42 Di Kecamatan Pangururan juga mengusahakan tanaman lain seperti jagung, ubi,
kacang tanah, kopi, cengkeh, kemiri, bawang dan lainnya. Peternakan juga ada seperti peternakan sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, ikan mas, ikan mujair dan
lain-lainnya. Usaha perikanan seperti ikan mas dan ikan mujair diakukan dengan media keramba jaring apung di pinggiran Danau Toba.
Karena masih baru, usaha penangkapan ikan bilih di Danau Toba hanya
diusahakan dalam skala kecil satu keluarga sebagai tambahan mata pencaharian keluarga. Ikan ini umumnya dijual dalam keadaan segar yang kebanyakan
langsung dijual ke toke dan dikonsumsi secukupnya sebagai lauk pauk keluarga sehari-hari. Usaha pengolahan dan kondisi pasar ikan ini masih sangat
memprihatinkan. Usaha pengolahan yang baik perlu dilakukan untuk menambah nilai jual ikan bilih serta menjaga kelestarian ikan bilih di Danau Toba agar
nantinya dapat dijadikan aset daerah.
2.2. Karakteristik Para PenangkapSampel.
Karakter para penangkap yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi pengalaman, umur penangkap, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan ukuran
sulangat alat tangkap. Karakteristik penangkap yang menjadi sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Karakteristik Para Penangkap No
Uraian Karakteristik Range
Rataan
1. Pengalaman tahun
1-5 2,77
2. Umur Penangkap tahun
30-60 43,6
3. Tingkat Pendidikan tahun
6-17 10,6
4. Jumlah Tanggungan orang
1-10 4,77
5. Ukuran Sulangat m
2
100-324 127,1
Sumber : Analisis Data pada lampiran 1 dan 2
43 Dari tabel ini dapat dilihat bahwa rata-rata pengalaman penangkap untuk
menangkap ikan bilih ini adalah 2,77 tahun. Hal ini menunjukkan tingginya minat warga untuk mengusahakan penangkapan ikan bilih. Walaupun kegiatan ini
dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan, namun pendapatannya sangat menjanjikan.
Hal ini disebabkan karena kegiatan penangkapannya tidak membutuhkan waktu
yang lama cukup 1-2 jam setiap paginya dan pemasarannya pun mudah dilakukan baik dijual ke toke maupun langsung dijual ke pasar.
Rata-rata umur penangkap yang menangkap ikan bilih ini sekitar 43,6 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa untuk memulai usaha ini membutuhkan biaya yang cukup besar lebih dari 10 juta untuk membuat sebuah alat tangkap yang disebut
“sulangat”. Tingkat pendidikan di daerah penelitian memiliki rataan 10,6 tahun atau setara dengan SMA kelas 1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
di daerah penelitian adalah cukup baik. Jumlah tanggungan memiliki rataan 4,77 orang. Jumlah tanggungan ini tergolong
tidak terlalu besar. Demikian juga dengan ukuran luas sulangat yang mencapai rataan 127m
2
. Umumnya para penangkap memiliki sulangat dengan ukuran 10x10m
2
yang disesuaikan dengan modal yang tersedia, padahal luas sulangat berbanding lurus dengan hasil tangkapan. Semakin besar ukuran sulangat maka
hasil tangkapan juga semakin besar.
44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sistem Penangkapan Ikan Bilih
Di daerah penelitian, sistem yang dipakai sampel penangkap dalam penangkapan adalah dengan menggunakan sistem jaring angkat Lift Net. Jaring
angkat lift net atau yang di daerah penelitian dikenal sebagai keramba adalah rangkaian yang biasanya berbentuk empat persegi panjang yang terbuat dari
jaringnet, kayu broti, papan, katrol dan drum, dibentangkan ke dalam air secara horizontal. Rangkaian keramba ini dirancang sehingga kerangka tadi mengapung
di permukaan air dan diletakkan tidak jauh dari pinggir pantai untuk mengurangi intensitas ombak.
Kerangka ini diikatkan dengan menggunakan jangkar yang terbuat dari tali dan
adonan semen hingga ke dasar danau agar kerangka keramba tidak berpindah tempat. Untuk mempermudah pengangkatan jaring dari dasar danau maka
dipasang rangkaian katrol, dimana rangkaian katrol ini umumnya telah ditempah di kota Pangururan.
Ikan akan berkumpul di atas jaring sebagai akibat dari daya tarik cahaya lampu
yang diletakkan di atas permukaan air. Lampu ini dinyalakan pada sore menjelang malam suasana gelap hingga pagi hari dengan menggunakan arus listrik
langsung dari rumah penangkap ikan melalui media kabel. Ketika listrik padam, para penangkap umumnya tidak melakukan kegiatan penangkapan.
45
Gambar 3. Rangkaian Sulangatkeramba Penangkap Ikan bilih di Danau Toba
Teknik dan Waktu Operasi Penangkapan
Pada saat sulangat selesai dibuat, penangkap pertama kali akan menurunkan jaring dan menghidupkan lampu pada sore hari ketika mulai gelap. Lampu yang
dipakai dalam kegiatan ini dikenal sebagai lampu tembak dengan daya 100-500 watt tergantung luas sulangat. Arus listrik diperoleh dari tiap rumah penangkap
dengan memakai kabel beberapa ratus meter hingga ke sulangat. Lampu ini akan tetap menyala hingga pagi hari saat penangkap akan mengangkat
jaring, tujuannya agar ikan terkumpul semakin banyak. Pada pukul 5 setiap paginya, para penangkap akan berangkat ke sulangat dengan memakai rakit dan
membawa sebuah ember untuk tempat ikan hasil tangkapan.
