Kodifikasi Naskah Bagian Satu

61 adalah koherensi sebab akibat. Koherensi ini berbicara mengenai kalimat satu dipandang akibat dan sebab dari proposisi lain, dengan kata hubung ‘sebab’ dan ‘karena’. Kedua adalah koherensi penjelas yang bisa ditandai dengan adanya proposisi yang memperjelas proposisi atau kalimat lain. Ini ditandai dengan kata hubung ‘dan’ atau ‘lalu’. Terakhir adalah koherensi pembeda dengan menggunakan kata hubung ‘dibandingkan’ atau ‘sedangkan’. Proposisi dipandang sebagai kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lainnya. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil. Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar yang digunakan untuk memberi penekanan pada arti tertentu. Struktur ini menggambarkan pilihan gaya yang dibuat oleh jurnalis sehubungan dengan efek yang mereka harapkan dari sebuah peristiwa terhadap khalayak. Mereka menggunakan perangkat framing untuk menggambarkan observasi dan interpretasi mereka sebagai sebuah fakta, atau untuk meningkatkan efektivitas sebuah berita.

IV.1 Kodifikasi Naskah Bagian Satu

Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Lead berisi tentang deskripsi kondisi di sekitar terminal Lhokseumawe. • Dilanjutkan dengan deskripsi Lhokseumawe sebagai pusat industri di Aceh, sekaligus kota kedua terbesar di Aceh. Namun penduduknya banyak yang miskin karena pemerintah pusat Universitas Sumatera Utara 62 yang hanya memberi sedikit keuntungan dari pengerukan sumber daya alam di sana. • Di sini juga timbul perlawanan bersenjata oleh Gerakan Aceh Merdeka GAM. Tapi dominasi militer Indonesia juga sangat kuat. Selama sepuluh tahun 1989-1998 daerah Lhokseumawe jadi sasaran utama operasi militer, bersama Aceh Timur dan Pidie. Setidaknya 1.321 mati terbunuh, 1.958 hilang dan 3.430 mengalami penganiayaan. • Berita dilanjutkan dengan kembali ke setting awal. Penumpang salah satu bus yang sampai di terminal adalah tiga orang wartawan RCTI, Umar HN, Imam Wahyudi dan Fipin Kurniawan. Berita pun dilanjutkan dengan pengenalan tiga orang tokoh utama dalam tulisan ini. • Di Aceh sedang ada perlawanan terhadap pemilihan umum. Banyak seruan referendum. Pencabutan status Daerah Operasi Militer DOM di Aceh juga tidak menghentikan aksi kekerasan yang berlangsung. Berita dilanjutkan dengan merunut kekerasan yang pernah terjadi. Kekerasan ini yang menyebabkan masyarakat Lhokseumawe trauma pada militer Indonesia. • Setting akhir kembali pada tiga tokoh. Penulis menutup bagian satu dengan deskripsi apa yang mereka lakukan sesampainya di Lhokseumawe dini hari tersebut. Skrip • Who Umar H. Nurdin . Lebih dikenal sebagai Umar HN yang merupakan koresponden RCTI. Jadi wartawan sejak 1970-an. Pernah bekerja di Waspada selama 14 tahun. Bertubuh tegap, wajah sangat khas Aceh dengan rahang keras, kumis tebal, rambut keriting dan berkulit hitam. Imam Wahyudi . Koordinator liputan daerah RCTI Jakarta yang bertugas mengatur koresponden-koresponden di daerah. Ber- umur 34 tahun pada saat itu dan bekerja di RCTI sejak 1994. Reporter andalan RCTI untuk daerah konflik. Bertubuh kecil namun gesit. Fipin Kurniawan . Sudah sembilang tahun menjadi kamerawan RCTI. Pendiam, jangkung, berhidung mancung dan berkulit putih. • What Imam yang mengikuti pelatihan jurnalisme televisi di Medan bertemu dengan Umar. Di sini mereka berdiskusi banyak tentang Aceh. Imam merasa dari sekian banyak berita kekerasan Universitas Sumatera Utara 63 yang dikirim Umar, pasti ada juga sisi damai dalam masyarakatnya. Imam ingin memberikan gambaran itu pada penonton RCTI. Ia pun meminta agar dikirimkan kamerawan. Berita juga berisi tentang kondisi Aceh, khususnya Lhokseumawe. Penjabaran tentang kenapa masyarakat Aceh trauma terhadap militer Indonesia. • Where Mengambil latar terminal bus Lhokseumawe. Penulis juga membuat deskripsi kondisi sumber daya alam Lhokseumawe. • When Dini hari 3 Mei 1999. Juga merunut secara ringkas kekerasan yang pernah terjadi di Aceh. • Why dan How Banyak orang Aceh yang tak suka dengan militer Indonesia. Banyak demonstrasi terjadi. Kekerasan pertama terjadi saat penarikan Kopassus pada Agustus 1998. Pada Januari 1999, massa membakar tiga kantor polisi dan delapan kantor pemerintah di Lhokseumawe. Ini terjadi setelah militer Indonesia menyerang pertahanan Ahmad Kandang yang menyebabkan 9 orang mati, 23 luka-luka dan 132 ditangkap. Tak lama berselang polisi menangkap 40 orang simpatisan Ahmad Kandang. Mereka dianiya secara brutal oleh tentara Indonesia hingga 4 tewas dan 22 luka-luka. Imam ingin ke Aceh karena Aceh memboikot kampanye pemilihan umum presiden. Mereka malah menganggap referendum sebagai solusi. Momen ini yang membuat ia memanggil Fipin dari Jakarta dan ikut bersama Umar ke Lhokseumawe. Tematik • Tiga orang wartawan RCTI yang sampai di Lhokseumawe untuk meliput kondisi Aceh menjelang pilpres. • Kondisi Lhokseumawe, baik kekayaan alam juga riwayat kekerasan. • Koherensi ironi: Ironisnya, Lhokseumawe bukan kota yang makmur. Orang Aceh banyak yang miskin, hidup di pinggiran pabrik-pabrik. Jakarta hanya memberi sedikit keuntungan penjualan gas alam, pupuk, dan kertas ke daerah itu. Retoris • Leksikon GAM, kelompok separatis Jakarta hanya memberi sedikit keuntungan Orang Aceh banyak yang tak suka militer Indonesia Universitas Sumatera Utara 64 • Metafora Ladang sumur gas Bagian Dua Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Di waktu yang bersamaan dengan tiga orang tadi beristirahat di