PENUTUP Konstruksi Konflik dalam Laporan Jurnalisme Sastrawi (Analisis Framing tentang Konstruksi Konflik Aceh dalam Laporan Jurnalisme Sastrawi “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft”)

6

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan....................................................................................... 122 V.2. Saran ................................................................................................. 123 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 125 LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara 1 ABSTRAK Jurnalisme sastrawi merupakan gaya penulisan berita dengan mengadaptasi unsur-unsur dari sastra. Meskipun menggunakan unsur sastra yang didominasi fiksi, tapi jurnalisme sastrawi tetaplah jurnalisme yang menyucikan fakta. Genre ini sendiri pertama kali diperkenalkan Tom Wolfe di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an dengan nama new journalism jurnalisme baru. Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft karya Chik Rini merupakan salah satu karya jurnalisme sastrawi. Karya yang diterbitkan majalah Pantau pada tahun 2002 ini diakui Andreas Harsono Direktur Pantau sebagai salah satu naskah terbaik yang dimiliki Pantau. Tulisan ini sendiri telah dibukukan bersama karya- karya jurnalisme sastrawi lainnya dengan judul Jurnalisme Sastrawi, Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Tragedi Simpang Kraft—salah satu kejadian kekerasan dalam konflik Aceh—dikonstruksi dalam naskah jurnalisme sastrawi Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan pisau analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pan dan Kosicki sendiri membagi perangkat framing dalam empat struktur besar yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat struktur ini yang akan dianalisis satu per satu untuk mendapat jalinan konstruksi dari naskah ini. Dari sini, kita bisa melihat bahwa suatu teks berita lahir bukan hanya dari apa adanya peristiwa, tapi juga dikonstruksi oleh pihak di belakang teks tersebut. Wawancara dengan penulis menunjukkan bahwa penulis sendiri harus berupaya keras untuk menghasilkan sebuah tulisan yang independen, lepas dari bias penulis yang juga merupakan penduduk Aceh. Penulis menekankan pentingnya reporter untuk bersandar pada hasil reportase sendiri, tanpa menambah atau mengurangi hal sekecil apa pun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan narasumber dari sudut pandang wartawan yang bertugas di daerah konflik tersebut membuat berita tidak terlalu berat ke salah satu pihak yang bertikai. Menulis mengenai kekerasaan yang dialami masyarakat Aceh juga tidak serta-merta membuat penulis memojokkan pihak militer. Tulisan ini cukup komprehensif dan proporsional karena merunut akar masalah kejadian di Simpang Kraft. Universitas Sumatera Utara 7

BAB I PENDAHULUAN