4.4. Kecernaan lemak
Pada Tabel 5 disuguhkan data koenfensien cerna lemak selama 10 minggu percobaan. Bila diperhatikan data koefisien cerna lemak tabel 11 terlihat bahwa
kecernaan lemak secara menyeluruh lebih tinggi atau meningkat dari 81,4 menjadi 85,7 untuk taraf pemberian 4,5, dan meningkat dari 81,4 menjadi
86,1 untuk taraf pemberian zeolit 9,0 dibandingkan dengan ransum kontrol. Hasil penelitian ini bertentangan dengan laporan Tsitsishvili et al 1984 bahwa
kecernaan lemak cenderung menurun pada taraf pemberian 5,0 klinoptilolit. Tabel 5. Koefisien cerna lemak
Z e o l i t
a
4,5 9,0
Halus Kasar
Halus Kasar
Ula- ngan
kontrol AP
b
AU
c
AP AU
AP AU
AP AU
1 78,11
84,65 85,61
78,28 88,60
94,59 83,05
92,32 74,43
2 83,00
87,67 84,15
78,67 88,99
88,35 85,72
92,73 81,77
3 82,93
87,02 87,00
87,46 89,96
91,16 85,94
82,55 80,00
Rata rata
81,35 86,45
85,59 83,93
87,60 91,37
84,91 89,20
83,75
Keterangan :
a
Interaksi taraf dengan aktivasi ulang P0,01
b
AP = Aktifitas pabrik
C
AU = Aktivasi ulang koefisien keragaman = 3,73
Analisa statistik menunjukkan bahwa kecernaan lemak tidak nyata dipengaruhi oleh taraf pemberian zeolit baik 4,5 maupun 9,0, tetapi kecernaan lemak lebih
tinggi pada taraf pemberian 4,5 86,1 vs 85,7. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan yang nyata P0,05 terhadap konsumsi lemak pada taraf
pemberian zeolit 4,5 131 VS 121 9ekorhari. Dengan demikian pemberian zeolit dari taraf 4,5 hingga 9 tidak mempengaruhi terhadap kecernaan lemak.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan laporan Aritonang dan Silalahi 1990 bahwa penggunaan 6,0 zeolit dalam ransum kecernaan lemak nyata lebih
rendah dari pada taraf pemberian 1,5 dan 3,0, tetapi tidak nyata berbeda dibandingkan dengan taraf pemberian 4,5.
Analisa statistik menunjukkan bahwa aktivasi zeolit baik diaktivasi pabrik maupun aktivasi ulang tidak berpengeruh nyata terhadap kecernaan lemak, tetapi
kecernaan lemak lebih rendah dengan melakukan aktivasi ulang 84,6 vs 87,1. Ditemukan interaksi yang sangat nyata P0,01 antara taraf pemberian
dengan aktivasi ualang zeolit yang menunjukkan bahwa kecernaan lemak berbeda nyata lebih tinggi dengan aktivasi pabrik dari pada aktivasi aktivasi
ulang pada taraf pemberian zeolit 9,0 90 vs 82, tetapi kecernaan lemak tidak berbeda nyata tetap lebih tinggi dengan aktivasi ulang dibandingkan
aktivasi pabrik pada taraf pemberian 4,5 87 vs84. Kecernaan lemak berbeda nyata lebih rendah bila dilakukan aktivasi ulang pada taraf pemberian
9,0 untuk aktivasi pabrik 84 vs 90. Sedangkan kecernaan lemaak tidak berbeda nyata pada pemberian zeolit taraf 9,0 yang diaktivasi ulang dengan
taraf pemberian 4,55 yang diaktivasi pabrik 82 vs 84. Demikian pula kecernaan lemak pada pemberian zeolit taraf 9,0 aktivasi pabrik dengan taraf
pemberian 4,5 yang diaktivasi ulang 87 vs 90. Hal ini secara grafis dapat dilihat pada Gambar 1.
Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa pemberian zeolit taraf 9,0 partikel halus yang diaktivasi pabrik kecernaan lemak lebih tinggi, sedangkan
pemberian zeolit taraf 9,0 partikel halus yang diaktivasi pabrik kecernaan lemak lebih tinggi, sedangkan pemberian zeolit taraf 4,5 partikel kasar yang
diaktivasi ulang kecernaan lemak lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan zeolit lainnya dalam ransum. lebih tinggi bila diberikan pada taraf 8,0
dibandingkan pemberian ransum kontrol. Penelitian Aritonang dan Silalahi 1990 melaporkan bahwa kecernaan lemak nyata lebih rendah dengan pemberian 4,5
dan 6,0 dibandingkan taraf pemberian 1,5 dan 3,0 zeolit dalam ransum babi. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan spesies zeolit atau komposisi
ransum yang digunakan dalam percobaan.
89,5 AP:Y=92-1,11x
88,0 86,5
Aktivasi pabrik 85,0
Aktivasi ulang 83.5
82,0 AU=Y=78+1,33
4,5 9,0
taraf zeolite Gambar 1. Grafik interaksi taraf dengan aktivasi terhadap
kecernaan lemak
4.5. Kecernaan serat kasar