hotel, ada sekitar 300-an orang Aceh berkumpul di dekat gardu jaga di Krueng Geukeuh, Kecamatan Dewantara. Ada kabar kalau tentara mau menyerang kampung. Tak cuma laki-laki, perempuan yang mayoritas ibu rumah tangga disuruh membawa kayu atau parang untuk menjaga keselamatan. • Di kampung lain, kondisi juga panas. Lewat pengeras suara, seseorang mengumumkan bahwa meunasah masjid kecil yang ada di Simpang Kraft telah dibakar dan Teungku Imeum Cik sebutan pada ulama telah dibunuh. • Berita masih dilanjutkan dengan panasnya suasana dengan adanya aksi sweeping di Cot Murong, untuk mencari anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI, sebutan TNI pada waktu itu. • Ada informasi kalau ada warga desa Lancang Barat yang dipukuli dan ditangkap tentara. Dua hari terakhir tentara dari satuan Artileri Pertahanan Udara Arhanud Peluru Kendali Rudal 001Pulo Rungkom Aceh Utara, masuk ke wilayah Cot Murong. Katanya tentara itu mencari rekan mereka, anggota Arhanud Rudal yang hilang beberapa hari sebelumnya. Detasemen Arhanud Rudal merupakan sebuah instalasi militer yang berfungsi melakukan pengamanan Indonesia dari serangan udara negara lain. Skrip • Who Tidak ada nama tokoh yang disebutkan di sini. Hanya penggunaan kata ganti dan kutipan dari orang yang tidak disebutkan namanya. • What Bagian dua menceritakan tentang kondisi perkampungan- perkampungan yang semakin memanas karena tentara kembali mengintervensi penduduk. • Where Tujuh belas kilometer dari hotel tempat Imam dan Fipin menginap, tepatnya di Krueng Geukeuh, Kecamatan Dewantara. Universitas Sumatera Utara 65 Ada juga setting di jalan lintas Banda Aceh-Medan, sekitaran Cot Murong. Cot Murong terletak empat kilometer arah barat dari Krueng Geukeuh. Ada juga disebutkan tentang desa Lancang Barat, yang berada di Cot Murong. • When Waktu yang sama dengan bagian pertama, dini hari 3 Mei 1999. • Why dan How Warga berjaga dan memperketat keamanan karena mendengar tentara akan kembali masuk ke perkampungan. Sebelumnya juga ada kabar bahwa penduduk di desa Lancang Barat, Cot Murong, dipukuli dan ditangkap tentara. Kabarnya, tentara kembali menangkapi warga karena ada anggota mereka yang hilang. Tematik • Warga yang berjaga karena mendengar kabar tentara akan masuk ke perkampungan. • Tentara kembali ke perkampungan diduga karena ada anggotanya yang hilang. • Menggunakan koherensi hubungan sebab-akibat. Retoris • Leksikon Seperti angin , informasi yang tak jelas kebenarannya itu, dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut Bagian Tiga Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Bagian tiga dibuka dengan kronologis hilangnya anggota Arhanud Rudal. Pada 30 April 1999, ada perayaan Maulid Nabi Muhammad di lapangan sepak bola Cot Murong. Sersan Dua Aditia yang merupakan anggota bintara Arhanud Rudal melakukan kegiatan mata-mata. • Belakangan ini, sering ada dakwah yang disebut pihak militer sebagai “dakwah GAM”. Dakwah ini berbau politik dengan memberikan pendidikan politik dan sejarah Kesultanan Aceh hingga kisah heroik pahlawan Aceh. Ada juga tentang jihad dan ketidakadilan dan kekejaman yang diberikan oleh “pemerintah Indonesia Jawa” sehinga orang Aceh tahu kenapa ada GAM dan kenapa mereka berjuang melepaskan diri dari Jakarta. • Setelah Sersan Aditia tidak juga kemabali ke markas, pihak Arhanud Rudal langsung menggeledah Cot Murong keesokan harinya. Universitas Sumatera Utara 66 • Situasi memanas karena warga tidak suka tentara masuk. Akhirnya diadakan pertemuan yang membuahkan perjanjian kalau tentara tidak akan masuk ke perkampungan dan penelusuran akan dilanjutkan oleh ulama setempat. • Tentara kembali masuk ke perkampungan karena ulama tidak mampu menemukan Aditia. Dalam pencarian kali ini, tentara sempat menampar seorang pemuda yang kemudian memicu kemarahan warga. Hingga ada kesimpulan warga akan melakukan demonstrasi besar-besaran. Skrip • Who Sersan Dua Aditia, anggota bintara Arhanud Rudal. Marzuki Muhammad Amin , Camat Dewantara. Komandan Arhanud Rudal Mayor Santun Pakpahan. Teungku Hanafiah , ulama setempat. • What Bagian ini menceritakan tentang kronologis hilangnya Sersan Aditia dalam misinya memata-matai perkampungan. Juga kronologis bagaimana warga marah dan ingin melakukan demonstrasi besar-besaran. • Where Acara peringatan Maulid Nabi diselenggarakan di lapangan sepak bola Cot Murong, yang letaknya lima kilometer dari Cot Murong. Selanjutnya latar yang digunakan adalah di wilayah perkampungan Cot Murong. • When Kamis malam, 30 April 1999, saat ada perayaan Maulid Nabi Muhammad, anggota Arhanud Rudal datang ke perayaan tersebut dan tidak kembali. Jumat, 31 April 1999, saat tiga truk militer dan lima minibus membawa puluhan tentara bersenjata lengkap masuk ke Cot Murong untuk mencari Sersan Aditia. 1 Mei 1999, diadakan pertemuan antara perwakilan warga, ulama, tentara dan polisi. 2 Mei 1999, tentara melanggar perjanjian yang dibuat pada 1 Mei untuk tidak masuk ke perkampungan. Tentara masuk diam-diam karena ulama yang diutus tidak bisa menemukan Sersan Aditia. • Why dan how Sersan Dua Aditia, yang merupakan anggota Arhanud Rudal hilang saat ia ditugaskan untuk memata-matai acara Maulid Nabi. Universitas Sumatera Utara 67 Arhanud Rudal masuk ke Cot Murong untuk mencari Aditia. Namun hal ini membuat penduduk tidak nyaman. Esoknya, dibuat kesepakatan kalau tentara tidak akan masuk ke perkampungan. Namun gagalnya ulama setempat mencari Aditia membuat pihak tentara kembali masuk kampung. Malah sempat menampar seorang pemuda dan menangkap warga. Warga kembali marah dan memutuskan untuk berdemonstrasi atas apa yang tentara lakukan terhadap warga. Tematik • Arhanud Rudal mencari anggotanya yang hilang. • Warga Cot Murong yang gusar karena perlakuan tentara. Retoris • Leksikon “pemerintah Indonesia Jawa” berjuang melepaskan diri dari Jakarta. lari tunggang-langgang melihat tentara Bagian Empat Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Awal bagian empat dibuka dengan tokoh baru, Azhari yang merupakan koresponden Antara. Dia sedang sarapan di warung kopi langganannya saat mendengar percakapan orang yang mengatakan di Krueng Geukeuh sedang ramai karena mereka akan berdemonstrasi di Koramil. • Sementara itu, Umar sedang membawa Imam dan Fipin berkeliling daerah sekitar dengan mobilnya. Mereka pun bertemu dengan Raban, kamerawan yang membantu Umar saat liputan. • Umar mendapat kabar dari penyeranta kalau ada pemblokiran di Krueng Geukeuh. Mereka pun ke sana, setelah sebelumnya berdebat tentang Umar yang ingin membeli makanan terlebih dahulu. Skrip • Who Umar, Imam dan Fipin bagian satu Azhari , asisten koresponden kantor berita Antara di Aceh. Baru tujuh bulan jadi wartawan. Belum menikah. Berumur 32 tahun pada saat itu, selalu hati-hati dan cenderung penakut. Ali Raban, kamerawan yang bekerja untuk Umar. Raban tak Universitas Sumatera Utara 68 punya ikatan langsung dengan RCTI. Meski begitu, dia sudah membantu Umar sejak pertama kali RCTI mengudara di Lhokseumawe pada 1995. Raban termasuk nekat di lapangan, sering mengabaikan keselamatan jiwa dan kurang perhitungan. Umurnya 25 dan merupakan ayah dari bayi yang baru lahir dua bulan. • What Bagian empat kembali bercerita tentang wartawan yang meliput di Aceh. Kali ini ada tambahan dua wartawan lain, yang juga langsung menuju lokasi di mana warga akan berdemonstrasi. • Where Latar Lhokseumawe. Mulai dari warung kopi dekat kantor polisi, hingga daerah Kandang yang merupakan daerah pinggiran Lhokseumawe,. • When Senin pagi sekitar pukul sembilan. 3 Mei 1999 tanggal tidak tercantum di teks. • Why dan how Azhari mendapat informasi dari orang yang juga berada di warung kopi saat ia sarapan. Ia pun kembali ke rumah untuk mengambil kamera dan bergegas ke lokasi. Umar, Imam dan Fipin baru bertemu Raban di Lhokseumawe selepas dari berjalan-jalan keliling kota dengan mobil Umar. Saat itu, Umar mendapat kabar dari penyerantanya yang mengatakan kalau ada pemblokiran jalan oleh warga di Krueng Geukeuh. Mereka pun pergi ke sana setelah membeli makanan, karena Umar memaksa membeli makanan sebelum pergi ke daerah yang ada masalah. Tematik Subjek atau tokoh utama dalam berita ini mendapat kabar mengenai warga yang ingin berdemonstrasi. Mereka pun pergi ke lokasi tersebut. Retoris • Leksikon kota gas itu yang panas. mendengar kabar ada intel tentara hilang Bagian Lima Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Pemblokiran jalan dilakukan sepanjang lima kilometer dari depan Universitas Sumatera Utara 69 pabrik pupuk hingga dekat bandar udara Malikul Saleh. Kendaraan umum juga dilarang lewat. Daerah itu merupakan salah satu pusat industri karena ada pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Asean Aceh Fertilizer serta pabrik kertas PT Kertas Kraft Aceh. • Sekitar pukul sebelas, ada dua mobil melaju cepat berusaha menerobos massa. Di belakang mobil itu ada sebuah truk tanki minyak. Penumpang di salah satu mobil tersebut adalah Komandan Komando Distrik Militer Aceh Utara Letnan Kolonel Sugiono. • Terjadi perdebatan karena massa menolak mereka lewat sementara mereka mendesak karena sudah ditunggu. Kondisi makin panas setelah tahu mereka tentara. Entah siapa yang memulai, puluhan massa mendekati mobil dengan marah. Kedua mobil memutar balik saat melihat reaksi massa. Skrip • Who Azhari bagian empat Sabri , teman sekolah Azhari di sebuah akademi di Banda Aceh. Letnan Kolonel Sugiono, Komandan Komando Distrik Militer Aceh Utara • What Bagian lima menceritakan kondisi di Krueng Geukeuh saat Azhari sampai ke lokasi tersebut. Mulai dari deskripsi keadaan, perjumpaan dengan teman lama, pernyataan-pernyataan orang yang berada di sana, datangnya tim Gegana, hingga pihak militer yang berusaha menerobos massa. • Where Krueng Geukeuh. • When Sekitar jam sepuluh hingga sebelas, 3 Mei 1999. • Why dan how Situasi memanas ketika massa tahu dua mobil dan satu truk tangki minyak yang berusaha menerobos itu merupakan anggota militer. Entah apa yang diperdebatkan mereka, hingga massa kemudian mengerumuni mobil tersebut. Kedua mobil pun langsung berbalik arah karena takut pada massa. Truk yang sebelumnya mengekor hampir terbalik karena sopirnya terkejut dan tak bisa mengendalikan setir. Tematik • Pengamatan Azhari yang duluan sampai dibanding empat wartawan yang lain. • Keadaan yang memanas karena ada pihak militer yang ingin menerobos massa. Retoris • Leksikon Universitas Sumatera Utara 70 Penumpang dalam Kijang sepertinya tentara berpakaian preman Bagian Enam Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Bagian enam dibuka dengan rombongan Umar yang sampai di Krueng Geukeuh, tepatnya di dekat pabrik Pupuk Iskandar Muda. Mereka mudah dikenali sebagai wartawan karena Imam membawa kaset dan mikrofon berlogo RCTI, Fipin dan Ali memanggul kamera berlambang RCTI dan Imam memakai rompi wartawan berwarna krem berlogo RCTI. Warga pun jadi overacting karena ada liputan televisi. • Mereka