26
pemuasan kebutuhan dan keinginan karena mampu menuturkan keinginan dan kebutuhannya pada orang lain.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bicara Anak
Berbicara menurut Suhartono 2005: 21 merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan beberapa faktor, di antaranya:
a. Faktor fisik. Faktor fisik berkaitan dengan penggunaan alat ucap untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Organ tubuh lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan ketika berbicara.
b. Faktor psikologis
Seseorang yang tenang dan memiliki stabilitas emosi yang baik akan mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap. Selain itu juga
mempengaruhi keruntutan bahan pembicaraan. c.
Faktor neurologis Berkaitan dengan jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan
mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. d.
Faktor semantik Berhubungan dengan makna. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
dan kata-kata harus disusun menurut aturan bahasa agar bermakna dan dipahami oleh lawan bicara.
e. Faktor linguistik
Berkaitan dengan struktur bahasa. Kata-kata yang disusun harus mengikuti aturan bahasa yang dipakai agar dipahami oleh lawan bicaranya.
27
Sementara itu, Hurlock 1978: 185 mengungkapkan beberapa hal penting dalam belajar berbicara. Lebih jauh, Hurlock 1978: 184 mengungkap bahwa
salah satu dari hal penting tersebut hilang, maka proses belajar bicara anak akan terlambat dan kualitas bicaranya berada di bawah potensi dan di bawah tingkat
kemampuan teman sebayanya. Beberapa hal penting tersebut di antaranya: a.
Persiapan fisik untuk berbicara Kemampuan berbicara bergantung pada kematangan mekanisme bicara.
Pada saat lahir, saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah terlalu besar untuk saluran suara. Sebelum semua sarana tersebut mencapai bentuk yang
lebih matang, syaraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi kata-kata.
b. Kesiapan mental untuk berbicara
Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan otak, khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Kesiapan tersebut biasanya berkembang
antara umur 12 dan 18 bulan dan dalam perkembangan bicara dipandang sebagai “saat dapat diajar”.
c. Model yang baik untuk ditiru
Agar anak
tahu mengucapkan
kata dengan
benar kemudian
menggabungkannya menjadi kalimat yang benar, maka mereka harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Jika anak kekurangan model yang baik, maka
mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai pun berada di bawah kemampuan mereka.
28
d. Kesempatan untuk berpraktik
Jika kesempatan berbicara dihilangkan, dan tidak dapat membuat orang lain mengerti, umumnya anak-anak akan putus asa dan marah. Hal ini sering kali
melemahkan motivasi anak untuk belajar berbicara. e.
Motivasi Dorongan untuk belajar berbicara akan melemah ketika anak mengetahui
bahwa mereka dapat memperoleh apapun yang diinginkannya tanpa harus meminta.
f. Bimbingan
Beberapa cara terbaik untuk membimbing anak belajar berbicara adalah menyediakan model yang baik, mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup
jelas sehingga anak dapat memahaminya, serta membenarkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru modelnya.
Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan berbicara pada anak tidak terlepas dari berbagai faktor yang menyertainya, di
antaranya faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan fakor linguistik. Dalam hal ini, peran guru dan juga orang tua sangat besar dalam membelajarkan
anak-anak untuk dapat berbicara dengan baik. Selain itu, menjadi model bicara yang baik untuk ditiru anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk praktik
berbicara dengan membimbing serta memotivasi juga menjadi faktor pendorong bagi anak untuk mengembangkan keterampilan bicaranya.
29
B. Metode Bercerita