47
II.5 Analisis Framing
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 Sobur, 2004: 161. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual
atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi
realitas. Tetapi akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan
penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara
pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, serta hendak dibawa
ke mana berita tersebut Sobur, 2004: 162. Menurut Imawan dalam Sobur 2004:162 pada dasarnya framing adalah
pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami, dan
membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi
realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap
penting dan tidak penting. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan
Universitas Sumatera Utara
48 untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif,
alamiah, wajar, atau tak terelakkan. Ada dua aspek penting dalam framing. Pertama, memilih fakta atau
realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan kepada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu
terkandung dua kemungkinan, yaitu apa yang dipilih included dan apa yang dibuang excluded. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle
tertentu, memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek lainnya. Media yang menekankan aspek
tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain.
Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Bagaimana fakta yang sudah dipilih
tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu, penempatan yang menyolok, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat
penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi simplifikasi dan
sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa pada fakta yang diberitakan
dalam media terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu. Fakta tidak ditampilkan secara apa adanya, namun diberi bingkai frame
sehingga menghasilkan konstruksi yang spesifik.
Universitas Sumatera Utara
49 Penelitian ini menggunakan model analisis framing milik Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki. Model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis
teks media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan.
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju
pada pesan itu Eriyanto, 2002: 252.
Menurut Pan dan Kosicki ada dua dari konsepsi framing yang saling berkaitan yaitu konsepsi psikologi internal individu dan konsepsi sosiologis
sosial. Bagaimana kedua konsepsi yang berlainan tersebut dapat digabungkan dalam suatu model dijelaskan dan dilihat dari bagaimana suatu berita diproduksi
dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan. Model Pan dan Kosicki ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari
organisasi ide. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “Framing
Analysis: An Aproach to News Discourse” mengoperasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan
retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi
global Sobur, 2004: 175. Selanjutnya perangkat framing Pan dan Kosicki ini dibagi menjadi empat
struktur besar Eriyanto, 2002: 255:
Universitas Sumatera Utara
50 1.
Sintaksis Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan
bagan berita yaitu headline, lead, latar informasi, sumber, penutup, dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan.
a. Headline
Berita yang menjadi topik utama media. b.
Lead Alinea pembuka atau alinea pertama suatu berita. Lead atau teras
berita berisi pokok-pokok penting yang dapat mewakili isi berita. c.
Latar informasi Merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang
ingin ditampilkan wartawan. Wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis.
Latar yang dipilih menentukan arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
d. Kutipan sumber berita
Orang atau hal-hal yang dijadikan sumber berita. Dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak
memihak. e.
Pernyataan Merupakan kalimat-kalimat yang dibuat untuk mendukung isi
berita. f.
Penutup
Universitas Sumatera Utara
51 Bagian akhir berita.
2. Skrip
Skrip berhubungan dengan bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur wartawan dalam mengisahkan menceritakan peristiwa ke
dalam bentuk berita. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah unsur kelengkapan berita,
yaitu: a.
Who siapa, siapa yang terlibat b.
What apa, apa peristiwa yang diberitakan c.
When kapan, waktu terjadinya peristiwa d.
Where dimana, lokasi peristiwa e.
Why mengapa, mengapa bisa terjadi f.
How bagaimana, bagaimana terjadinya peristiwa 3.
Tematik Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis,
bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam preposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang
membentuk teks secara keseluruhan. Tematik memiliki perangkat framing:
a. Detail
Elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara
berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang
Universitas Sumatera Utara
52 baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi yang tidak
menguntungkan dirinya dalam jumlah sedikit bahkan kalau perlu tidak disampaikan.
b. Koherensi
Merupakan elemen untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan perangkat bahasa untuk menjelaskan fakta
atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau sebab akibat.
c. Bentuk kalimat
Bentuk kalimat dipakai untuk menjelaskan fakta yang ada, berhubungan dengan kalimat pasif atau kalimat aktif dan kalimat
deduktif atau kalimat induktif. d.
Kata ganti Kata pengganti subjek atau objek dalam suatu kalimat, misalnya:
aku, dia, mereka, itu, dan lain-lain. 4.
Retoris Struktur retoris suatu wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memaknai
pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada
pembaca. Retoris memiliki perangkat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
53 a.
Leksikon Pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau
menggambarkan peristiwa. b.
Grafis Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain
dibandingkan tulisan yang lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran
yang lebih besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, dan tabel untuk mendukung arti penting
suatu pesan. c.
Metafora Kalimat pengandaian atau perumpamaan.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskripsi Objek Penelitian
Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft adalah sebuah berita yang dikemas dengan menggunakan jurnalisme sastrawi. Tulisan ini dimuat dalam 39 halaman
di buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Liputan Mendalam dan Memikat terbitan Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2008. Buku ini sendiri merupakan