kemudian disambut cukup dingin. Ditanyai siapa, wartawan mana, dan asal daerah. Imam mengaku dia orang Melayu Riau. Untung saja hal ini tidak berlangsung lama karena ada seorang tokoh yang mengenali Umar. Mereka pun dibiarkan masuk • Orang-orang yang tadinya sempat tak senang mendadak berubah sikap jadi baik. Mereka bilang, massa yang jumlahnya lebih besar lagi sudah berkumpul di Simpang Kraft. Mereka menawarkan diri untuk mengantar wartawan ke sana, karena jarak Simpang Kraft sekitar satu setengah kilometer dari situ. • Sempat ada percakapan di akhir bagian enam antara Raban dengan pemuda yang membawa mereka ke Simpang Kraft. Raban bertanya kenapa membawa parang. Seseorang menjawab kalau mereka mau mengamanakan kampung mereka, dari tentara yang akan menyerang. Seorang lain menambahkan kalau tentara mencari anggotanya, sementara mereka tidak tahu-menahu. Skrip • Who Umar, Imam dan Fipin bagian satu Raban bagian empat • What Rombongan Umar sampai ke Krueng Geukeuh. Setelah sempat disambut dingin, mereka kemudian diantar ke Simpang Kraft, tempat massa yang lebih besar berkumpul. • Where Krueng Geukeuh. • When Universitas Sumatera Utara 71 Sekitar pukul sebelas siang, tanggal 3 Mei 1999. • Why dan how Rombongan Umar mudah dikenali sebagai wartawan karena atribut mereka. Membawa kamera, memakai rompi wartawan dan membawa mikrofon yang berlogo RCTI. Ini membuat mereka jadi pusat perhatian. Mereka pun ditanyai karena warga mengantisipasi adanya pihak militer yang masuk. Setelah ada seorang tokoh yang mengenali Umar, mereka pun dibiarkan lewat. Mereka juga diantar ke Simpang Kraft naik sepeda motor. Tematik Rombongan Umar datang ke Krueng Geukeuh dan sempat menjadi pusat perhatian. Mereka kemudian diantar ke Simpang Kraft oleh warga yang sebelumnya menahan mereka. Retoris • Leksikon tak sedikit yang beringas Bagian Tujuh Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Bagian tujuh dibuka dengan deskripsi Simpang Kraft. Ini adalah pertigaan yang terletak di sebelah kiri jalan lintas Medan-Banda Aceh. Jaraknya 19 kilometer dari Lhokseumawe. Simpang ini adalah jalan masuk ke pabrik kertas PT Kertas Kraft Aceh, yang jaraknya 10,5 meter masuk ke dalam. Di lintasan ini pula ada markas Arhanud Rudal yang berjarak 2,5 kilometer dari persimpangan. Berita masih dilanjutkan dengan deskripsi detail simpang tersebut. • Berita dilanjutkan dengan informasi bahwa Arhanud Rudal yang cuma satu kompi mendapat bantuan dari Batalyon 113 Korem Lilawangsa yang bermarkas di Bireuen, 45 kilometer barat Lhokseumawe. • Masuknya pasukan ini membuat gelombang massa datang ke Krueng Geukeuh. Sepuluh truk yang membawa ratusan laki-laki datang dari kampung-kampung. Mereka berkumpul di lapangan sepak bola, tak jauh dari kantor camat. Mereka menjemput Camat Marzuki Muhammad Amin yang sedang rapat persiapan pemilihan umum. Marzuki dibawa ke Simpang Kraft. Di sana, orang Cot Murong dan tentara sudah saling berhadapan. Ia diminta mendinginkan suasana. • Ada dua konsentrasi massa di Krueng Geukeuh. Massa pertama di depan Koramil Dewantara, dekat pasar Krueng Geukeuh. Mayoritas perempuan yang membawa serta anaknya. Tak ada Universitas Sumatera Utara 72 tentara yang menghadapi demonstran. Mereka diam di dalam kantor. Komandannya sendiri ada di Simpang Kraft. • Menjelang tengah hari, massa mulai melempari kaca jendela koramil. Sebuah sepeda motor milik tentara dibakar. Tentara pun memberi tembakan peringatanyang mengakibatkan massa sempat lari. • Di Simpang Kraft sendiri, massa menumpuk dalam radius 300 meter. Jumlahnya terus bertambah hingga tak kurang dari 10 ribu orang. Laki-laki, perempuan, dan anak-anak terus berdatangan secara bergelombang sejak pagi. Orang-orang itu tak hanya datang dari Dewantara, tapi juga dari kecamatan sekitar seperti Nisam, Muara Dua dan Sawang. • Keempat wartawan RCTI segera bergabung dengan massa. Mereka menyebar untuk mengambil gambar dari sudut berbeda. Tentara juga sudah berjaga. Banyak anak-anak dan perempuan berdiri sangat dekat sekali dengan tentara dari Batalyon 113. Skrip • Who Marzuki Muhammad Amin bagian tiga Empat wartawan RCTI dibahas secara ringkas. • What Bagian ini menceritakan kondisi yang terjadi sejak pagi pada warga yang hendak melakukan demonstrasi. Penulis menceritakan secara kronologis apa yang dilakukan warga dan tentara. Penulis hanya memasukkan sedikit tentang wartawan RCTI di akhir bagian. • Where Krueng Geukeuh, tepatnya di depan Koramil Dewantara dan Simpang Kraft. • When 3 Mei 1999. Mulai dari pagi hingga tengah hari. • Why dan how Warga mengumandangkan azan dari meunasah masjid kecil ketika melihat Arhanud Rudal mendapat bantuan personel dari Batalyon 113 Korem Liliwangsa. Mereka pun menjemput camat untuk menenangkan massa yang sudah berhadapan dengan tentara di Simpang Kraft. Di depan markas Koramil Dewantara, kaum perempuan dan anak- anak melakukan demonstrasi. Karena tidak mendapat respons dari pihak tentara, mereka kemudian melempari kaca koramil dan membakar sepeda motor milik tentara. Tentara sempat beberapa kali memberi tembakan peringatan. Universitas Sumatera Utara 73 Di Simpang Kraft massa semakin ramai. Mereka datang dari kecamatan lain. Mereka tergerak karena spontanitas, merasa harus bersolidaritas terhadap sesama orang Aceh. Ada juga yang terjebak di sana seperti penumpang yang berharap bisa menyambung perjalanan dengan naik bus dari Simpang Kraft. Karena tidak ada bus yang lewat, mereka pun hanya bisa menunggu, bergabung