Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Definisi Konsep

Berdasarkan survey yang dilakukan, bahwasannya siswa yang mendapatkan bantuan dari BPZ sebanyak 6 orang. Sementara, sudah menjadi rahasia umum bahwa pada sekolah-sekolah yang memiliki status Negeri pada umumnya memiliki siswa yang kurang mampu dalam jumlah yang cukup memprihatinkan. Hal tersebut diatas menjadi suatu pertanyaan yang cukup penting, mengingat peran BPZ di dalam bidang pendidikan adalah memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu. Tetapi, mengapa hanya segelintir saja yang mendapatkan bantuan, serta apakah siswa kurang mampu yang lainnya tidak merasa lebih termotivasi semangat belajarnya setelah adanya BPZ di sekolah mereka dan demi mendapat bantuan tersebut. Disini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan riset mengenai pengaruh yang ditimbulkan akibat diberlakukannya bantuan tersebut oleh Badan Pengelola Zakat. Terutama kepada siswa kurang mampu yang tidak berprestasi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah tersebut. Yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh antara Badan Pengelola Zakat BPZ dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kurang mampu di SMA Negeri 1 Sei Suka, Kabupaten Batubara?. Dalam upaya menjawab masalah ini digunakan variabel motivasi sebagai perantaranya.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh Badan Pengelola Zakat BPZ terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kurang mampu yang ada di SMA Negeri 1 Sei Suka, Kabupaten Batubara.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah hasil kajian ilmiah yang akurat sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis maupun pihak kelembagaan yang terkait di dalamnya. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang bernilai dan bermutu. 1.4.3. Bagi Penulis Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan penulis mengenai kasus tersebut dan sebagai wadah latihan serta pembentukan pola fikir ilmiah dan rasional dalam menghadapi segala macam persoalan sosial yang ada dalam masyarakat. 1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Struktural Fungsional Dalam penelitian ini, dapat dipergunakan teori struktural fungsional dari Talcott Parsons yaitu, Parsons membuat sejumlah karya besar teoritis. Talcott Parsons merupakan tokoh Sosiologi modern yang mengembangkan analisis fungsional dan secara sangat rinci menggunakannya dalam karya-karyanya. Karya pertamanya yang memakai analisis fungsional adalah buku The Social System. Dalam karya berikutnya Parsons secara rinci menguraikan fungsi berbagai struktur bagi dipertahankannya sistem sosial. Menurut Talcott Parsons, pada dasarnya masyarakat berkecenderungan ke arab eqilibrum homeostatis. Prosesnya terjadi pada penerapan fungsi adaptasi pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola. Sistem tidak dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi pada dasarnya tiap-tiap sistem memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan dan adaptasi demi pencapaian tujuan masyarakat secara. keseluruhan Abdulsyani, 1994:78. Terkait dengan hal ini, lembaga yang ada di masyarakat yaitu Badan Pengelola Zakat BPZ dapat mengerti apa yang cenderung diharapkan oleh masyarakat itu sendiri. Maka daripada. itu, BPZ membuat suatu program kerja yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar agar nantinya dapat melakukan perubahan dalam bidangnya masing-masing demi mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai prasyarat fungsional dari sistem sosial, Parsons mengemukakan sebagai berikut:   Setiap sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya adaptation.   Setiap sistem harus memiliki suatu alat untuk memobilisasi sumbernya supaya dapat mencapai tujuan-tujuannya, dan dengan demikian mencapai gratifikasi goal attainment.   Setiap sistem harus mempertahankan koordinasi internal dari bagianbagiannya dan membangun cara-cara yang bertautan dengan deviasinya atau dengan kata lain, setiap sistem harus mempertahankan kesatuannya integration.   Setiap sistem harus mempertahankan dirinya sedapat mungkin dalam keadaan seimbang latent pattern maintenance. Sementara itu, Badan Pengelola Zakat BPZ adalah sebuah lembaga masyarakat, dimana di dalamnya memiliki suatu struktur sebagai suatu sistem, serta merniliki persyaratan yang fungsional. Persyaratan tersebut mencakup:   A - Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi yaitu: pertama, harus ada suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntunan kenyataan yang keras yang tidak dapat diubah inflexible yang datang dari lingkungan atau kalau menggunakan terminologi Parsons yang terdahulu, pada kondisi tindakan. Kedua, ada proses transformasi aktif dari situasi itu. Ini meliputi penggunaan segi-segi situasi itu yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi, usaha memperoleh alat itu secara analistis harus dipisahkan dari pencapaian tujuan. Lingkungan, seperti sudah kita ketahui meliputi yang fisik dan yang sosial. Untuk suatu kelompok kecil, lingkungan sosial akan terdiri dari satuan institusional yang lebih besar dimana kelompok itu berada.   G – Goal Attainment, merupakan persyaratan fungsional yang muncul dari pandangan Parsons bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-tujuannya. Namun, perhatian yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam suatu sistem sosial. Dalam salah satu dari kedua hal itu, pencapaian tujuan merupakan sejenis kulminasi tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan penyesuaian persiapan.   I – Integration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan integrasi antara para anggota dalam sistem sosial itu. Supaya sistem sosial itu berfungsi secara efektif sebagai suatu satuan, harus ada paling kurang suatu tingkat solidaritas diantara individu yang termasuk di dalamnya. Masalah integrasi menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang cukup menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerjasama dikembangkan dan dipertahankan.   L – Latent Pattern Maintenance, konsep latensi latency menunjukkan pada berhentinya interaksi. Para anggota dalam sistem sosial apa saja bisa letih dan jenuh serta tunduk pada sistem sosial lainnya dimana mungkin mereka terlibat. Karena itu, semua sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana sistem itu sewaktu-waktu kocar-kacir dan para anggotanya tidak lagi bertindak atau berinteraksi sebagai anggota sistem. Persyaratan-persyaratan diatas tentunya dapat menjadi pegangan ataupun pedoman bagi sebuah lembaga, yang dalam hal ini adalah Badan Pengelola Zakat BPZ, agar dapat menjalankan komitmen yang telah disepakati bersama demi tercapainya suatu keseimbangan yang diinginkan di dalam masyarakatnya. Selain persyaratan diatas yang harus di jalankan oleh sebuah kelembagaan, sebenarnya BPZ sudah memiliki program kerja yang diperuntukkan kepada siswa sekolah yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah. BPZ menjanjikan akan memberikan bantuan biaya kepada siswa yang kurang mampu dan berprestasi. Hal tersebut bertujuan agar para siswa yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah merasa terpacu dan termotivasi untuk meraih prestasi demi mendapatkan bantuan tersebut.

1.5.2. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi berasal dari kata motif, dimana motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sementara itu motivasi juga mempunyai peranan yang penting dalam menimbulkan gairah, merasa tenang dan bersemangat belajar untuk mencapai tujuan, yaitu prestasi yang tinggi. Sedangkan menurut Winkel dalam buku Mansour Fakih 2002:57, Motivasi adalah sebagai daya penggerak dalam pribadi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi berprestasi merupakan kecendrungan individu untuk menyeleksi aktivitas dengan usaha yang efektif sehingga memberikan hasil terbaik yang pada dasarnya berkaitan dengan harapan untuk sukses. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu energi penggerak dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik. Berbagai keinginan atau kebutuhan akan memunculkan dorongan. Dorongan ialah desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup, semua itu merupakan hal yang biasa kita jumpai. Namun terkadang kita melihat ada orang-orang yang bisa berhasil dalam tempo yang tidak terlalu lama, ada pula mereka yang justru belum bisa mengubah nasib mereka. Banyak variabel memang yang bisa menentukan hal semua itu, diantara variabel itu adalah berkaitan dengan motivasi individu. Abraham Maslow dalam buku Abdulsyani 1994:39, menyatakan bahwa urutan dasar dan kebutuhan motivasi adalah sebagai berikut : 1. Basic needs atau kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan yang paling penting seperti kebutuhan akar makanan. Dominasi kebutuhan fisiologi ini relatif lebih tinggi dibanding dengan kebutuhan lain dengan demikian muncul kebutuhan- kebutuhan lain. 2. Safety needs atau kebutuhan akan keselamatan, merupakan kebutuhan yang meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, hukum, batas-batas kekuatan pada diri, pelindung, dan sebagainya. 3. Love needs atau kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta, merupakan kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselamatan telah terpenuhi. Artinya orang dalam kehidupannya akan membutuhkan rasa untuk disayang dan menyayangi antar sesama dan untuk berkumpul dengan orang lain. 4. Esteem needs atau kebutuhan harga diri. Semua orang dalam masyarakat mempunyai kebutuhan atau mengiginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat yang biasanya bermutu tinggi akan rasa hormat diri atau harga diri dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan ini dibagi dalam dua peringkat : a. Keinginan akan kekuatan, akan prestasi, berkecukupan, unggul, dan kemampuan, percaya diri, kemerdekaan dan kebebasan b. Hasrat akan n am a bai k at au gengsi dan h arga diri, p res tise penghormatan dan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian dan martabat. 5. Self Actualitation needs atau kebutuhan akan perwujudan diri, yakni kecendrungan untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuannya. Pada dasarnya motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkahlaku manusia. Apabila ketiga komponen tersebut dirinci lebih lanjut dapat memberikan gambaran bahwa : • Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan individu memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. • Motivasi juga mengarahkan dan menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap tujuan. • Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan interaksi, arah dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. Motivasi berprestasi achievement motivation merupakan teori yang dikenalkan oleh David McClelland dalam buku Abdulsyani 1994:42. Dasar teorinya tetap berdsarkan teori kebutuhan Maslow, namun ia mencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan :   Need for Power nPow   Need for Affiliation nAffi   Need for Achievement nAch McClelland mengklasifikasikan profil orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi nAch :   Orang dengan nAch tinggi memilih untuk menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.   Orang dengan nAch tinggi memilih umpan balik langsung dan dapat diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi.   Orang dengan nAch tinggi menyukai tanggung jawab pemecahan masalah. M. Ngalim Purwanto dalam buku Judistira Garna 1993:121 menjelaskan bahwa, motivasi adalah pendorongan yaitu suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Tujuan motivasi adalah menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu hingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu. David McClelland dalam buku Mansour Fakih 2002:45 mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai kebutuhan yang mendorong manusia untuk berbuat lebih daripada orang lain, guna mencapai kesuksesan karir di masa yang akan datang sesuai dengan standar kehidupan yang ditetapkannya sendiri. Motivasi di bedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa rangsangan dari luar. Motivasi inilah yang di harapkan lebih dominan pada diri siswa sehingga dengan motivasi ini mereka terdorong untuk melaksanakan segala tugas yang di berikan kepadanya tanpa merasa terbebani dalam menyelesaikannya. Sementara itu, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat adanya ransangan dari luar, di mana suatu kegiatan di mulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan dari luar dirinya. Dalam hal ini, peran BPZ adalah sebagai motivasi ekstrinsik, di mana para siswa merasa terpacu untuk belajar demi mendapatkan bantuan yang ditawarkan oleh BPZ itu sendiri. Baik itu motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, demi mencapai suatu prestasi setiap siswa harus memiliki sebuah motivasi untuk belajar

