16
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, berikut ini akan diindentifikasikan
beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem penangkapan ikan bilih oleh para penangkap di daerah
penelitian? 2.
Apakah usaha penangkapan ikan bilih menguntungkan dilakukan di daerah penelitian?
3. Bagaimana kelayakan usaha penangkapan ikan bilih di daerah penelitian?
4. Berapa besar kontribusi pendapatan ikan bilih terhadap pendapatan keluarga?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem penangkapan ikan bilih di daerah
penelitian. 2.
Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha penangkapan ikan bilih di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui kelayakan usaha penangkapan ikan bilih di daerah
penelitian. 4.
Untuk mengetahui tingkat persentase kontribusi pendapatan ikan bilih terhadap pendapatan keluarga.
17
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang ingin membuat
usaha penangkapan ikan bilih. 2.
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat di kawasan Danau Toba yang menangkap dan mengusahakan ikan bilih di Danau Toba.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Perikanan ialah segala usaha penangkapan, budidaya ikan serta pengolahan sampai pemasaran hasilnya. Penangkapan adalah kegiatan menangkap atau
mengumpulkan ikanbinatang air lainnyatanaman liar yang hidup di lautperairan umum secara bebas dan bukanmilik perseorangan. Mubyarto, 1994. Perikanan
berdasarkan tempat ekosistemnya terbagi 2 yaitu; perikanan laut bersifat ekstraktif dan perikanan darat di air tawar bersifat budidaya. Pada perikanan
darat ini ada juga yang bersifat ekstraktif yaitu penangkapan di perairan umum. Tarigan K. dan Lily Fauzia, 2006.
2.1.1. Tinjauan Biologi
Ikan bilih atau dalam bahasa ilmiah disebut Mystacoleucus padangensis Bleeker adalah ikan endemik yang hidup di Danau Singkarak, Sumatera Barat.
Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A.S, 2008.
Gambar 1. Ikan Bilih Segar dari Danau Toba
19 Bentuk badan ikan bilih sangat mirip dengan kerabatnya, ikan genggehek Jawa
Barat atau wader Jawa Tengah dan Timur, yaitu Mystacoleucus marginatus yang banyak terdapat di perairan umum Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Ikan ini
juga mirip dengan ikan wader cakul Jawa Tengah dan Timur, beunteur Jawa Barat atau pora-pora Sumatera Utara, yaitu Pontius binotatus. Oleh karena
sejak tahun 1990-an, ikan pora-pora di Danau Toba tidak pernah tertangkap lagi, maka masyarakat sekitar Danau tersebut menyebut ikan bilih sebagai ikan pora-
pora yang sebenarnya adalah ikan bilih terus melekat dan populer sampai sekarang. Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A.S, 2008.
Ikan bilih melakukan reproduksi atau pemijahan dengan cara menyongsong aliran
air di sungai yang bermuara di danau. Induk jantan dan betina berruaya ke arah sungai dengan kecepatan arus air ke arah sungai berkisar antara 0,3-0,6 mdetik
dan dangkal dengan kedalama air antara 10-20 cm. Habitat pemijahan ikan bilih adalah perairan sungai yang jernih dengan suhu air relatif rendah, berkisar antara
24,0-26,0°C, dan dasar sungai yang berbatu kerikil dan atau pasir. Dalam hal ini, faktor lingkungan yang mempengaruhi pemijahan ikan bilih adalah arus air dan
substrat dasar. Ikan bilih menuju ke daerah pemijahan menggunakan orientasi visual dan insting. Sesampainya di habitat pemijahan tersebut, ikan bilih betina
melepaskan telur dan bersamaan dengan itu juga ikan jantan melepaskan sperma untuk membuahi telur tersebut. Telur ikan bilih yang telah dibuahi berwarna
transparan dan tenggelam berada di dasar sungai untuk kemudian hanyut terbawa arus air masuk ke danau. Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A.S, 2008.
20 Telur-telur tersebut akan menetas di danau sekitar 19 jam setelah dibuahi pada
suhu air antara 27,0-28,0°C dan larvanya berkembang di danau menjadi dewasa. Populasi ikan bilih memijah setiap hari sepanjang tahun, mulai dari sore hari
sampai dengan pagi hari. Puncak pemijahan ikan bilih terjadi pada pagi hari mulai jam 5.00 sampai 9.00, seperti diperlihatkan dengan banyaknya telur yang
dilepaskan. Pemijahan ikan bersifat parsial, yakni telur yang telah matang kelamin tidak dikeluarkan sekaligus tetapi hanya sebagian saja dalam satu periode
pemijahannya. Jumlah telur yang dikeluarkan fekunditas ikan bilih berkisar antara 3.654-14.561 butir telur dengan rata-rata 7.580 butir per induk.
