57
3.4 Arah Kebijakan Eksisting Pembangunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP 1997, membagi perwilayahan Sumatera Utara menjadi 4 empat wilayah pembangunan. Kota Tebing Tinggi termasuk
dalam wilayah pembangunan III, yaitu pantai timur bagian utara dengan pusat pembangunan Medan, meliputi Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli
Serdang, Kota Medan dan Kota Tebing Tinggi. Arah pembangunan pada wilayah pembangunan III, diarahkan bagi pengembangan perkebunan besar, pertanian pangan,
perikanan, perdagangan, perindustrian dan pertambangan. Dalam arahan pengembangan tata ruang daerah, Kota Tebing Tinggi sebagai
kawasan cepat berkembang atau kawasan yang pertumbuhannya pesat. Potensi kawasan, antara lain:
1. Memiliki peluang bagi pengembangan kegiatan usaha dibidang industri yang
berorientasi pada sumber daya alam, khususnya kehutanan, pertanian pangan dan perkebunan.
2. Memiliki aksesibilitas yang cukup dan memiliki pelabuhan laut Kuala Tanjung,
kemudahan hubungan darat, karena terletak di lintas Trans Sumatera Timur dan jaringan kereta api.
3. Aksesibilitas intra kawasan yang cukup, dengan komposisi panjang jalan nasional
125 km, jalan provinsi 171 km serta jalan kota dan kabupaten 1.866 km, dan 4.
tersedia prasarana wilayah, seperti: sarana telekomunikasi, listrik, irigasi dan air bersih.
Sedangkan fungsi dan peran utama Kota Tebing Tinggi, diarahkan pengembangannya sebagai:
1. Pusat pemerintahan;
58 2.
pusat kegiatan perdagangan dan jasa ekonomi, dalam hal ini sebagai terminal dan pendistribusian bagi komoditas yang berasar dari wilayah hinterland dan Kota
Tebing Tinggi sendiri; 3.
pusat kegiatan pengelolaan hasil pertanian dan perkebunan rakyat; 4.
pusat kegiatan penduduk dan sosial budaya.
3.5 Sintesis Permasalahan Pola Aliran Koleksi dan Distribusi Komoditas
Pola aliran koleksi dan distribusi komoditas di Kota Tebing Tinggi menunjukkan peran kota sebagai wilayah pelayanan terhadap sub wilayah pelayanan,
dimana kegiatan lokal pada wilayah Kota Tebing Tinggi dan wilayah belakangnya merupakan wilayah kajian utama studi, sedangkan kegiatan ekspor komoditas ke wilayah
regional, nasional dan internasional atau global, merupakan kajian pendukung penelitian. Sub wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Bandar Khalipah,
Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Sipispis. Komoditas sayur mayur atau tanaman bersuhu dingin berasal dari Brastagi,
Kabanjahe dan Dairi, sedangkan komoditas sekunder, seperti pakaian dan bahan bangunan berasal dari Medan. Komoditas tertier, seperti TV, kulkas dan AC umumnya
berasal dari Tanjung Balai, Batam dan Medan. Komoditas hasil olahan, seperti tepung tapioka dan industri kecil lainnya, umumnya diproduksi di Kota Tebing Tinggi, dengan
bahan baku berasal dari wilayah pinggiran kota atau hinterland, seperti Kecamatan Tebing Tinggi, Dolok Masihul, Dalok Merawan dan Kecamatan Sipispis, dengan tenaga
kerja berasal dari Kota Tebing Tinggi dan masyarakat wilayah pinggiran kota tersebut. Tepung tapioka umumnya dipasarkan di wilayah regional, seperti Medan,
Pematangsiantar dan Kisaran, kadang juga dipasarkan ke Eropa, seperti: Jerman, Inggris dan Belgia serta Australia.
59 Perkembangannya industri tapioka sulit bersaing dengan industri sejenis dari
Thailand, dikarenakan harga bahan baku, biaya produksi atau pengolahan dan ongkos angkut atau biaya transportasi lebih mahal, sehingga harga komoditas sulit bersaing
dengan harga tepung tapioka yang berasal dari Thailand. Ternak besar dan unggas umumnya berasal dari lokal dan wilayah pinggiran kota. Komoditas tersebut terutama
dipasarkan untuk mencukupi kebutuhan lokal. Industri crumb rubber memperoleh bahan baku dari daerah-daerah perkebunan, seperti: Tapanuli Selatan, Asahan, Deli
SerdangSerdang Bedagai dan Labuhan Batu. Komoditas Crumb rubber dipasarkan hingga ke Eropa, seperti: Jerman, Perancis dan Inggris.
Kegiatan koleksi dan distribusi komoditas cukup menghadapi kendala, diantaranya mengenai kebijakan pemerintah yang belum menyentuh industri-industri
potensial yang memiliki orientasi pemasaran ke luar Kota Tebing Tinggi, baik regional maupun internasional, sehingga dampak langsung masih belum dirasakan bagi
perkembangan Kota Tebing Tinggi. Pihak pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan industriawan belum memiliki hubungan yang bersinergi, satu sisi adanya tuntutan
terhadap pemerintah Kota Tebing Tinggi bagi penyediaan fasilitas penunjang kegiatan yang memerlukan pendanaan cukup besar dan lapangan kerja guna mengatasi
permasalahan pengangguran, sementara keberadaan industri belum memberikan kontribusi yang besar serta saling komplementer guna menanggulangi atau mengatasi
permasalahan-permasalahan yang timbul dan menjadi beban pemerintah kota.
60
BAB IV ANALISIS POLA ALIRAN KOLEKSI DAN DISTRIBUSI
KOMODITAS DI KOTA TEBING TINGGI DAN WILAYAH BELAKANGNYA
Analisis pola aliran koleksi dan distribusi komoditas di Kota Tebing Tinggi dan wilayah belakangnya, meliputi:
1. Analisis pola aliran koleksi dan distribusi komoditas, merupakan analisis mengenai
fenomena, intensitas, asal dan tujuan komoditas serta permasalahan kegiatan koleksi dan distribusi komoditas di Kota Tebing Tinggi dan wilayah belakangnya. Analisis
ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek sistem produksi, aspek penunjang sistem produksi dan aspek kebijakan publik dalam konstelasi lokal dan regional;
2. Analisis struktur ekonomi, merupakan analisis terhadap peranan dan perkembangan
sektor, dalam konteks keberadaan Kota Tebing Tinggi terhadap wilayah belakang, yaitu Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara, komoditas unggulan
dan pola aliran koleksi dan distribusi. Dalam hal ini, sistem produksi merupakan fungsi demand;
3. Analisis penunjang kegiatan koleksi dan distribusi komoditas, yaitu merupakan
analisis daya dukung fasilitas-fasilitas pelayanan umum sebagai fungsi supply bagi kegiatan koleksi dan distribusi.
4.1 Analisis Pola Aliran Koleksi dan Distribusi Komoditas
Kegiatan koleksi dan distribusi komoditas di Kota Tebing Tinggi dilihat dari 6
enam pasar yang ada, diantaranya Pasar Gurami, Pasar Iskandar Muda, Pasar KainPasar Inpres, Pasar Sakti, Pasar Senangin dan PasarPajak Mini dan pertokoan yang
tersebar di pusat Kota Tebing Tinggi. Masing-masing pasar memiliki spesialisasi dalam