraf zeolite ke-i U
j
= pengaruh partikel zeolite ke-j TUij = interaksi taraf zeolite ke-i ukuran partikel zeolite ke-j
A
k
= aktivitasi pemanasan ke-k TA
ik
= interaksi taraf ke-i aktivasi ke-k UA
jk
= interaksi ukuran zeolite ke-j dengan aktivasi ke-k E
ijk l
= galat percobaan ke-i pengaruh kombinasi perlakuan ke- ijk
Tabel 1. Susunan ransum selama 4 mingg
u penelitian
Bahan Perlakuan
kontrol L1P1A1
L1P1A2 L1P2A1
L1P2A2 L2P1A1
L2P1A2 L2P2A1
L2P2A2 Jagung
58 58
58 58
58 58
58 58
58 Dedak
kasar 9
4,5 4,5
4,5 4,5
− −
− −
Dedak Halus
2 2
2 2
2 2
2 2
2 Tepung
ikan 11
11 11
11 11
11 11
11 11
Bungkil kedelai
11 11
11 11
11 11
11 11
11 Bungkil
Kelapa 3
3 3
3 3
3 3
3 3
Minyak Nabati
5 5
5 5
5 5
5 5
5 Tepung
TULANG 0,5
0,5 0,5
0,5 0,5
0,5 0,5
0,5 0,5
Premix-D 0,5
0,5 0,5
0,5 0,5
0,5 0,5
0,5 0,5
Zeolit −
4,5 4,5
4,5 4,5
9 9
9 9
Keterangan : Kontrol : ransum normal + 4,5 zeolit
L1P1A1 : ransum normal + 4,5 zeolit partikel halus 65 mesh aktivasi pabrik L1P1A2 : ransum normal + 4,5 zeolit Partikel halus 65 mesh aktivasi ulang
L1P2A1 : ransum normal + 4,5 zeolit partikel kasar 55 mesh aktivasi pabrik L1P2A2 :ransum normal + 4,5 zeolit partikel kasar 55 mesh aktivasi ulang
L2P1A1 : ransum normal +9,0 zeolit partikel halus 65 mesh aktivasi pabrik L2P1A2 : ransum normal + 9,0 zeolit partikel halus 65 mesh aktivasi ulang
L2P2A1 : ransum normal + 9,0 zeolit partikel kasar 55 mesh aktivasi pabrik L2P2A2 : ransum normal + 9,0 zeolit partikel kasar 55 mesh aktivasi ulang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kecernaan Bahan Kering