dengan massa. Tematik • Berita dimulai dengan deskripsi Simpang Kraft. • Kronologis yang terjadi pada awal demonstrasi. Retoris • Metafora panas hatinya mendengar kabar tentara akan menyerang Bagian Delapan Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • 500 meter dari simpang, ada sekitar 20 tentara Arhanud Rudal yang berjaga. Mereka cukup dekat dengan massa. Namun kedua pihak ini tidak saling menghiraukan. Malah tentara sempat bertukar api rokok dengan para demonstran. Mereka juga sempat tertawa melihat aksi anak-anak yang berloncatan ketika disorot kamera. • Empat wartawan RCTI menyebar untuk mengambil gambar dari sudut yang berbeda. Massa yang tahu bahwa mereka disorot kamera mulai riuh. Berteriak, “Allah Akbar”, “Merdeka”, “Hidup referendum”. Tentara juga masih tak bergeming. • Azhari tiba di Simpang Kraft. Ia masih menyembunyikan kamera, tidak meliput. Naluri wartawannya tidak berjalan. Dia hanya bergabung dengan massa. Dia sempat melihat Umar, namun enggan menghampiri Umar. • Marzuki, telah dicopot baju camatnya. Sekarang ia hanya mengenakan kaus dalam dan celana pendek. Ia sempat bernegosiasi dengan Faisal, pemuda yang menjadi koordinator lapangan. Marzuki dituntut massa untuk menghadirkan petinggi militer, ulama, dan pejabat daerah. • Raban yang kehausan sempat meminta minum dari seorang anak kecil. Ia pun sempat minum dan menyisakan sedikit air kepada anak tersebut. • Umar sempat dikerumuni massa yang meminta diwawancarai. Ia tak berani menolak karena yakin banyak dari mereka yang kalut dan diluar kendali. • Kemudian keempat wartawan RCTI kembali bergabung untuk mewawancara Faisal yang tak bisa berbahasa Aceh. Dengan diterjemahkan Umar, Faisal menjelaskan tentang apa yang terjadi Universitas Sumatera Utara 74 pada mereka. Ia juga menunjukkan sebuah kertas yang sudah lusuh. Kertas itu merupakan surat perjanjian yang dibuat beberapa hari silam yang berisi bahwa tentara tidak akan masuk kampung. Penulis banyak memberikan kutipan dalam bagian ini. • Keempat wartawan RCTI berniat untuk kembali ke Lhokseumawe untuk mengirim gambar. Dengan gemetar, Fipin naik ke sepeda motor. Dia masih memanggul kamera yang berat dengan tubuhnya yang sudah lemas. Ia tak sempat sarapan, dan kini sangat haus. • Sebelum sempat berangkat, tiba-tiba terjadi kericuhan. Massa mulai tak terkendali dan saling dorong. Tentara Batalyon 113 yang sejak tadi berdiri di tengah massa terkepung dan mulai terjepit. Di barisan lain, mulai ada aksi pelemparan batu. • Tak lama kemudian datang truk dari markas Arhanud Rudal. Raban dan Fipin merekam kedatangan tersebut. Beberapa orang ribut dan berteriak, “Ada truk datang, ada truk datang.” • Tentara membentuk dua lapis barisan, seperti bersiap-siap karena ada keributan di tengah massa. Tiba-tiba, “Trat… trat… trat…trat…” suara senjata meletus. Massa pun pecah. Ada yang tiarap, ada yang lari. Sejumlah tentara berteriak, Bubar kalian Bubar • Tapi ada juga tentara yang mendadak seperti kesetanan mengejar orang-orang yang berlarian dan menembaki dengan serabutan. Semua tentara ini menyebar, menyusup dan menembaki massa. • Korban mulai berjatuhan. Fipin jatuh tertidur di samping Imam yang tiarap. Fipin makin lemas saat melihat darah mulai keluar dari tubuh-tubuh orang yang rebah tak jauh darinya. Dia mengangkat tinggi kameranya ke arah tentara yang masih menembaki. Di tak bisa berpikir apa pun. • Imam baru sadar bahwa kamera Fipin mati saat hendak memasukkan kabel mikrofon untuk membuat laporan langsung di tengah ributnya letusan senjata. Fipin langsung sadar kalau lampu merah belum berkedip-kedip. Selama sepuluh menit pertama ketika tembakan, Fipin tak merekam apa-apa. • Imam sempat menyuruh seorang anak di dekatnya untuk berlindung di warung tak jauh dari sana. Ia dan bibinya pun merangkak. Kini jarak tentara hanya lima meter dari mereka, masih memuntahkan peluru ke orang-orang yang berusaha lari. Ia tak bisa berpikir apa pun. Ketika melihat tumpukan orang rebah di jalan, dia berpikir kalau mereka hanya bersandiwara. Dia sudah pernah mengalami situasi seperti ini, cuma tidak pernah ada darah. Ketika tembakan mereda, Imam mendekat ke tumpukan manusia itu. Ia dan Fipin berjalan jongkok. Fipin masih merekam dengan baik. Masih ada tentara yang menembak, namun ada juga yang menolong wanita dan anak-anak untuk mengamankan diri. • Imam melihat pemuda merangkak di depannya. Ia tadi pemuda Universitas Sumatera Utara 75 yang dielu-elukan massa. Dia terluka, penuh darah. Imam bertanya, apa yang kena. Namn pemuda itu tak bisa menjawab. Wajahnya pucat. Imam kemudian mengambil cairan merah dari kaki pemuda itu. Ia menciumnya dan ia tidak merasa bau amis. Imam berpikir, kalau itu memang darah, seharusnya bau amis. Imam kembali berpikir kalau pemuda tersebut hanya mendramatisasi. • Imam melihat sosok seperti boneka tergelatk di antara tumpukan orang yang ia lihat tadi. Setelah mendekat, ia baru terkejut. Itu adalah anak kecil yang bagian atas kuping kirinya sudah bolong setengah. Air otaknya terlihat jelas. Imam syok. Peluru tentara menghancurkan kepala kirinya. Imam tak tahan dan menangis. • Fipin sendiri tak tega saat mengarahkan kameranya. Ia menutup mata saat mengambil gambar anak itu. Dalam keadaan terguncang, Fipin bisa merekam semua gambar dengan baik. Dia juga sempat merekam seorang pemuda yang sekarat, tersentak sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. • Umar juga sempat lari ketika tembakan terdengar. Di sana ia panik dan ketakutan. Tapi ia cepat berpikir untuk memotret peristiwa itu. Ia menjepret apa pun yang dilihat. Ia tak peduli angle, memotret ke mana saja, sesuka hati. Tanpa sadar, ia membidik seorang anak kecil di seberang jalan yang terjatuh. Kamera Umar mengabadikannya, tepat saat peluru menghantam kepalanya dan isi otaknya berhamburan. Umar terkejut luar biasa, hingga kameranya terjatuh dari pegangannya. • Ali Raban sendiri sedang merekam dari sudut kanan Simpang Kraft saat tembakan meletus. Namun Raban tidak lari. Dia berdiri tegap dan merekam orang-orang yang berlarian hingga dia terjatuh didorong massa. Azhari panik. Dia masih juga bergabung dengan massa. Dia sendiri terus berlari bersama massa. • Setelah lebih setengah jam, tembakan mulai reda. Fipin yang kehausan mulai limbung dan bersama Imam ia ke sebuah warung. Keempat wartawan ini kembali berkumpul. Mereka tak berbicara, masih tegang karena ada tentara. Imam dan Umar tak bisa menyembunyikan kesedihan, mereka menangis. • Kondisi sudah lengang tanpa massa. Yang tersisa hanya korban dan wartawan. Suara kesakitan terdengar sayup-sayup. Mendadak, mereka didatangi wartawan yang marah. Moncong senjatanya terarah pada keempat wartawan ini. Mereka memaki-maki. Saat ini, Imam sempat berbisik pada Fipin untuk merekam. Namun Fipin tidak mengacuhkan karena lampu merah yang berkedip- kedip akan membuat tentara tahu. Ali Raban juga sudah mengingatkan untuk menutup kamera. Akhirnya seorang perwira berpangkat letnan datang dan menyuruh tentara tersebut kembali ke pasukan. Ia juga sempat mengingatkan mereka untuk berhati- hati. Imam takjub tentara itu tidak menyita kaset rekaman mereka. Universitas Sumatera Utara 76 • Imam dan Umar kemudian berlari ke bale-bale. Melihat korban, Umar menelepon istrinya untuk menelepon ambulans. Ternyata istrinya Umar juga sudah berusaha menelepon Umar ketika mendengar kabar keributan di Krueng Geukeuh. Berita ini cepat menyebar ke Lhokseumawe. • Evakuasi pertama datang pada sekitar jam satu siang. Yang datang pertama kali adalah sebuah labi-labi angkutan umum. • Raban terus merekam gambar korban yang tergeletak di jalan dan di parit-parit. Ia melihat anak kecil merangkak di tengah jalan karena kakinya tertembak. Ia tak tahan terus mengambil gambar sementara anak itu terus merangkak. Ia akhirnya membopong ank itu ke mobil bak terbuka untuk evakuasi korban. • Di antara orang yang menolong, Imam melihat seorang pria sok jagoan. Belum mengangkat korban, ia membuka bajunya dan melumuri dadanya dengan darah korban. Beberapa pemuda sibuk mengumpulkan peluru. Mereka datang ke Imam dan Fipin. Namun Imam sudah tak peduli lagi. • Berita di akhiri dengan kutipan Imam yang berbicara di depan kamera, ia memberi penutup atas kejadian ini. Skrip • Who Imam, Fipin, Umar dan Ali Raban bagian satu Azhari bagian empat Marzuki Muhammad Amin bagian tiga Faisal , termasuk koordinator aksi. Masih muda, berhidung mancung dan berkulit hitam, tak bisa berbahasa Indonesia. Beberapa demonstran, korban dan tentara yang tidak disebutkan namanya. Rusni , istri Umar. • What Bagian ini merupakan bagian inti tulisan, karena mengisahkan secara kronologis kejadian pembantaian Simpang Kraft. Bagian ini merupakan klimaks dari tulisan ini secara keseluruhan. • Where Simpang Kraft, Krueng Geukeuh. • When Mulai sekitar kurang dari pukul 12.00 hingga lewat dari pukul 13.00, 3 Mei 1999. • Why dan how Awalnya, massa hanya berdemonstrasi biasa. Malah tentara juga terlihat agak santai. Namun setelah datang truk yang berisi bala bantuan bagi tentara, tiba-tiba saja tentara menembaki massa. Universitas Sumatera Utara 77 Banyak korban yang jatuh. Azhari sejak awal bergabung dengan massa, sama sekali tidak menjalankan fungsi sebagai wartawan. Sementara itu, empat wartawan RCTI terus berusaha mengabadikan momen. Mereka melihat banyak korban dan sempat dihampiri tentara yang berang. Imam pun membuat laporan di depan kamera saat proses evakuasi korban sedang berlangsung. Tematik • Massa masih terus berdemonstrasi. • Tiba-tiba tentara menembaki massa. Banyak korban berjatuhan. Wartawan RCTI tetap berusaha mengabadikan momen. Retoris • Leksikon semalam ada provokator yang menyusup ke kampung mereka mengarahkan muntahan peluru • Metafora Bunyinya bagai suara dengungan puluhan ribu lebah. Suara itu bagaikan geledek yang menyambar. Bagian Sembilan Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Penulis membuka bagian sembilan dengan deskripsi evakuasi korban ke rumah sakit dan klinik di sekitar Krueng Geukeuh, Batuphat dan Lhokseumawe. Keempat wartawan RCTI berada di rumah sakit PT Arun LNG. Mereka kembali mengambil gambar dan data. Tulisan dilanjutkan dengan deskripsi rumah sakit yang penuh korban. • Ali Raban tersentak saat melihat anak kecil yang kepalanya bolong. Ternyata dia anak yang memberi air padanya. Imam baru tahu kalau ibu yang sebelumnya ia jumpa di gardu, tertembak ginjalnya. Imam kembali menangis melihatnya. • Saat keluar dari rumah sakit, mereka berhenti di masjid untuk istirahat dan makan. Imam menelepon RCTI Jakarta untuk memberitahu bahwa ia mendapat satu berita. Penulis membuat kutipan, “Ada kejadian mirip Santa Cruz di Aceh dan kalian harus segera follow-up. Aku akan segera mengirim materinya. Tapi situasi sangat berbahaya.” Imam merasa ada bahaya menantinya. Ia pun diingatkan anggota RCTI untuk segera pergi dari Lhokseumawe. • Mereka merasa perlu mengamanakan kaset rekaman Fipin dan Raban. Sebab itu merupakan gambar eksklusif yang jadi incaran militer. • Imam masih mencari data korban ke Rumah Sakit Cut Mutia di Universitas Sumatera Utara 78 Lhokseumawe. Di sana korban lebih banyak. Mereka ditidurkan di lantai lorong rumah sakit. Ironisnya, rumah sakit milik tentara di samping Rumah Sakit Cut Mutia malah kosong. Pagarnya ditutup dan tampak pasukan marinir berjaga di pintu. • Azhari masih mencari data korban. Berita pertamanya telah naik di Antara. Hingga malam, Azhari masih bekerja. Dia seperti orang linglung mencari data berulang-ulang ke rumah sakit. Ia malah lupa untuk memotret sekali pun. • Hingga malam, ambulans masih terdengar. Tak ada mobilitas tentara. Markas mmiliter dijaga ketat. Keramaian terkonsentrasi di rumah sakit. • Berita pertama muncul di RCTI pukul 18.30. Redaksi RCTI melakukan telewicara dengan Komandan Korem 011Lilawangsa Kolonel Jhonny Wahab dan ada juga laporan telepon dari Imam Wahyudi. Sampai saat itu, para petinggi militer di Lhokseumawe belum mengetahui bahwa ada wartawan RCTI jadi saksi mata peristiwa itu. • Pukul 21.00, RCTI dan semua stasiun televisi merelai siaran TVRI yang menekankan pernyataan resmi militer Indonesia, juru bicara militer Mayor Jenderal Syamsul Muarif. Ia mengatakan bahwa tentara terpaksa menembak karena massa hendak menyerang markas, sehingga mereka bentrok dengan tentara yang berjaga. • Orang yang menonton berita itu melalui RCTI marah. Mereka menganggap RCTI mengeluarkan berita bohong. Tak ada satu pun orang yang menyerang Arhanud Rudal. Tapi mereka tidak mengerti kalau itu sebenarnya berita TVRI. • Bagian ini diakhiri dengan kegiatan Imam, Umar dan Fipin yang tidak mengetahui kegusaran itu. Malam itu juga, kaset rekaman yang berharga itu dikirim melalui bus ke Medan untuk dikargokan dengan pesawat ke Jakarta. Skrip • Who Imam, Fipin, Umar dan Ali Raban bagian satu. Azhari bagian empat. Kolonel Jhonny Wahab , Komandan Korem 011Lilawangsa. Mayor Jenderal Syamsul Muarif , juru bicara militer. • What Bagian ini menggambarkan pasca kejadian Simpang Kraft. Mulai siang hingga malam hari. Mengenai kondisi rumah sakit yang dipenuhi korban, tindakan yang dilakukan oleh masing-masing wartawan, dan publikasi kejadian oleh media televisi yang membuat warga gusar. • Where Rumah Sakit PT Arun LNG, sebuah masjid di Batu Phat, Rumah Universitas Sumatera Utara 79 Sakit Cut Mutia, kantor Azhari, Ujung Blang. • When 3 Mei 1999, mulai siang hari selepas kejadian di Simpang Kraft sekitar pukul 13.00 lewat hingga malam hari sekitar pukul 22.00 • Why dan how Selain penggambaran mengenai kondisi korban dan kondisi kota, hal yang penting di bagian adalah masyarakat Aceh yang gusar karena pemberitaan di RCTI. RCTI adalah stasiun televisi yang duluan memberitakan tentang kejadian di Simpang Kraft. Hingga mereka terus-terusan menyaksikan RCTI untuk menyaksikan pemberitaan berikutnya. Namun pada pukul 21.00, semua siaran televisi merelai pemberitaan TVRI yang memuat pernyataan resmi militer bahwa penembakan terjadi karena ada penyerangan dari demonstran. Masyarakat yang menyaksikan berita tersebut melalui RCTI langsung gusar dan menganggap RCTI memberikan berita palsu. Sementara di saat yang sama, wartawan RCTI sedang makan ikan panggang di pantai dan tidak tahu-menahu tentang kegusaran warga. Tematik • Penggambaran kondisi korban, rumah sakit dan kota. • Masyarakat Aceh menganggap RCTI pembohong karena merelai pemberitaan TVRI. Retoris • Leksikon Azhari seperti orang linglung setelah kerja maraton Bagian Sepuluh Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Esok harinya, RCTI kembali menyiarkan laporan langsung dari Imam dan ada wawancara telepon dengan Kolonel Jhonny Wahab. Ia berkata bahwa tentara sudah bertindak sesuai prosedur. • Umar datang bersama Ali Raban ke hotel tempat Fipin dan Imam menginap. Umar mengabarkan kalau orang Lhokseumawe marah pada RCTI karena pemberitaan semalam. • Semua jadi lebih jelas ketika mereka ke Rumah Sakit Cut Mutia. Pemimpin rumah sakit, dr. Mulya Hasjmy tak bebas berbicara ketika diwawancarai. Ada seorang pemuda yang mengikutinya. Pemuda itu terus mengekor. Di pelataran rumah sakit, Imam dicerca oleh aktivis mahasiswi. Orang-orang mengerubungi Imam. Ia seperti dikeroyok oleh si mahasiswi, pemuda yang mengikutinya dan seorang bapak. Umar, Raban dan Fipin Universitas Sumatera Utara 80 memisahkan diri dari Imam. Namun Imam berkelit juga untuk membela diri. Di bagian ini, penulis menampilkan kutipan dan adegan perdebatan antara Imam dan orang yang mengepungnya. • Jumlah korban masih simpang siur. Tiap pihak mengeluarkan versi yang berbeda-beda. Muncul juga rasa tidak suka terhadap wartawan. Siapa pun wartawan yang datang, pasti diperiksa dengan sangat ketat. Azhari juga sempat dicegat oleh personel Angkatan Aceh Merdeka. Ia juga kerap mendapat teror. • Umar juga panik saat istrinya menelepon sambil menangis bahwa ada orang yang mengancam akan membakar rumah mereka. Umar dianggap membuat berita bohong. • Pihak militer juga bolak-balik menelepon Umar, ingin bertemu dengan Imam. Namun Umar berbohong dengan berkata bahwa Imam sudah balik ke Jakarta dan terus ke Singapura untuk berlibur. • Pada 5 Mei, gambar video penembakan orang-orang sipil di Simpang Kraft muncul di televisi-televisi nasional. Itu gambar Ali Raban yang disiarkan Reuters ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Skrip • Who Imam, Fipin, Umar dan Ali Raban bagian satu. Azhari bagian empat. Kolonel Jhonny