23 sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia
berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Pada level ideologi akan lebih dilihat kepada yang berkuasa di
masyarakat dan bagaimana media menentukannya.
I.6.4 Analisis Framing
Analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam beberapa disiplin ilmu dan berbagai pengertian. Titik singgung dari setiap
pengertian tersebut adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Kalau analisis isi kuantitatif
lebih menekankan pada pertanyaan ‘apa’ what, analisis wacana lebih melihat pada ‘bagaimana’ how. Lewat analisis wacana, kita bukan hanya
mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan strukur kebahasaan tersebut, analisis
wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks Eriyanto, 2001: xv.
Salah satu pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana adalah analisis framing yang tergolong dalam pandangan konstruktivisme.
Aliran ini menolak pandangan positivis-empiris yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai
faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson
tahun 1955 Sobur, 2004: 161. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur
Universitas Sumatera Utara
24 konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan
politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Tetapi akhir-akhir ini, konsep
framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus
sebuah realitas oleh media massa.
Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau
cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa
yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut Sobur, 2004:
162. Menurut Imawan dalam Sobur, 2004: 162 pada dasarnya
framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media
memaknai, memahami dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan
apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang
diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
25 mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif,
alamiah, wajar atau tak terelakkan. Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu
pemahaman atas realitas dan membuatnya lebih menonjol dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa hingga mempromosikan sebuah
definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan merekomendasi penanganannya Entman, 1993:52. Framing secara
esensial, menurut Robert M. Entman meliputi penyeleksian dan penonjolan. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi frame
adalah mendefinisikan masalah, mendiagnosis penyebab, memberikan penilaian moral dan menawarkan penyelesaian masalah dengan tujuan
memberi penekanan tertentu terhadap apa yang diwacanakan. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu
model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik
tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih
menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu Eriyanto, 2002: 252.
Universitas Sumatera Utara
26
I.7 Kerangka Konsep