Otonomi Daerah TINJAUAN PUSTAKA

DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah, khusus untuk kabupatenkota ditambah kecamatan, dan kelurahan. Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam Peraturan daerah dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

B. Otonomi Daerah

Pengertian otonom secara bahasa adalah berdiri sendiri atau dengan pemerintahan sendiri. Sedangkan daerah adalah suatu wilayah atau lingkungan pemerintah. Dengan demikian pengertian secara istilah otonomi daerah adalah wewenangkekuasaan pada suatu wilayahdaerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayahdaerah masyarakat itu sendiri. Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenangkekuasaan pada suatu wilayahdaerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayahdaerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya Otonomi Daerah di Indonesia: 2010. Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut 12 tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman. 1. Daerah Otonom Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004 daerah otonom adalah ketentuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom dapat terwujud dengan dijalankannya asas desentralisasi, karena pemerintah menghendaki agar urusan-urusan pemerintah dapat diserahkan kepada daerah yang selanjutnya merupakan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dan hal ini memungkinkan suatu kabupaten untuk menganut dan mengatur rumah tangganya sendiri, dimana pemerintah daerah diberi kebebasan untuk merealisasikan prakarsa pembangunan daerah dan tetap harus bertanggung jawab. Adapun teknik yang digunakan untuk menentukan bidang mana yang menjadi urusan pemerintah pusat dan bidang mana yang menjadi wewenang pemerintah daerah, disebutkan Kaho 1991:15 dalam Susanto: 2005 yaitu: a. Sistem Residu Dalam sistem ini, secara umum telah dibentuk terlebih dahulu tugas-tugas yang menjadi wewenang pemerintah pusat, sedangkan sisanya menjadi urusan rumah tangga daerah. 13 b. Sistem Materil Dalam sistem ini, tugas pemerintah daerah ditetapkan satu persatu secara limitatif atau terinci, sedangkan diluar tugas merupakan urusan pemerintah pusat c. Sistem Formal Dalam sistem ini, daerah boleh mengatur dan mengurus segala sesuatu yang dianggap penting bagi daerahnya, asal saja tidak mencakup urusan yang diatur dan diurus oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain, urusan rumah tangga daerah dibatasi oleh peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi tingkatannya. d. Sistem Otonomi Riil Dalam sistem ini, penyerahan urusan-urusan atau tugas dan kewewenangan didasarkan pada faktor yang nyata atau riil sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan yang nayta dari daerah atau pemerintah pusat serta pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi. e. Prinsip Otonomi yang Nyata, Dinamis dan Bertanggung Jawab Prinsip ini merupakan salah satu variasi dari sistem otonomi riil. Esensi dari otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Otonomi daerah itu harus riil dan nyata dalam arti pemberian otonomi kepada daerah harus didasarkan pada faktor-faktor, 14 perhitungan-perhitungan, dan tindakan-tindakan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang benar-benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri. 2 Otonomi daerah itu harus merupakan otonomi yang bertanggung jawab, dalam arti pemberian otonomi itu harus benar-benar sejalan dengan tujuannya, yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar diseluruh pelosok negara dan serasi atau tidak bertentangan dengan pengarahan-pengarahan yang diberikan dalam GBHN, serasi anatara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas keutuhan Negara Kesatuan. 2. Otonomi Kabupaten Dalam Peraturan Pemerinah Republik Indonesia No 45 tahun 1992 tentang penyelenggaraan otonomi daerah dengan titik berat pada kabupatenkota, semua urusan yang dapat diserahkan menjadi urusan rumah tangga kabupatenkota, yaitu: a. Urusan-urusan yang sifatnya telah menetap didaerah b. Urusan-urusan yang menyangkut kepentingan langsung dari masyarakat dan sangat dipengaruhi kondisi linkgungan suatu daerah. c. Urusan-urusan yang dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat atau menurut sifatnya merupakan tanggung jawab masyarakat d. Urusan-urusan yang dalam pelaksanaannya banyak mempergunakan sumber daya manusia 15 e. Urusan-urusan yang memberikan penghasilan bagi daerah dan potensial untuk dikembangkan dalam rangka penggalian sumber- sumber penghasilan asli yang baru bagi daerah yang bersangkutan f. Urusan-urusan yang dalam penyelenggaraannya memerlukan penanganan dan pengambilan keputusan segera Sedangkan urusan-urusan pemerintah yang tidak dapat diserahkan kepada kabupatenkota yaitu: a. Bidang pertahanan keamanan b. Bidang peradilan c. Bidang luar negeri d. Bidang moneter e. Sebagai urusan pemerintah umum yang menjadi wewenang, tugas dan kewajiban kepala wilayah f. Urusan pemerintah lainnya yang secara nasional lebih berdaya guna dan berhasi; guna jika tetap diurus oleh pemerintah Dengan adanya pembatasan untuk mengatur kewewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan dari hal tersebut pemerintah daerah dapat mengembangkan sumber daya yang ada dan mendanai kebutuhan daerahnya walau dalam kebanyakan kondisi masih banyak daerah yang masih menggantungkan pendapatan dari pemerintah pusat yang digunakan untuk pembangunan daerah sehingga dengan begitu daerah tersebut pun tidak dapat melakukan secara maksimal untuk pembangunan daerahnya. 16

C. Sumber Peneriman Pendapatan Daerah