Latar Belakang PE N D A H U L U A N

BAB I PE N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Menyimak dari aspek historis dahulu sampai sekarang, yang menjadi permasalahan terbesar di dalam sebuah negara adalah masalah kemiskinan. Baik di bidang pendidikan, finansial, kesehatan, sampai dengan kemiskinan Sumber Daya Manusia SDM. Pada dasamya, kemiskinan merupakan hasil dari apa yang telah di upayakan oleh manusia itu sendiri. Maksud dari ungkapan diatas adalah, nasib seseorang tidak akan berubah apabila ia tidak berusaha mengubah nasibnya. Dalam hal ini, kemiskinan pada satu aspek yang sangat umum yaitu sosial ekonomi, yang berdampak negatif terhadap dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa masa depan bangsa kita berada di tangan generasi muda. Akan tetapi, bagaimana nasib bangsa ini jika sebagian besar anak-anak dari keluarga miskin harus putus sekolah karena terbelit masalah ekonomi? Persoalan tersebut diatas bukan hanya dialami oleh sekolah-sekolah yang berafiliasi kepada sebuah Yayasan saja. Namun sekolah yang telah memiliki biaya operasional, tidak kalah bingung dalam menanggulangi masalah tersebut. Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa atau yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya, mereka mau mengurangi kualitas perumahan, pakaian, bahkan makanan, demi melaksanakan pendidikan anak-anaknya. Seharusnya, negara, juga demikian. Apabila suatu negara ingin cepat maju dan berhasil dalam pembangunan, prioritas pembangunan negara, itu adalah pendidikan. Jika perlu, sektor-sektor yang tidak penting ditunda dulu dan dana dipusatkan pada pembangunan pendidikan bagi anak kurang mampu http: 64.203.71.11 kompas-cetak040805pnddkn1 190244. htm. Berkaitan dengan hal tersebut, negara kita telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Enam Tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Selain membuat program wajib belajar, pemerintah juga telah mengadakan dana. Biaya Operasional Sekolah BOS. Sementara, sasaran penerima BOS tahun 2006 setara SD sebanyak 29.432.530 siswa dengan bantuan per orang Rp.235.000 per tahun dan setara SMP sebanyak 10.488.627 siswa dengan bantuan per orang Rp.324.500 per tahun serta setara SMA sebanyak 698.458 siswa dengan bantuan per orang Rp.65.000 per bulan. Sehingga total anggaran yang akan disalurkan senilai lebih kurang Rp.10,86 trilyun http:analisadaily.com2006juli250-2.htm. Jika kita merujuk kepada hasil identifikasi yang dilakukan Kementerian Negara Percepatan Daerah Tertinggal, sebanyak 199 kabupaten termasuk dalam kategori tertinggal. Masyarakatnya masih seringkali menghadapi persoalan keterbatasan SDM dan kelangkaan sarana dan prasarana. Artinya, pemerintah daerah menghadapi pekerjaan rumah yang semuanya harus ditangani, sementara kemampuan daerah sangat tidak mampu jika harus kerja sendirian untuk menyelesaikan persoalan sekompleks itu. Kondisi ini, menurut Dosen Fakultas Pertanian Universitas Asahan itu juga menjadi persoalan yang dihadapi oleh Pemkab Batubara. Sebagai Sekretaris Komisi C DPRD Asahan, dia melihat masih banyak yang harus ditangani oleh pemerintah daerah. Padahal untuk membangun pendidikan yang berkualitas, jelas saja cukup mahal. Kalau sekolahnya mau baik, pelayanan pendidikan oleh guru yang cukup memuaskan, sarana dan prasarana yang oke, tentunya uang sekolah pun harus besar. Terutama untuk sekolah lanjutan atas,yang belum disubsidi oleh pemerintah, katanya. Angka kemiskinan di daerah ini masih cukup besar. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas 2006 jumlah penduduk miskin Kabupaten Asahan masih termasuk Batubara terus bertambah. Susenas 2006 menunjukkan terdapat 138 ribu jiwa lebih warga daerah ini masih dinyatakan miskin http:www.seputar.indonesia.comledisicetak l sumaterautaralhtml. Saat ini, kemiskinan telah menjadi masalah umum bagi sekolah-sekolah yang ada di negara kita. Hal ini juga dialami oleh SMA Negeri 1 Sei Suka Batubara. Banyak orang tua yang mempercayakan sekolah tersebut sebagai lembaga yang bisa meningkatkan Sumber Daya anak-anaknya. Dari 632 orang siswa yang menuntut ilmu di sekolah tersebut, sekitar 63 siswa yang berstatus tidak mampu. Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa keterbatasan ekonomi tidak mampu menyurutkan semangat mereka untuk terus sekolah. Malah, sebagian prestasi sekolah didapat dari siswa yang berstatus kurang mampu. Realita tersebut mengundang simpati sebuah lembaga yang berada di sekitar pemukiman sekolah. Beberapa siswa kurang mampu yang berprestasi diberikan bantuan berupa dans yang tentunya akan terus diberikan apabila prestasi dapat dipertahankan. Bahkan, pihak lembaga akan menanggung biaya pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Lembaga tersebut dinamakan Badan Pengelola Zakat BPZ, lembaga ini merupakan sebuah lembaga yang berlandaskan atas Islam yang dalam kegiatannya selalu memberikan bantuan atau solusi bagi setiap anggota masyarakat yang ada di sekitarnya. Baik dibidang pendidikan dengan memberikan bantuan kepada siswa kurang mampu yang berprestasi, bidang pertanian, perdagangan serta peternakan yang memberikan pinjaman modal tanpa memberikan bunga sewaktu mengembalikannya. Tentunya hal ini dilakukan agar terbebas dari jeratan rentenir. Meskipun lembaga tersebut berlandaskan atas suatu agama, tidak menutup kemungkinan para pemeluk agama lain bisa mendapatkan bantuan yang telah ada dengan mengikuti prosedur yang telah diberlakukan oleh lembaga tersebut. BPZ sendiri telah berdiri sekitar 10 tahun yang lalu, dan terletak di tengah-tengah sebuah komplek perumahan PT. Inalum Kab.Batubara. Sedangkan, dana yang didapat oleh BPZ merupakan dana yang dikumpulkan setiap bulannya oleh para penghuni komplek, yang dalam ketentuan Islam disebut dengan Zakat Profesi. Disini, saya akan mencoba menyoroti peran BPZ dalam menanggulangi masalah masyarakat di bidang pendidikan. Berdasarkan survey yang dilakukan, bahwasannya siswa yang mendapatkan bantuan dari BPZ sebanyak 6 orang. Sementara, sudah menjadi rahasia umum bahwa pada sekolah-sekolah yang memiliki status Negeri pada umumnya memiliki siswa yang kurang mampu dalam jumlah yang cukup memprihatinkan. Hal tersebut diatas menjadi suatu pertanyaan yang cukup penting, mengingat peran BPZ di dalam bidang pendidikan adalah memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu. Tetapi, mengapa hanya segelintir saja yang mendapatkan bantuan, serta apakah siswa kurang mampu yang lainnya tidak merasa lebih termotivasi semangat belajarnya setelah adanya BPZ di sekolah mereka dan demi mendapat bantuan tersebut. Disini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan riset mengenai pengaruh yang ditimbulkan akibat diberlakukannya bantuan tersebut oleh Badan Pengelola Zakat. Terutama kepada siswa kurang mampu yang tidak berprestasi.

1.2. Perumusan Masalah