Penerimaan Usaha Penangkapan Ikan Bilih. Biaya Produksi

51 Namun, jika cuaca buruk misalnya angin kencang maka akan timbul kerugian. Pada cuaca buruk ini, banyak sulangat yang terbawa arus hingga rusak dan tidak tahu terbawa kemana. Para penangkap harus mengganti kerugian ini dengan membuat sulangat yang baru.

5.2. Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan

5.2.1. Penerimaan Usaha Penangkapan Ikan Bilih.

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil produksi dengan harga jual di pasar. Harga jual di pasar ini sering mengalami fluktuasi, namun penangkap pada umumnya tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga karena masih berada pada permainan para toke yang tidak segan-segan membeli hasil tangkapannya dengan harga rendah yang telah ditetapkan oleh toke. Di daerah penelitian, pada umumnya harga jual yang ditetapkan toke untuk hasil tangkapan para penangkap hanya Rp 1.500,- setiap kilonya untuk ikan segar. Untuk ikan bilih olahan sudah mulai ditinggalkan penangkap karena dinilai kurang efisien dan efektif. Satu kilo ikan bilih yang diasinkan hanya senilai Rp 7.500,- padahal dibutuhkan ikan segar sebanyak 3 kilogram dan waktu yang lama untuk proses pengasinannya. Belum lagi masalah pencemaran udara yang sangat menyesakkan jika berada di sekitar areal penjemuran. Tabel 6. Rata-rata penerimaan penangkapan ikan per penangkap dan per 100m 2 dalam 1 tahun. No. Penerimaan Usaha Rupiah 1 Per Penangkap 19.265.580 2 Per 100m 2 ukuran sulangat 16.298.739,33 Sumber: Analisis data pada lampiran 8 52 Dari tabel ini, dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan penangkap ikan bilih adalah Rp 19.265.580,- dalam satu tahun atau setara dengan Rp 1.605.465,- per bulan. Sedangkan untuk penerimaan per 100m 2 ukuran sulangat adalah Rp 16.298.739,33 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp 1.358.228,278 per bulannya.

5.2.2. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, baik biaya tetap mis. penyusutan, biaya listrik dan lainnya maupun biaya variabel mis. biaya tenaga kerja dan lainnya. Berikut ini akan dijelaskan semua biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha penangkapan ikan bilih di daerah penelitian. a Biaya Penyusutan Biaya penyusutan yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah penyusutan semua alat yang digunakan dalam penangkapan ikan bilih. Penyusutan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method, secara matematik dapat ditulis: Keterangan : D = Penyusutan Peralatan Rp Haw = Harga Awal Rp Hak =Harga Akhir Rp WP = Waktu PakaiUmur Ekonomis tahun Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan bilih ini adalah sulangat, ember, timbanganneraca dan jaring pengumpul. 53 Dalam penelitian ini, peneliti telah menetapkan acuan umur ekonomis peralatan. Sulangat pada umumnya memiliki umur ekonomis 2-3 tahun tergantung pada bahan yang digunakan dalam pembuatan sulangat. Ember memiliki 1 tahun umur ekonomis. Timbanganneraca umumnya memiliki umur ekonomis selama 3 tahun. Umur ekonomis jaring pengumpul umumnya hanya 2 tahun. b Biaya Curahan Tenaga Kerja Adapun tenaga kerja yang digunakan dalan usaha penangkapan ikan bilih ini hanya terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK pada daerah penelitian karena tidak membutuhkan tenaga yang besar untuk menangkapnya. Nilai 1 HKP di daerah penelitian mencapai Rp 50.000,- dan nilai ini digunakan untuk menghitung nilai curahan tenaga kerja sebagai Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK. 1 HKP = 8 jam per hari. Umumnya di daerah penelitian hanya membutuhkan 1-2 orang untuk menangkap dan menngumpulkan ikan ke ember. Kegiatan penangkapan ini hanya membutuhan waktu 1-1,5 jam setiap paginya hingga pemasaran di pinggir Danau Toba. Kebanyakan para toke langsung menjemput ikan hasil tangkapannya ke pinggir pantai dimana sulangat berada. c Biaya PBB dan Listrik Di daerah penelitian tidak ditemukan adanya biaya PBB yang dikeluarkan penangkap dalam kegiatan penangkapannya dan hal ini terbukti dengan tidak adanya peranan pemerintah untuk mengkontrol laju kegiatan penangkapan untuk tetap menjamin kelestarian ikan bilih di Danau Toba. 54 Biaya listrik yang harus dibayar oleh setiap penangkap umumnya mencapai Rp 200.000,- setiap bulannya. Nilai ini tergantung pada besar daya lampu dan lama pakai yang digunakan penangkap pada sulangatnya. Tabel 7. Rata-rata Biaya Produksi Usaha Penangkapan Ikan Bilih. No. Jenis Biaya Rp100m 2 1 Biaya Penyusutan 3831098,631 2 Biaya Curahan Tenaga Kerja 5625000 3 Biaya PBB dan Listrik 1360000 Jumlah: 10816098,631 Sumber : Analisis data Primer pada Lampiran 6 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa biaya produksi terbesar adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 5625000,- dimana biaya tenaga kerja untuk 1 HKP di daerah penelitian sebesar Rp 50.000,-. Namun, di lapangan umumnya kegiatan penangkapan hingga pemasaran dilakukan oleh Tenaga Kerja dalam Keluarga TKDK, jadi tidak sepenuhnya menjadi kerugian para penangkap.

5.2.3. Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Bilih