46
Gambar 4. Para penangkap berada di atas rakit untuk berangkat ke sulangat
Sesampainya di sulangat, suasana harus tetap tenang agar ikan yang berada di atas jaring tidak menyebar keluar. Penarikan dilakukan dengan menarik tali yang telah
dirangkaikan dengan rangkaian katrol tadi sehingga lebih ringan. Jaring akan diangkat hingga ke permukaan air.
Gambar 5. Rangkaian Katrol di Sulangat
47
Gambar 6. Suasana Pengangkatan Jaring dari dasar danau. 1,2 Pengumpulan ikan. 3 Pengumpulan ikan ke ember dengan menggunakan jaring pengumpul scoop
net.
Setelah jaring terangkat, maka hasil tangkapan dikumpulkan dengan memakai jaring pengumpul Scoop Net. Ikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam ember.
Gambar 7. Hasil tangkapan. 1 Hasil tangkapan yang telah dimasukkan ke dalam ember. 2 Tim peneliti yang berkesempatan mengikuti kegiatan penangkapan.
1
3 2
1 2
48 Demikian seterusnya. Jika operasi penangkapan ingin dilanjutkan kembali, maka
jaring diturunkan kembali ke perairan seperti semula. Dalam 1 hari, operasi penangkapan hanya dapat dilakukan 1 kali penangkapan.
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah hasil tangkapan, seperti; pada musim
hujan maka tingkat produksi akan sangat tinggi dan pada musim lainnya akan sedikit. Bahkan pada suatu kegiatan penangkapan, ada sulangat yang tidak
memperoleh apa-apa kosong. Ada juga faktor lain, seperti terangnya bulan, kondisi ombak permukaan air, suasana penangkapan, intensitas dan warna cahaya
lampu, ukuran sulangat dan lainnya. Mengapa Ikan Tertarik pada Cahaya? Ikan tertarik pada cahaya melalui
penglihatan mata dan rangsangan melalui otak pineal region pada otak. Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut phototaxis. Dengan demikian ikan
yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaxis yang umumnya adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal termasuk ikan bilih ini.
Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik oleh cahaya, antara lain penyesuaian
intensitas cahaya dengan kemampuan mata ikan untuk menerima cahaya. Dengan demikian, kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat
berbeda-beda. Prinsip penangkapan ikan dengan light fishing adalah menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya. Dengan demikian, ikan yang datang
disekitar lampu tersebut merupakan pemanfaatan dari perilaku ikan tersebut.
49
Pemasaran Ikan Bilih
Ikan bilih yang telah dikumpulkan di dalam ember kemudian dibawa ke pinggir pantai. Beberapa saat kemudian, para toke akan datang untuk membeli ikan
tersebut dengan harga yang telah ditetapkan toke. Ada juga sebagian penangkap yang memiliki perahu langsung datang ke tempat pengemasan ikan tangkahan.
Penangkapsampel disini hanya sebagai price taker. Umumnya, penangkap akan memperoleh uang hasil tangkapan setiap minggu atau
setiap bulannya tergantung sistem kesepakatan toke. Ikan bilih ini akan diukur beratnya dan dicatat berapa jumlahnya oleh toke.
Gambar 8. Suasana Pemasaran Ikan Bilih ke toke di pinggir Pantai Danau Toba.
Kemudian para toke akan mengumpulkan ikan hasil tangkapannya pada suatu tempat pengemasan. Di tempat pengemasan ini, ikan bilih yang telah dibersihkan
akan ditimbang kembali sesuai ukuran kemasan dan diberikan es agar tahan lama di perjalanan. Semua ikan akan dimasukkan ke dalam kemasan yang telah diberi
es dan disusun. Kemudian kemasan ini dimasukkan ke dalam truk pengangkut dan dibawa ke luar kota misalnya Padang, Palembang dan kota lainnya di Indonesia.
50
Gambar 9. Suasana di Tangkahan tempat pengumpulan dan pengemasan Ikan bilih di Desa Parsaoran 1.
Menurut pengakuan toke, Kabupaten Samosir mampu mengumpulkan ikan bilih sebanyak 15 ton per hari untuk dijual keluar daerah. Nilai ini belum dihitung
dengan jumlah konsumsi daerah. Para penangkap juga mengakui bersyukur akan tingginya tingkat produksi ikan bilih ini sehingga mampu menanbah pendapatan
keluarga. Jumlah hasil tangkapan memang tergantung pada musimnya. Jika musim hujan, maka produksi ikan bilih akan banjir mencapai 100 kg per sulangat
setiap harinya.
51 Namun, jika cuaca buruk misalnya angin kencang maka akan timbul kerugian.
Pada cuaca buruk ini, banyak sulangat yang terbawa arus hingga rusak dan tidak tahu terbawa kemana. Para penangkap harus mengganti kerugian ini dengan
membuat sulangat yang baru.
5.2. Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan