Persimpangan Dengan Prioritas Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

13 4. Parkir, akses dan pembangunan umum 5. Pejalan kaki 6. Jarak antar simpang.

II.3 Persimpangan Dengan Prioritas

Prinsip perancangan operasional yang efisien dan aman untuk persimpangan tak bersinyal Titi, 2002 :  Lalu lintas mendekat persimpangan harus mendapat peringatan sebelum adanya arus lalu lintas yang bertemu, dengan jarak pandangan yang baik, rambu-rambu dsb.  Dengan masuknya kendaraan ke dalam persimpangan ia harus dapat mengamati jejak dari semua arus kendaraan yang bertemu, dan memilih jejak melalui semuanya dengan aman.  Jejak pertemuan harus dipisah sehingga pengemudi harus menghadapi kendaraan hanya dalam satu jejak pertemuan pada saat yang sama.  Kendaraan harus dapat mengikuti jejak menembus persimpangan pada kecepatan yang cukup dengan pandangan yang baik.  Jika kendaraan harus berhenti di daerah persimpangan untuk memberikan jalan pada kendaraan lain, ia harus dapat melakukannya di luar jejak kendaraan lainnya.  Seluruh daerah persimpangan harus tersedia untuk penggunaan kendaraan, pastikan drainase baik, tidak ada operasi utilasi. Universitas Sumatera Utara 14 Faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan minor :  Layout persimpangan dan ketersediaan lajur untuk setiap pergerakan.  Gap yang diterima oleh pengemudi untuk pergerakan pertemuan dan persilangan.  Distribusi gap dalam arus jalan mayor. Gap adalah interval antara kendaraan dalam arus yaitu headway dikurangi panjang kendaraan. Lag adalah interval antara kendaraan jalan minor yang datang di daerah pertemuan dan kendaraan berikut di jalan mayor yang datang ke titik tersebut. - Aturan Prioritas Ketentuan dan aturan prioritas pada persimpangan tak bersinyal lalu lintas sangat mempengaruhi kelancaran pergerakan arus lalu lintas yang saling berpotongan. Terutama pada persimpangan yang merupakan perpotongan dari ruas – ruas jalan yang mempunyai kelas yang sama. Pada persimpangan berlengan 3 tiga dimana lengan persimpangan B-T merupakan lengan persimpangan utama major sedangkan lengan persimpangan S merupakan lengan persimpangan tidak-utama minor. Pada kondisi ini, berlaku aturan bahwa kendaraan yang berasal dari lengan persimpangan S akan selalu memberikan prioritas pada kendaraan yang bergerak dari lengan persimpangan B dan T. Kendaraan dari lengan persimpangan S baru akan dapat memotong arus kendaraan pada ruas jalan B-T jika terdapat headway h atau spacing S p yang memungkinkan kendaraan dari lengan persimpangan S memotong arus tanpa terjadinya kecelakaan minimum acceptable headwayspacing Tamin,2008. Universitas Sumatera Utara 15 Gambar.2.1 Persimpangan Berlengan Tiga Dengan Pengaturan Prioritas. Sampai saat ini Indonesia sebenarnya menganut aturan – aturan dan prioritas bagi kendaraan yang datang dari sebelah kiri walaupun dalam kenyataannya ketentuan ini tidak berjalan. Sehingga hal ini menimbulkan kesulitan dalam analisis persimpangan tak bersinyal lalu lintas. Analisis tersebut menyangkut parameter kapasitas persimpangan, tundaan, dan panjang antrian kendaraan pada kaki persimpangan Titi,2002.

II.3.1 Yield Signs

Pengaturan ini digunakan untuk melindungi arus lalu lintas dari salah satu ruas jalan pada dua ruas jalan yang saling berpotongan tanpa harus berhenti sama sekali. Sehingga pengendara tidak terlalu terhambat bila dibandingkan dengan pengaturan rambu stop. Yield signs juga digunakan pada persimpangan yang diatur dengan kanalisasi yang digunakan untuk mengatur kendaraan belok kiri pada lajur percepatan terutama bila lajur percepatan tersebut kurang panjang. Universitas Sumatera Utara 16 Gambar.2.2 Yield Sign.

II.3.2 Stop Signs

Pengaturan persimpangan dengan rambu stop digunakan bila pengendara pada kaki persimpangan harus berhenti secara penuh sebelum memasuki persimpangan. Pengaturan ini digunakan pada pertemuan jalan minor dengan jalan major. Gambar.2.3 Stop Sign

II.3.3 Kanalisasi

Pengaturan simpang dengan kanalisasi terutama untuk memisahkan lajur lalu lintas menerus dan lajur belok. Bentuk fisiknya dapat berupa marka atau pulau – pulau lalulintas lebeh di pertegas sehingga Kendaraan dapat dengan mudah dan aman memasuki simpang sesuai dengan lajurnya. Pulau – pulau lalu lintas kanalisasi ini juga dapat digunakan sebagai perlindungan bagi penyeberang pejalan kaki. Universitas Sumatera Utara 17

II.3.4 Bundaran

Bundaran roundabout dapat dianggap sebagai kasus istimewa dari kanalisasi yang pulau di tengahnya dapat bertindak sebagai pengontrol pembagi dan pengarah bagi sistem lalu lintas berputar satu arah. Pada cara ini gerakan penyilangan hilang dan digantikan dengan gerakan menyiap berpindah-pindah jalur. Dengan sebuah pulau lalu lintas berdiameter kurang dari 15 meter gerakan menyilang yang bukan tegak lurus akan dilakukan pada kecepatan relatif tinggi dan pada bundaran itu tidak menyediakan gerakan menyiap yang biasa lagi. Bundaran dengan diameter lebih besar dari 20 meter, gerakan menyiap biasanya terbentuk pada jalur masuk, jalur gerakan dan divergensi arus yang terletak pada titik keluar Alik Ansyori,2005. Sejak tahun 1964 berbagai eksperimen menunjukkan bahwa bundaran, dengan aturan prioritas samping, dapat melayani lalu lintas yang lebih banyak dengan bundaran yang lebih kecil dibandingkan dengan yang ada sekarang ini. Hal ini membawa pengenalan terhadap bundaran kecil dengan pulau ditengah berdiameter antara 5 dan 15 meter dan membesar dibagian pendekatan dan jalur keluar.

II.4 Karakteristik Arus Lalu Lintas

Dokumen yang terkait

ANALISIS LALU LINTAS SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL (STUDI KASUS PADA PERTIGAAN JALAN AHMAD YANI, ANALISIS LALU LINTAS SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL (STUDI KASUS PADA PERTIGAAN JALAN AHMAD YANI, KUPANG – NUSA TENGGARA TIMUR).

0 2 14

PENDAHULUAN ANALISIS LALU LINTAS SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL (STUDI KASUS PADA PERTIGAAN JALAN AHMAD YANI, KUPANG – NUSA TENGGARA TIMUR).

0 4 8

TUDI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL MANAHAN ATAS DASAR OBSERVASI EKUIVALENSI MOBIL PENUMPANG

2 7 106

STUDI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PASAR NANGKA ATAS DASAR OBSERVASI EKUIVALENSI MOBIL PENUMPANG

4 20 110

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta).

0 0 5

Evaluasi Kinerja Simpang Tak Bersinyal Simpang Tiga Jalan Diponegoro - Jalan Bima Kabupaten Klaten.

0 1 4

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta)

1 10 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

1 3 43

BAB I PENDAHULUAN - Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

0 2 7

Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

0 1 21