Kartamihardja, E.S., 2009
Masalah Penanganan Ikan Segar
Proses kerusakan ikan berlangsung cepat di daerah beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi. Proses tersebut makin dipercepat dengan praktek-
praktek pemanenan yang tidak baik, cara penanganan yang kurang tepat, sanitasi dan higiena yang tidak memadai, terbatasnya sarana distribusi dan sistem
pemasaran, dan sebagainya. Masalahnya, di negara-negara berkembang tropis seperti Indonesia, seringkali ikan ditangkap dan didaratkan tanpa pemberian es
yang memadai. Wibowo, S. 2009.
2.1.2. Tinjauan Ekonomi
Sistem dan usaha agribisnis yang sedang dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi. Hal ini dapat dicirikan dengan efisiensi yang
tinggi mampu merespon perubahan pasar secara cepat dan efisien, menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, menggunakan inovasi teknologi sebagai sumber
21 pertumbuhan dan produktivitas dan nilai tambah. Hal ini dapat disikapi dengan
pembangunan industri hulu dan industri hilir pertanian yang dapat memperbaiki
sistem dan prospek pertanian ke arah yang berpotensi positif. Daniel, 2002. Menurut Sunarno, MD. 2008, pentingnya ikan bagi manusia, yaitu:
− Ketahanan Pangan,
a. Ikan mengandung protein tinggi 40-70 dan kolesterol rendah.
b. Ikan mudah diperoleh karena kelayakan air melimpah di negara tropis
− Mata pencaharian masyarakat,
− Pendapatan masyarakat dan pemerintah,
a. Kebutuhan manusia kompleks dan perlu adanya transaksi antar individu
atau kelompok, −
Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diversifikasi pemanfaatan ikan bilih perlu dilakukan untuk mendapatkan nilai
tambah yang lebih besar. Tak hanya sekedar dipasarkan dalam bentuk basah atau dikeringkan saja, tetapi dapat juga diolah menjadi berbagai produk lain. Teknologi
yang diperlukan cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Jika produk-produk semacam ini dapat dikembangkan, maka dapat dijadikan produk
spesifik dan andalan daerah. Terlebih Danau Toba adalah daerah wisata yang sangat terkenal di dalam maupun di luar negeri. Purnomo, K., 2009.
Menurut Wibowo, S 2009 ada beberapa cara pengolahan yang dapat dilakukan
pada ikan bilih, antara lain: a.
Pengeringan ikan bilih pengasinan b.
Pengolahan dendeng ikan bilih
22 c.
Pengolahan bakso ikan bilih d.
Pengolahan kerupuk ikan bilih e.
Pengolahan ikan bilih.
2.2. Landasan Teori
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi mengelola aset dan cara dalam pertanian. Usaha pertanian lebih diartikan sebagai suatu modal besar dan
mempunyai tenaga administrasi disamping membutuhkan atau membayar tenaga kerja lapangan. Kegiatan ini dikelola dengan tujuan utama mencari keuntungan
semaksimal mungkin. Daniel, 2002. Menurut Soekartawi 2002, penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. TR = Y . Py
Dimana : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga jual Y
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pd = TR-TC
Dimana: Pd = Pendapatan Usahatani
TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu : biaya tetap fixed
cost dan biaya tidak tetap variabel cost. Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
23 produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi, besar biaya tetap ini tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tetap ini beragam dan kadangkala tergantung dari peneliti apakah mau memberlakukan variabel itu
sebagai biaya tetap atau biaya variabel. Disisi lain, biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh. Soekartawi, 1995. Untuk mengetahui kelayakan usaha penangkapan ikan bilih ini dianalisis dengan
metoda analisis RC. Secara teoritis dengan rasio RC = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi. Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang tidak
dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan si peneliti. Soekartawi, 2002.
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis anggaran parsial. Indikator
analisis yang dipakai adalah RC yang merupakan singkatan dari Return Cost Ratio. Soekartawi 1995 menyebutkan bahwa RC ratio adalah perbandingan
nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Py . Y RC Ratio =
TC R = Py.Y
TC = FC + VC
Keterangan : R = Penerimaan
Y = Jumlah Produksitangkapan
TC = Biaya Total FC
= Biaya tetap fixed cost Py = Harga
VC = Biaya tidak tetap variabel cost
24 Kriteria : a 1 maka dikatakan layak,
a 1 maka dikatakan tidak layak dan a = 1 maka dikatakan impas tidak untung maupun merugi
Strategi pengembangan perikanan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis, merupakan suatu upaya
sangat penting untuk mencapai tujuan, yaitu : a.
Menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor perikanan. b.
Menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, efektif dan fleksibel.
c. Menciptakan nilai tambah.
d. Menciptakan penerimaan devisa.
e. Menciptakan lapangan kerja. Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2000.
Menurut Kartamihardja, E.S. 2009, ada beberapa alasan mengapa ikan bilih
hidup, tumbuh dan berkembang pesat di Danau Toba, yaitu karena: a.
Di danau toba tersedia makanan ikan bilih yang berupa pankton, detritus dan sisa pakan dari budidaya Keramba Jaring Apung KJA yang cukup
melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh ikan lain, b.
Ikan bilih termasuk ikan benthopelogis, yaitu jenis ikan yang dapat memanfaatkan jenis makanan yang berada di dasar perairan benthic
maupun di lapisan tengah dan permukaan air pelagic. c.
Ikan bilih tidak berkompetisi makanan dan ruang dengan ikan lain di danau Toba seperti ikan mujair, mas, nila dan lainnya.
d. Menggantikan ikan pora-pora yang populasinya sudah menuruntidak
tertangkap lagi sejak 1990.
25 e.
tempat hidup ikan bilih 10 kali lebih luas dibanding di Danau Singkarak. f.
Tempat pemijahan ikan bilih yang berupa sungai yang masuk ke Danau Toba 191 sungai 30 kali lebih banyak dari sungai yang masuk ke Danau
Singkarak 6 sungai. Menurut Purnomo, K. 2009, ikan bilih pada umumnya ditangkap di daerah
sekitar muara-muara sungai, misalnya: sungai Sipiso-piso Tongging, sungai Naborsahan Ajibata, sungai Sisodang Tomok, sungai Simangira dan sungai
Silang Bakara, sungai di Hatinggian Balige dan sungai di daerah Silalahi II. Menurut Purnomo, K. 2009 juga, ada beberapa alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan bilih yaitu; gillnetjaring insangdoton ukuran mata jaring 1,25 inci, bubu, jala, pancing, bagansulangat, setrum, racuntuba, bahan
peledakbom dan lainnya. Adapun tujuan pengelolaan perikanan tangkap adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi dalam keadaan mantap yaitu
mendekati tingkat potensi produksi ikannya dan melestarikan lingkungan sumber daya ikan.
Ada beberapa teknik dalam pengelolaan perikanan tangkap di Danau Toba
menurut Purnomo, K 2009, yaitu : a.
Penetapan suaka perikanan di muara-muara sungai seperti Sungai Sipangolu, Sungai Sipiso-piso, Sungai Sisodang dan Sungai Naborsahan
untuk melindungi ikan bilih yang memijah. b.
Pengaturan alat tangkap baik jenis maupun jumlahnya c.
Pengaturan ukuran ikan bilih yang tertangkap, misal tidak boleh berukuran lebih kecil dari 8 cm.
26 d.
Pengembangan penanganan hasil tangkapan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan pemasaran.
e. Pengembangan kelembagaan kelompok nelayan.
Menurut Purnomo K 2009, pengaturan penangkapan yang ramah lingkungan di
Danau Toba meliputi : a.
Pembatasan ukuran mata jaring minimal 2 inci yang bertujuan agar tangkapan maksimum dan kelestarian stok ikan terjamin,
b. Pelarangan waktu dan lokasi penangkapan kaitannya dengan musim
pemijahan kebanyakan ikan dan daerah perlindungan yang merupakan tempat pemijahan ikan,
c. Penerapan sistem lisensi perjanjian menggunakan alat tangkap,
d. Pemasangan alat tangkap harus sesuai dengan tata ruang pemanfaatan
perairan misalnya: jangan memasang alat tangkap doton dan bagan di jalur transportasi yang telah ditetapkan, dekat lokasi wisatahotel,
e. Tidak boleh menggunakan alat tangkap yang sifatnya mencegat secara
total ruaya ikan bilih ke hulu, f.
Tidak boleh menangkap ikan memakai alat setrumaliran listrik, racuntuba dan bahan peledak,
g. Tidak boleh memasang doton dan atau bagan dengan mata jaring kurang
dari 2 inci, h.
Jangan menangkap ikan di daerah suaka.
27
2.3. Kerangka Pemikiran