18
diucapkan anak sudah lengkap berisi semua unsur kalimat. Kalimat bertanya merupakan salah satu bentuk kalimat yang paling umum digunakan anak
Hurlock, 1978: 189. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan bicara anak berawal dari proses imitasi menirukan ucapan dari lingkungan sehingga anak mampu menghasilkan fonem. Awalnya, bentuk ucapan
yang digunakan anak hanya satu kata yang memiliki arti konkret. Selanjutnya anak belajar memahami arti dari kata yang diucapkannya, kemudian mulai
menggunakan kalimat yang lebih panjang dan bermakna sesuai dengan aturan dalam menggunakan kalimat tersebut. Seiring dengan bertambahnya usia, anak
dapat memahami berbagai kosa kata beragam yang dimilikinya dan mampu mengucapkan kalimat lengkap yang berisi semua unsur kalimat pada usia 5 tahun.
Subjek dalam penelitan ini adalah anak usia 5-6 tahun, dimana pada usia tersebut anak berada pada tahap pembentukan kalimat dan berhubungan dengan
perkembangan sintaksis. Seharusnya anak mampu menggabungkan kata menjadi kalimat dengan tata bahasa yang benar dan dapat dipahami, serta mampu
memberikan penekanan pada kata-kata tertentu. Oleh karena itu, upaya menstimulasi keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun merupakan tugas
penting bagi guru agar keterampilan bicaranya berkembang dengan baik.
3. Tes Kompetensi Berbicara
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa yang
didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu
19
untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Di samping itu,
diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan,
serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara Burhan Nurgiyantoro, 2010: 399. Kedua hal tersebut merupakan hal yang esensial, dan karenanya harus
diperhitungkan dalam tes kemampuan berbicara peserta didik dalam suatu bahasa Oller dalam Burhan Nurgiyantoro, 2010: 400.
Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik untuk mengukur kompetensi berbicaranya. Apapun bentuk tugas yang dipilih haruslah
yang memungkinkan peserta didik untuk tidak saja mengekspresikan kemampuan bahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, atau
menyampaikan informasi. Pemberian tugas hendaknya dilakukan dengan cara yang menarik dan menyenangkan agar peserta didik tidak merasa tertekan dan
dapat mengungkapkan kompetensi berbahasanya secara normal dan maksimal Burhan Nurgiyantoro, 2010: 401-402. Terdapat beberapa bentuk tugas
kompentensi berbicara yang dapat diberikan pada peserta didik Burhan Nurgiyantoro, 2010: 400, dan satu diantaranya akan digunakan dalam penelitian
ini. a.
Bicara berdasarkan gambar Untuk mengungkapkan kemampuan berbicara peserta didik dalam suatu
bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik. Rangsang gambar yang dapat digunakan sebagai rangsang berbicara dikelompokkan ke
dalam gambar objek dan gambar cerita. Gambar objek adalah gambar yang
20
masing-masing memiliki nama satu kata dan merupakan gambar-gambar lepas yang antara satu dengan yang lain kurang ada kaitannya Burhan Nurgiyantoro,
2010: 402. Gambar cerita adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah cerita,
mirip dengan komik, atau buku gambar tanpa kata
wordless picture books
yaitu buku-buku gambar cerita yang alur ceritanya disajikan lewat gambar-gambar, atau
gambar-gambar itu sendiri menghadirkan cerita Burhan Nurgiyantoro, 2010: 404. Sedangkan tugas-tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik untuk
berbicara berdasarkan gambar dapat dilakukan dengan memberi pertanyaan dan bercerita sesuai dengan gambar yang disediakan Burhan Nurgiyantoro, 2010:
405. b.
Berbicara berdasarkan rangsang suara Suara yang lazim digunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio
atau rekaman yang sengaja dibuat untuk maksud tertentu. Tugas ini memang sangat terkait dengan tes kompentensi menyimak. Anak dapat diminta
menceritakan apa yang didengarnya dari rangsang suara tersebut Burhan Nurgiyantoro, 2010: 407.
c. Berbicara berdasarkan rangsangan visual dan suara
Berbicara berdasarkan rangsangan visual dan suara merupakan gabungan antara berbicara berdasar gambar dan suara. Contoh rangsangan yang banyak
dikenal dalam tugas ini adalah siaran televisi atau video Burhan Nurgiyantoro, 2010: 408.
21
d. Bercerita
Rangsangan yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca, berbagai cerita, berbagai pengalaman, dan lain-lain Burhan
Nurgiyantoro, 2010: 409. Bercerita berdasarkan isi buku banyak dilakukan para guru. Burhan Nurgiyantoro 2010: 410 juga memaparkan beberapa aspek yang
dapat dinilai dalam kaitannya dengan pemberian tugas menceritakan kembali buku cerita, di antaranya: ketepatan isi cerita, ketepatan penunjukan detil cerita,
ketepatan logika cerita, ketepatan makna keseluruhan cerita, ketepatan kata, ketepatan kalimat, dan kelancaran.
e. Wawancara
Wawancara biasanya dilakukan terhadap seorang pebelajar yang memiliki kompetensi berbahasa lisan yang sudah memadai sehingga memungkinkan untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bahasa lisan Burhan Nurgiyantoro, 2010: 410.
f. Berdiskusi dan berdebat
Tugas berbicara ini paling tidak melibatkan dua orang pembicara dan baik dilakukan para peserta didik di sekolah terlebih para mahasiswa untuk melatih
kemampuan dan keberanian berbicara Burhan Nurgiyantoro, 2010: 419. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbagai tes yang
dapat diberikan kepada peserta didik untuk mengukur kompetensi berbicaranya yaitu berbicara berdasarkan gambar, berbicara berdasarkan rangsang suara,
berbicara berdasarkan rangsangan visual dan suara, bercerita, wawancara, serta berdiskusi dan berdebat.
22
Berbagai tes untuk mengukur kemampuan berbicara di atas sesuai apabila diterapkan pada kelas tinggi. Namun, dalam hal ini peneliti akan menjadikan salah
satu tes kompetensi berbicara di atas sebagai acuan dengan tetap menyesuaikan pada analisis teori mengenai pengertian keterampilan berbicara yang telah
disimpulkan dalam penelitian ini. Tugas otentik yang akan diberikan kepada anak untuk meningkatkan keterampilan berbicaranya adalah dengan bercerita. Berbagai
pengembangan dari kegiatan bercerita akan diberikan kepada anak untuk menstimulasi keterampilan berbicaranya.
4. Tujuan Keterampilan Berbicara Anak