1.5.3. Prestasi Belajar

Untuk memperoleh kemajuan dan kelestarian pada masa depan diperlukan adanya kualitas keberdayaan, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, kecerdasan spiritual, dan keterampilan-keterampilan mega, yang akan dapat diwujudkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan adalah suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju kepribadian mandiri untuk membangun dirinya sendiri dan masyarakat. Konsekuensinya, proses pendidikan harus mampu menyentuh dan mengendalikan berbagai aspek perkembangan manusia. Prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Memasuki dunia Perguruan Tinggi berarti melibatkan diri dalam situasi hidup dan situasi akademis yang secara fundamental berbeda dengan apa yang pernah dialami dalam lingkungan sekolah lanjutan atas. Para psikolog berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan prilaku. Prilaku mengundang arti yang sangat luas, meliputi pengetahuan kemampuan berpikir, skillketerampilan, penghargaan terdapat sesuatu sikap, minat, dan semacamnya. Tidak semua prilaku merupakan hasil belajar, karena sebagian diakibatkan oleh proses perkembangan dan pertumbuhan, seperti antara lain kematangan tetapi hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Karena belajar merupakan suatu proses, ia membutuhkan waktu serta usaha dan usaha itu memerlukan waktu, cara dan metode. Para ahli pendidikan, khususnya dalam hal belajar, secara umum berpendapat bahwa belajar bersifat kompleks karena, merupakan proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri manusia maupun dari luar diri manusia. Belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang cukup banyak jenisnya. Namun secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor internal seperti motivasi, bakat, minat, dan kondisi tubuh serta sektor eksternal seperti keadaan ekonomi keluarga, lingkungan dan sarana prasarana. Prestasi belajar merupakan bukti usaha yang dapat dicapai. Muris dalam buku Shindunata 2000:12 mengemukakan bahwa pengertian prestasi dui belajar dipadukan sebagai ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran yang di capai oleh siswa. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar. Hal tersebut merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar. Prestasi belajar diwujudkan dalam bentuk angka. Hal ini dapat dilihat pada daftar nilai dari suatu mata pelajaran. Prestasi belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam menguasai mata pelajaran. Mutu pendidikan harus dilihat dari meningkatnya kemampuan belajar siswa secara mandiri. Pengetahuan apapun yang mereka kuasai adalah hasil belajar yang mereka lakukan sendiri. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi pemamfaatan waktu di kelas time of learning dan time of task, partisipasi dan keaktifan siswa, perubahan prilaku dan sikap belajar, serta hasil belajar. Penilaian keberhasilan belajar adalah usaha untuk mengetahui mutu belajar dan mengajar atau dengan lain perkataan seberapa jauh setiap tujuan pendidikan telah tercapai. Evaluasi merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus dan harus berdasarkan patokan atau kriteria serta dapat dikembangkan. Perkembangan zaman di abad 21 ini menuntut sekolah menyelenggarakan pembelajaran yang memungkinkan lulusannya memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi, keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis. Dengan kemampuan dan keterampilan tersebut individu akan mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan jaman. Faktor-faktor penunjang efisiensi prestasi belajar, antara lain :   Kesiapan untuk belajar, adalah merupakan kapasitas fisik dan kesiapan mental untuk belajar disertai harapan skillketerampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk menger akan sesuatu.   Minat dan kosentrasi, keduanya merupakan faktor-faktor yang saling berkaitan.Minat adalah perhatian yang bersifat khusus, sedangkan kosentrasi itu muncul akibat perhatian itu. Kosentrasi adalah pemusatan pemikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal yang berhubungan.   Keteraturan akan waktu dengan disiplin. Mengatur waktu dan disiplin membawa banyak mamfaat. Namun hal ini kadang kurang diperhatikan, karena tidak mengetahui dan menyadari pentingnya waktu dan disiplin dalam belajar. Menurut Megawangi dalam buku Hasbullah 2005:111, banyak alternatif sistem penilaian yang dapat dipakai selain tes pilihan berganda atau pilihan benar- salah, misalnya 1 Persentasi hasil kerja secara verbal; 2 Pameran hasil kerja atau tugas proyek; 3 bermain peran; 4 berdiskusi; 5 karya tulis; 6 sajak; 7 hasil kerja kelompok; 8 portofolio; 9 menjawab pertanyaan dengan tulisan atau esai; 10 menjawab pertanyaan dengan lisan; 11 kompetensi yang harus dikuasai sesuai dengan yang tercantum dikurikulum; 12 siswa memberikan penilaian terhadap kemampuan diri sendiri; dan 13 penilaian pada saat proses bukan hanya terhadap produk akhir.

1.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban semantara atas pertanyaan penelitian Prasetyo, dalam buku Burhan Bungin 2001: 76. Berdasarkan penjelasan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : tidak ada pengaruh Badan Pengelola Zakat BPZ dalam memotivasi semangat belajar siswa sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa kurang mampu Ha : ada pengaruh Badan Pengelola Zakat BPZ dalam memotivasi semangat belajar siswa sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa kurang mampu.

1.7. Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi kosep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang akan diteliti Singarimbun, 1989:33. Konsep- konsep yang penting dalam penelitian ini adalah: 1. BPZ Badan Pengelola Zakat, adalah suatu lembaga resmi yang mengatasi masalah-masalah masyarakat, baik di bidang pendidikan, pertanian, perdagangan, maupun peternakan, demi tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.

2. Motivasi, adalah dorongan, keinginan, hasrat yang dapat mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindakmelakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

3. Siswa, adalah individu yang masih terikat dalam suatu lembaga pengajaran.

4. Zakat, adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat yang memeluk

agama Islam, untuk membersihkan harta yang dimilikinya.

5. Kurang mampu, adalah suatu kondisi dari individu yang dalam melakukan

segala hal tidak dapat mencapai titik maksimal. Dalam pembahasan ini, dapat dilihat dari kemampuannya memenuhi semua kebutuhan administrasi sekolahnya dan fasilitas yang dimiliki.

6. Prestasi, adalah suatu pencapaian maksimal yang telah memiliki standar

tertentu. Dalam hal ini, yang menjadi indikasi berprestasi adalah siswa yang memiliki peningkatan nilai dalam rapornya.

1.8. Operasional Variabel