Wahab , Komandan Korem 011Lilawangsa. dr. Mulya Hasjmy , pemimpin Rumah Sakit Cut Mutia Ray Wijaya , produser Seputar Indonesia di Jakarta Rusni , istri Umar. Beberapa orang yang sempat memprotes pemberitaan media. • What Bagian sepuluh menceritakan tentang tekanan-tekanan yang dihadapi wartawan setelah adanya siaran pemberitaan dari TVRI. Mereka diteror dan diawasi sangat ketat. Mereka sedikit lega setelah televisi nasional menayangkan berita dari Reuters, yang merupakan rekaman Ali Raban, pada 5 Mei. • Where Setting lokasi di Lhokseumawe dan Krueng Geukeuh. • When 4-5 Mei 1999. • Why dan how Pemberitaan TVRI yang disiarkan juga disiarkan ke seluruh stasiun televisi nasional membuat masyarakat Aceh gusar. Narasumber dari pihak militer yang membalikkan fakta membuat Universitas Sumatera Utara 81 mereka marah pada RCTI yang sebenarnya ada di lokasi kejadian. Mereka tidak mengerti kalau itu berita TVRI yang ditayangkan di RCTI. Akhirnya wartawan mendapat teror karena dianggap memberikan berita palsu. Imam dan Fipin kembali ke Jakarta. Berita sebenarnya akhirnya muncul di televisi keesokan harinya. Tematik Tekanan dan teror yang dialami wartawan Retoris • Leksikon Umar tergopoh-gopoh datang bersama Ali ke hotel. Seorang pemuda bertopi taliban. Azhari sempat terpelongo Tragedi ini kemudian lebih dikenal sebagai Peristiwa Simpang Kraft. • Metafora bagaimana sebuah drama berdarah sekali lagi terkelupas dengan brutal dari Aceh Bagian Sebelas Struktur Hal yang Diamati Sintaksis • Bagian ini yang merupakan epilog dibuka dengan Imam yang trauma dengan kejadian tersebut. Ia tak bisa menyembunyikan emosinya saat menceritakan peristiwa tersebut. Fipin mendapat IJTI Award dari Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia sebagai kamerawan terbaik pada 1999. • Ali Raban kemudian menjadi kamerawan Metro TV Lhokseumawe. Umar menjadi koresponden Lativi. Umar dan Ali sering mendapat intimidasi bahkan kekerasan saat meliput di lapangan. Tak mudah menjadi wartawan di Aceh. • Penulis kemudian menceritakan tentang kondisi wartawan saat naskah ini ditulis. Kondisi di sana masih seperti tiga tahun sebelumnya, saat peristiwa itu terjadi. • Penulis kemudian mengambil sudut pandang orang pertama dan menceritakan pengalamannya mengamati Simpang Kraft, bersama Muhajir, anak muda yang menjadi pemandu penulis dalam mewawancara orang kampung dan beberapa korban. • Arhanud Rudal dan Bataliyon 113 semuanya sudah wajah baru. Orang yang lama dipindahtugaskan dan tak tersentuh hukum. Sersan Aditia juga dinyatakan hilang. • Pihak militer Indonesia secara resmi mengatakan Gerakan Aceh Merdeka berada di balik aksi provokasi massa. Tentara menembak karena ada tembakan yang ditujukan kepada mereka. Karena itu Universitas Sumatera Utara 82 tentara mengatakan bahwa mereka bertindak sesuai prosedur karena ada upaya penyerangan markas Detasemen Arhanud Rudal yang menyimpan senjata berat dan amunisi termasuk peluru kendali. • Camat Dewantara Marzuki Muhammad Amin, mengatakan bahwa tembakan pertama datang dari pasukan Arhanud Rudal yang berdiri dekat pohon asam. Ia beranggapan bahwa mereka panik karena dilempari batu. Marzuki selamat dia berlindung di balik sebuah pohon. Pohon itu berlubang sembilan dihantam peluru tentara. • Kasus ini seperti tenggelam oleh berbagai kasus kekerasan lain di Aceh yang muncul tiga tahun setelahnya. Banyak pihat yang menggugat. Tapi tak ada respons dari pemerintah. • Berita ditutup dengan percakapan pernyataan seorang anak yang menyiratkan keapatisannya terhadap pemerintah, wartawan maupun pihak LSM. Skrip • Who Imam, Fipin, Umar dan Ali Raban bagian satu. Azhari bagian empat. Muhajir , anak muda yang menjadi pemandu penulis dalam proses peliputan di Aceh. Saat kejadian Simpang Kraft berlangsung, Muhajir masih murid sekolah menengah pertama. Waktu itu dia baru pulang ujian dan ikut berbaur dengan massa di Simpang Kraft. Ketika tentara menembak, Muhajir tiarap bersama ribuan orang. Banyak teman baiknya yang tewas dan luka-luka. Marzuki Muhammad Amin bagian tiga Faisal bagian delapan Teungku Bantaqiah , seorang ulama di Beutong Ateuh. Dia ditembak mati oleh tentara bersama 51 murid pesantrennya pada Juli 1999. Maimul Fidar , ketua Koalisi NGO HAM Aceh • What Bagian ini merupakan epilog yang berisi tentang kondisi masing- masing tokoh sentral dalam tulisan ini. Juga ada membahas tentang kelanjutan kejadian Simpang Kraft. • Where Setting menyebar karena bagian ini merupakan rangkaian penelusuran penulis atas kondisi tiap tokoh sentral dalam tulisan ini. Ada di Jakarta, Lhokseumawe dan di Simpang Kraft. • When Setting waktu tiga tahun setelah kejadian Simpang Kraft, saat liputan berlangsung. Universitas Sumatera Utara 83 • Why dan how Wartawan-wartawan yang menjadi tokoh sentral di tulisan ini masih trauma. Bahkan yang bertugas di Aceh masih sering mendapat tekanan pada saat liputan. Rakyat Aceh menjadi semakin apatis karena tidak ada respons dan keadilan dari pemerintah. Semua yang dilakukan LSM atau pun NGO tidak ada yang memberi dampak yang signifikan. Tematik Pascakejadian Simpang Kraft. Mulai dari tindak lanjut kasus, kondisi lokasi dan masyarakat, juga kondisi wartawan yang menjadi tokoh sentral. Retoris • Leksikon Rasa curiga itulah yang saya tangkap pada seorang anak muda. • Metafora Kini prajurit-prajurit Arhanud Rudal dan Bataliyon 113 semuanya sudah wajah baru. Tapi Sersan Dua Aditia juga tak ketahuan rimbanya. IV.2 Analisis Naskah IV.2.1 Sintaksis