Refleksi Siklus I Pelaksanaan Penelitian Siklus I

94

d. Refleksi Siklus I

Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kekurangan pada siklus sebelumnya. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pelaksanaan siklus I ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan refleksi, dengan harapan, memberi perubahan yang lebih baik lagi terhadap proses pembelajaran yang berkaitan dengan metode bercerita pada siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, keterampilan berbicara anak sudah mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan perolehan persentase keterampilan berbicara pada masing- masing anak pada pratindakan dan siklus I. Pelaksanaan refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dengan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan metode bercerita yang telah dilaksanakan pada siklus I. Berikut ini merupakan data peningkatan keterampilan berbicara yang diperoleh masing-masing anak pada pratindakan dan siklus I. Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak pada Pratindakan dan Siklus I Pada pelaksanaan siklus I, meskipun sudah terjadi peningkatan keterampilan berbicara pada anak, namun belum mencapai indikator keberhasilan No Nama Persentase Pratindakan Persentase Siklus I Peningkatan Persentase 1 Kr 50 69,44 19,44 2 Ad 66,67 83,33 16,66 3 Sn 33,33 38,89 5,56 4 Hn 38,89 38,89 5 Ml 50 77,78 27,78 6 Ct 66,67 83,33 16,67 7 Ns 75 88,89 13,89 8 St 66,67 66,67 9 Aw 50 88,89 38,89 10 Cl 36,11 36,11 11 Gl 33,33 50 16,67 12 Dd 33,33 58,33 25 95 yang diharapkan, sehingga perlu adanya perbaikan agar keterampilan berbicara anak meningkat sesuai target yang ingin dicapai. Beberapa hal yang kurang dan perlu diperbaiki antara lain: 1 Fokus kegiatan bercerita terlalu banyak. Metode bercerita pada siklus I menggunakan tiga pengembangan kegiatan bercerita, diantaranya bercerita kembali, menceritakan gambar yang disediakan, dan melanjutkan sebagian cerita yang telah diperdengarkan. 2 Anak-anak tidak mengingat cerita dengan baik. Pada siklus I, guru membacakan cerita hanya 1 kali. Setelah itu mengulang cerita bersama-sama anak tapi tanpa alat peraga sehingga anak-anak kesulitan membangun imajinasi cerita berdasarkan gambar. 3 Buku cerita yang digunakan berukuran kecil dan tidak berwarna. Anak-anak lebih memilih memperhatikan guru yang sedang bercerita daripada memperhatikan buku ceritanya. Hal tersebut membuat anak-anak tidak mampu menyelaraskan apa yang diucapkan guru ketika bercerita dengan gambar yang tertera pada buku cerita. 4 Reward berupa tongkat bintang dipandang kurang efektif mengatasi kegaduhan anak-anak saat pembelajaran bercerita berlangsung. Berdasarkan keempat hal yang telah dipaparkan di atas, maka akan dilakukan langkah-langkah berikut untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I: 1 Memfokuskan pengembangan kegiatan bercerita, yaitu hanya pada kegiatan menceritakan kembali, sehingga anak-anak dapat dengan mudah mengutarakan pendapatnya karena guru memberikan contoh cara bercerita serta memilih kata 96 yang baik dan benar. Dalam hal ini, guru berperan sebagai model yang baik untuk ditiru anak. 2 Mengulang cerita minimal 2 kali sebelum anak-anak diminta bercerita. Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat mengingat dengan baik isi dan alur cerita yang dibacakan guru. 3 Mengganti buku cerita dengan yang lebih besar dan berwarna agar anak-anak lebih tertarik, sehingga mereka tidak hanya memperhatikan guru, tetapi juga memperhatikan gambar-gambar dalam buku tersebut. Jika anak-anak mampu menyelaraskan apa yang diucapkan guru ketika bercerita dengan gambar yang tertera pada buku cerita, hal tersebut membantu anak membangun imajinasi tentang cerita dan membantu mengingat setiap alur yang terdapat dalam cerita tersebut. 4 Reward diganti dengan kertas lipat. Setelah anak-anak selesai bercerita, ia akan duduk tenang membuat bentuk dari kertas lipat tersebut sesuai keinginannya, sehingga tidak mengganggu teman-teman yang lain dan suasana kelas terkondisikan. Berdasarkan data tersebut, maka peneliti menghentikan siklus I dan melakukan refleksi pada siklus II. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat merencanakan tindakan kembali dengan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I dan merencanakan kembali kegiatan bercerita pada siklus II. 97

4. Pelaksanaan Penelitian Siklus II

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK KELOMPOK A Penerapan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok A Di TK Pertiwi Keprabon Polanharjo Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 3 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA KELOMPOK B Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Media Gambar Pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Pertiwi Geneng Klaten Tahun Pelajaran 20

0 3 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B MELALUI METODE BERCERITA DI TK Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B Melalui Metode Bercerita Di TK Jatirejo Ngargoyoso Karanganyar Tahun Ajaran 2011–2012.

0 0 15

HUBUNGAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA ANAK KELOMPOK B DI ‘TK KKLKMD SIDOMAJU’ PLEBENGAN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKA.

0 3 117

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL.

1 14 202

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATANMEWARNAI DI KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

4 11 140

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN RABA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

2 37 137

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUIMEDIA VCD FILM KARTUN PADA ANAK KELOMPOK A TK KKLKMD SEDYO RUKUN SIRAT SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL.

0 2 170

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA ANIMASI PADA ANAK KELOMPOK B1 TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO BANTUL.

0 5 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

2 9 187